1, September 2015
Yurida Olviani1
ABSTRACT
Background: Instability of hemodynamic could be a barriers, it was done by mobilization on
cerebral injury patient. The alteration of unstable hemodynamic became nurses reason in ICU
stop the mobilization activity.
Objective:The research aimed to find out the effect of the giving of mobilization of
progressive level I toward the value of monitoring hemodynamic of non invative on cerebral
injury patient in ICU RSUD Ulin Banjarmasin.
Methods:The research design used quasy experimental by approach of research was onegroup pretest posttest design. In this design the observation was doe in twice. It was done
before amd after doing intervention on the treatment group one. The amount of sample was
21 respondance. It was taken by using accidental sampling. The giving of mobilization is
namely a arrangement of position of head of bed 30 and the giving of the lift and right
obligue position. The measuring of hemodynamic was done before and after doing
intervention. On the different test of average, the value effect of monitoring hemodynamic of
run invative used paired t test and wilcoxon.
Results:The result of research was gotten after doing intervention it looked a change on
parameter of blood pressure and respiratory rate companed to the beginning measurement. On
the parameter of heart rate and saturation of oxygen didnt face the change. Bivariat analysis
got the effect of the giving of mobilization on the blood pressure by p value = 0.020 and
respiration by p value = 0.005 while the parameter of p value is > 0.005
Key Words:Proggresive mobilization, the value of monitoring hemodynamik of non invative.
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresive Level I terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
Invasif pada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
37
PENDAHULUAN
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
38
PENDAHULUAN
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi
seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di
dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol
seperti
pengendalian
fisik,
intelektual,
emosional, sosial, dan keterampilan.Walaupun
otak berada dalam ruang yang tertutup dan
terlindungi oleh tulang- tulang yang kuat
namun dapat juga mengalami kerusakan. Salah
satu penyebab dari kerusakan otak adalah
terjadinya trauma atau cedera kepala yang
dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak,
sehingga fungsinya juga dapat terganggu
(Black & Hawks, 2009).
Angka kejadian cedera kepala semakin tahun
semakin bertambah, hal ini seiring dengan
makin
meningkanya
angka
kejadian
kecelakaan. Berdasarkan data dari Polda Metro
Jaya, angka kejadian kecelakaan pada tahun
2007 sebanyak 5.154 kejadian dan pada tahun
2008 terjadi 6.399 kejadian, angka ini
kemungkinan dapat bertambah setiap tahun
sesuai dengan makin bertambahnya populitas
dan jumlah kendaraan bermotor (Republika, 22
Agustus
2009).
Meningkatnya
jumlah
kecelakaan ini dapat meningkatkan angka
kejadian cedera kepala. Berdasarkan tingkat
kegawatannya angka kejadian cedera kepala
ringan lebih banyak (80 %) dibandingkan
cedera kepala sedang (10 % ) dan cedera
kepala berat (10 %) (Irwana, 2009).
Diperkirakan lebih dari 30 % kasus cedera
kepala berakibat fatal sebelum datang ke
rumah sakit dan 20 % kasus cedera kepala
mengalami komplikasi sekunder seperti
iskemia serebral akibat hipoksia dan hipotensi,
perdarahan serebral serta edema serebral
(Black & Hawks, 2009).
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
39
dekubitus
dan
menimbulkan
respon
hemodinamik yang baik. Pada Posisi duduk
tegak kinerja paru-paru baik dalam proses
distribusi ventilasi serta perfusi akan membaik
selama diberikan mobilisasi. Proses sirkulasi
darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh dan
perubahan gravitasi tubuh. Sehingga perfusi,
difusi, distribusi aliran darah dan oksigen dapat
mengalir ke seluruh tubuh (Vollman, K.M.
2010).
Mobilisasi progresif level 1 dimulai dengan
mengkaji pasien dari riwayat penyakit yang
dimiliki
apakah
terdapat
gangguan
krdiovaskuler dan respirasi,suhu < 38 C ,RR
10-30x/menit,HR > 60<120x/menit. MAP >70
<100,
tekanan
sistolik
berkisar
>90<180mmHg, Saturasi oksigen berkisar
>90%, tingkat kesadaran , pasien mulai sadar
(RASS 5 sampai 3). Pada level 1 dimulai
dengan meninggikan posisi pasien>30 derajat
kemudian diberikan pasif ROM selama dua
kali sehari. Mobilisasi progresif di lanjutkan
dengan continous laterally rotation therapy
(CLRT) latihan dilakukan setiap 2 jam. Bentuk
latihan berupa memberikan posisi miring
kanan dan miring kiri sesuai dengan
kemampuan pasien ( Vollman, K.M. 2010).
American Association of Critical Care Nurses
(AACN)
memperkenalkan
intervensi
mobilisasi progresif yang terdiri dari 5 level:
Head of Bed (HBO), latihan Range of Motion
(ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan rotasi
lateral, posisi tengkurap, pergerakan melawan
gravitasi,
posisi
duduk,
posisi
kaki
menggantung, berdiri dan berjalan. Continus
Lateral Rotation Therapy (CLRT) dan HOB,
yaitu memposisikan pasien setengah duduk 30
dan miring kanan dan kiri 30.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Syifa
Zakiyah tahun 2013 didapat bahwa Mobilisasi
progresif level I dapat mencegah terjadinya
dekubitus dan mempertahankan nilai saturasi
oksigen pada pasien kritis yang terpasang
ventilator
Penelitian Ozyurek et all tahun 2012 telah
dilakukan 37 sesi mobilisasi terhadap 31
pasien kritis yang mengalami obesitas
menunjukan peningkatan SpO2 dari 98%
menjadi 99% setelah dilakukan mobilisasi dan
Respirasi 23x/mnt menjadi 25x/menit.
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
40
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
41
HASIL
a. Karakteristik Responden
b. Uji
normalitas
nilai
monitoring
hemodinamik non invasif berdasarkan test
of normality Shapiro-Wilk.
2.
3.
Karakteristik
Jumlah
Persentase
Hemodinamik
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Total
14
7
21
66.7
33.3
100
Usia
a. 15-18 tahun
b. 19-30 tahun
c. 31-60 tahun
Total
4
7
10
21
19
33.3
47.6
100
15
71.4
Diagnosa Medis
a. Post operasi
craniotomy
atas indikasi
CKB
b. Post operasi
craniotomy
atas indikasi
Hidrosepalus
c. Post operasi
craniotomy
atas indikasi
tumor
removal
d. SH (Stroke
Hemoragik)
Total
Tabel 2.
Analisis Uji normalitas nilai monitoring
hemodinamik non invasif berdasarkan test of
normality Shapiro-Wilk di ruang ICU RSUD
Ulin Banjarmasin B, 2015 (n=21)
Tekanan darah
a. Sebelum
b. Sesudah
Respirasi
a. Sebelum
b. Sesudah
Nadi
a. Sebelum
b. Sesudah
Saturasi Oksigen
a. Sebelum
b. Sesudah
Kolmogorov
-Smirnov
df
sig.
ShapiroWilk
df
sig.
21
21
.200
.200
21
21
.961
.266
21
21
.153
.200
21
21
.172
.139
21
21
.079
.148
21
21
.141
.164
21
21
.000
.000
21
21
.000
.000
9.5
9.5
9.5
21
100
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
42
df
p value
20
0.020
20
0.005
20
0.960
df
p value
20
0.008
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata usia
responden termuda adalah 15 tahun dan
tertua 65 tahun, sedangkan untuk jenis
kelamin responden dalam penelitian ini
paling bayak adalah berjenis kelamin lakilaki. Usia yang sering muncul pada
penelitian ini adalah 18-20 tahun. Pada
penelitian ini, rata-rata responden yang
dirawat disebabkan oleh kecelakaan
lalulintas.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nasution
(2008) bahwa penderita cedera kepala yang
dirawat paling banyak terdapat pada
kelompok umur 16-24 tahun. Menurut
Mock & Charles (2005) dua pertiga kasus
kecelakaan terjadi pada usia 17-39 tahun,
yaitu pada usia remaja dan dewasa muda,
dimana usia 17-39 tahun merupakan
kelompok usia yang masih aktif dan
produktif.
Penelitian ini diperkuat oleh pernyataan
Baretto (1997) dalam Oktaviana (2008)
menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
karena laki-laki adalah pengguna kendaraan
yang paling banyak. Nasution (2008) dalam
penelitiannya juga mengatakan bahwa
penderita cedera kepala akibat kecelakaan
lalu lintas yang paling banyak dirawat
berjenis kelamin laki-laki (73,6%).
Analisis Bivariat
a. Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I
terhadap Nilai Monitoring hemodinamik
non invasif (tekanan darah)
Hasil tabel 2 diketahui bahwa p value
untuk tekanan darah adalah 0.020 (< 0.05)
sehingga ada pengaruh mobilisasi progresif
level I terhadap tekanan darah sistolik pada
pasien cerebral injury. Berdasarkan hasil
tersebut
menunjukan
bahwa
ada
peningkatan tekanan darah sistolik setelah
intervensi (mean 129.0 menjadi mean
135.1) Hal ini berarti mobilisasi progresif
level I berpengaruh terhadap nilai
monitoring hemodinamik pada pasien
cerebral injury.
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
43
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
44
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
45
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat dibuat
kesimpulan secara umum sebagai berikut:
a. Rerata usia responden sebagian besar
adalah dalam kategori dewasa, responden
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingakan dengan perempuan, .
b. Ada perngaruh yang bermakna terhadap
rata-rata nilai monitoring tekanan darah
sebelum dan sesudah mobilisasi progresif
level I pada pasien cerebral injury
c. Ada perngaruh yang bermakna terhadap
rata-rata nilai monitoring respirasi
sebelum dan sesudah pelaksanaan
mobilisasi progresif level I cerebral injury
d. Tidak ada perngaruh yang bermakna
terhadap rata-rata nilai monitoring nadi
sebelum dan sesudah pelaksanaan
mobilisasi progresif level I pada pasien
cerebral Injury
e. Tidak ada perngaruh yang bermakna
terhadap rata-rata nilai SpO2 sebelum dan
sesudah pelaksanaan mobilisasi progresif
level I pada pasien cerebral Injury
f. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pelaksanaan mobiliasi progresif level I
terhadap nilai monitoring hemodinamik
pada pasien cerebral injury di ruang ICU
RSUD Ulin Banjarmasin
SARAN
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Pelaksanaan mobilisasi progresif level I
dapat dijadikan salah satu intervensi
keperawatan mandiri pada pasien dengan
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
46
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
47
O.
(2009).
Cedera
Kepala.
http://belibisa17.com/2009/05/25/cedera- kepala/,
diakses tanggal 21 Agustus 2015
Zakiyyah.
Pengaruh
Mobilisasi
Progresif Level I Terhadap Resiko
dekubitus dan perubahan saturasi
oksigen Pada pasien Kritis terpasang
Ventilator Diruang ICU RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta.Peneltian
keperawatan.Tesis . 20014
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Nilai Monitoring Hemodinamik Non
InvasifPada Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU Ulin Banjarmasin Tahun 2015
48