TUGAS AKHIR
OLEH :
FRISKA NATALINA
DBD 109 013
BAB I
PENDAHULUAN
a) Apa saja hambatan kerja yang terjadi dalam kegiatan pengupasan overburden
di PT. KTC Coal Mining & Energy?
b) Bagaimana efisiensi kerja dari rangkaian alat gali-muat dan alat angkut yang
digunakan?
c) Bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan alat angkut?
d) Bagaimana keterkaitan antara pengalokasian waktu kerja efektif terhadap
utilisasi alat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
tanah penutup yang bertujuan untuk mengambil bahan galian yang berada di
bawah lapisan tanah penutup tersebut.
2.1.2
2.1.3
2.1.5
Excavator
Alat penggali sering juga disebut excavator, ada 2 (dua) tipe excavator
yaitu excavator yang berjalan dengan menggunakan roda rantai (Crawler
Excavator) dan excavator yang menggunakan roda karet dipompa (Wheel
Excavator).
Gerakan excavator dalam beroperasi terdiri dari:
1) Mengisi bucket (land bucket)
Dump Truck
Dump truck termasuk alat berat berupa kendaraan yang dibuat khusus
untuk alat angkut karena mempunyai kemampuan yang besar, dapat
bergerak dengan cepat, punya kapasitas angkut yang besar, biaya
operasional yang murah, dan fleksibel.
2.2.3
Bulldozer
Bulldozer dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni menggunakan roda
rantai (Crawler Tractor Dozer) dan yang menggunakan roda karet (Wheel
Tractor Dozer). Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong tanah lurus ke
depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraannya..
2.2.4
Grader
Grader adalah alat yang biasa dipergunakan untuk meratakan tanah
timbunan atau memelihara jalanan yang tidak diperkeras.
Grader dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu Tower Grader dan
Motor Grader
2.3.1
Kesediaan Alat.
a) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Faktor yang menunjukkan kesediaan alat dalam melakukan
pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu yang digunakan
untuk memperbaiki mesin, perawatan dan alasan mekanis lainnya.
MA
W
x 100 %
W R
W S
x 100 %
W SR
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak rusak
tapi tidak digunakan (jam)
W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan
dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
c) Penggunaan Kesediaan (Use of Availibility)
Use of Availability (UA) menunjukkan berapa persen waktu yang
digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat itu digunakan.
UA
W
x 100 %
W S
W
x 100 %
W SR
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak rusak
tapi tidak digunakan (jam)
W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan
dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
2.3.2
b.
Gamba
r 2. Pola pemuatan berdasarkan posisi alat gai-muat terhadap alat angkut
Gamb
ar 2. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan alat angkut
2.3.3
Keterangan :
Ctm =
T1 =
T2 =
T3 =
T4 =
T5 =
T6 =
2.3.4
SF =
2.3.5
densitas loose
densitas insitu
x 100
Bf =
Vn
Vs
Keterangan :
Bf = Faktor isian mangkuk (bucket factor)
Vn = Kapasitas nyata mangkuk alat gali-muat, m3
Q=
60 x C b x f x Sf x Ek
Ctm
Q =
60 x n x Cb x Sf x Ek
Cta
Dimana : n
= Jumlah unit
Cb = Kapasitas bak, m3
Sf = Swell factor ( faktor pengembangan bahan), %
Ek = Efisiensi kerja alat, %
Cta= Waktu edar alat angkut, menit
n Ctm merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk mengisi
penuh satu unit alat angkut (CTm). Sehingga persamaan untuk match factor
menjadi :
CTm x Na
Cta x Nm
MF =
Keterangan :
MF
Na
Nm
Cta
Ctm
CTm
Wtm
b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
Waktu tunggu alat angkut (Wta)
Wta
CTm x N a
Cta
N gm
Efisiensi kerja =
Dimana :
Wke
x 100%
Wkt
Wke
Wkt
Whd
Whtd
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2
menggunakan speedboat 15 menit melalui port / log pond PT. KTC Coal
Mining & Energy dan dilanjutkan sekitar 11 km menuju mess kantor
melalui jalan darat.
3.1.3
3.1.4
3.1.5
dan menyadap karet serta berbagai hasil hutan lainnya seperti damar dan
rotan. Namun sebagian ada juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Mayoritas penduduk beragama Islam, sedangkan agama
lainnya yaitu Kristen Protestan, Katolik, Hindu Kaharingan, dan Budha.
Geologi Regional
Secara geologi daerah Lemo termasuk ke dalam peta geologi Lembar
Muara teweh (S. Supriatna dkk., 1995) dan peta geologi Lembar Buntok
(Soetrisno dkk.,1994). Daerah Lemo terletak di pinggiran Cekungan Barito
bagian utara yang terbentuk pada Awal Tersier. Di dalam Cekungan Barito
bagian utara terdapat beberapa kelompok formasi batuan, dengan dasar
cekungan adalah batuan berumur Pra Tersier, yang terdiri dari batuan beku,
batuan metamorf dan batuan meta sedimen.
a) Stratigrafi
Menurut S. Supriatna dkk. (1995) dan Sutrisno dkk (1994)
stratigrafi batuan berumur Tersier Cekungan Barito bagian utara secara
berurutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut.
Formasi Tanjung merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai
formasi pembawa batubara. Menurut S. Supriatna (1995) Formasi
Tanjung seumur dengan Formasi Batu Kelau dan Batupasir Haloq
yang terdapat di bagian Utara daerah Lemo, yaitu berumur Eosen
Akhir. Selain itu terdapat batuan berumur Eosen Akhir namun terletak
di atas Formasi Tanjung, Batu Kelau dan Batupasir Haloq yang
dinamakan Formasi Batu Ayau. Selaras di atas Formasi Batu Ayau
terdapat Formasi Ujohbilang yang berumur Oligosen Awal.
Di atas Formasi Ujohbilang terdapat Formasi Berai yang menjari
jemari dengan Formasi Montalat, Karamuan dan Purukcahu yang
berumur Oligosen Akhir. Di dalam Formasi Karamuan terdapat
Anggota Batugamping Jangkan dan di dalam Formasi Purukcahu
terdapat Anggota Batugamping Penuut. Kedudukan ketiga formasi
tersebut dengan formasi di bawahnya adalah tidak selaras, tetapi di
sebelah selatan daerah Lemo kontak antara Formasi Tanjung dengan
Formasi Berai dan Montalat adalah selaras, dan tidak ditemukan
endapan Formasi Karamuan, Formasi Purukcahu, Formasi Ujohbilang,
Formasi Batu Kelau dan Batupasir Haloq.
Di atas Formasi Berai dan Montalat terdapat Formasi Warukin
yang mengandung batubara, berumur Miosen Tengah-Akhir. Di bagian
daerah Lemo diendapkan Formasi Kelinjau yang seumur dengan
Formasi Warukin. Kontak antara Formasi Warukin dengan formasi di
bawahnya tidak selaras. Secara tidak selaras diatas Formasi Warukin
terdapat Formasi Dahor yang berumur Plio-Plistosen. Endapan yang
paling atas adalah Aluvium yang terdiri dari karakal, kerikil dan pasir.
Selain endapan-endapan yang telah disebutkan di atas terdapat
Formasi Tanjung
Merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai formasi pembawa
batubara, dapat dibedakan menjadi dua bagian. Bagian bawah terdiri
dari
perselingan
batupasir
kuarsa
dengan
lanau
bersisipan
Formasi Berai
Terletak selaras di atas Formasi Tanjung terdiri dari batugamping
yang kadang-kadang sebarannya membentuk lensa-lensa dengan
sisipan batulempung.
Formasi Montalat
Formasi Montalat menjari-jemari dengan Formasi Berai, terdiri dari
batupasir kuarsa bersisipan batulempung dan batubara. Formasi
Montalat tersingkap di daerah Lemo, namun di dalam Formasi
Montalat daerah Lemo tidak ditemukan endapan batubara.
Formasi Karamuan
Formasi Warukin
Terletak selaras di atas Formasi Berai dan Montalat, terdiri dari
batupasir kuarsa bersisipan batulempung, batulanau dan batubara.
c) Struktur Geologi
Secara umum perlapisan batuan di daerah Lemo berarah BaratdayaTimurlaut dengan arah jurus berkisar antara N355oE N30oE dan
N215oE 240oE, kemiringannya berkisar antara 15o 60o..
d) Sebaran Batubara
Di daerah Lemo ditemukan 18 singkapan batubara yang terdapat
dalam Formasi Tanjung dan Warukin. Berdasarkan letak singkapan yang
ditemukan, batubara daerah Lemo dikelompokan menjadi beberapa
blok, yaitu untuk batubara dalam Formasi Tanjung menjadi Blok
Tangucin, Nyaung, Jelutung dan Blok Layang, sedangkan untuk
Formasi Warukin menjadi Blok Juloi dan Blok Berioi.
Blok Tangucin
Batubara disini terdiri dari dua lapisan yang membentuk antiklin
berarah Baratdaya-Timurlaut atau dengan arah jurus antara N30oE -
Blok Nyaung
Batubara di blok ini terdiri dari satu lapisan, tebalnya berkisar antara
2,10 m 3,10 m, arah jurus berkisar antara N75 oE - N80oE, besar
sudut kemiringan lapisan sekitar 40o, panjang sebaran ke arah jurus
sekitar 1.500 m.
Blok Jelutung
Batubara di Blok Jelutung terdiri dari dua lapisan dengan arah jurus
lapisan berkisar antara N40oE-N60oE, tebal lapisan atas berkisar
antara 1,50 m 2,50 m, panjang sebara sekitar 1.500 m, kemiringan
lapisan sekitar 25o. Tebal lapisan ke dua sekitar 1,50 m, panjang
sebaran sekitar 1.500 m, kemiringan lapisan berkisar antara 20o- 35o.
Blok Layang
Batubara di blok ini terdiri dari satu lapisan yang membentuk antiklin
dengan arah jurus N220oE dan N70oE, tebal lapisan sayap Barat
sekitar 1,00 m, kemiringan lapisan sekitar 60o, tebal sayap Timur
sekitar 2,25 m, kemiringan lapisan sekitar 25o, sebaran ke arah jurus
sekitar 1.000 m.
Blok Juloi
Terdiri dari dua lapisan batubara dengan jurus lapisan sekitar N60oE,
tebal lapisan atas sekitar 2,50 m, kemiringan lapisan 20 o. Tebal
lapisan ke dua sekitar 1,25 m, kemiringan lapisan sekitar 35 o,
panjang sebaran ke arah jurus sekitar 1.000 m.
Blok Berioi
Terdiri dari satu lapisan batubara yang tebalnya sekitar 3,00 m, arah
jurus N25oE, kemiringan lapisan sekitar 25o, panjang sebaran sekitar
1.000 m.
Batubara pada PT. KTC Coal Mining & Energy dikategorikan ke
dalam batubara berkalori tinggi dengan nilai kalori 7.000 8.000 kal/gr.
3.3 Alat Dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain:
a. Buku Lapangan (Catatan Harian).
b. Alat Tulis.
c. Kamera Digital.
d. Alat Pelindung Diri (APD)
e. Laptop
Langkah Kerja
Penelitian ini dimulai dengan studi literatur yaitu pengumpulan datadata literatur yang berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya dilakukan studi
lapangan yang berhubungan dengan pengamatan data yang meliputi :
1) Melakukan observasi lapangan
2) Melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang berkaitan dengan
cycle time, productivity, kesediaan alat, waktu kerja, dan hambatan kerja
alat gali-muat angkut.
3) Melakukan evaluasi dan pengolahan data.
4) Hasil evaluasi dari data digunakan untuk mengetahui hambatan apa saja
yang terjadi dan bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan
alat angkut sehingga didapat solusi permasalahan yang dapat dilakukan.
3.4.2
Metode Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Permasalahan
Apa saja hambatan kerja yang terjadi dalam kegiatan pengupasan overburden ?
Bagaimana efisiensi kerja dari alat gali-muat dan alat angkut ?
Bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan alat angkut ?
Bbygkj
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
Profil Perusahaan
Peta Lokasi Penelitian
Curah Hujan
Geologi Regional Daerah
Penelitian
Spesifikasi Alat
Data Produksi
Analisis Data
Mengevaluasi hambatan kerja yang terjadi dan waktu kerja efektif alat guna pencapaian target
produksi
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Desember
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hazard Report
Point Point yang terdapat dalam Hazard Report adalah :
1. Profil :
Kategori Bahaya
Keterangan
o
(1
(2)
(3)
)
1
Housekeeping
Masalah Penempatan
2
3
4
Electrical
LOTO
Vehicle Plant
Masalah Kelistrikan
Masalah LOTO
Masalah yang terjadi pada kendaraan
5
6
7
8
9
1
bergerak
Masalah Kesehatan & Kebersihan
Kondisi Tanah yang Kurang Baik
Kondisi Berbahaya
Tindakan Tindakan Tidak Aman
Masalah Debu
Apar
0
1
Vibration / Noise
1
1
Enviroment
2
1
3
1
Sign
4
1
Tools
Kerja
(1
(2)
(3)
)
1
Traffic
6
1
Road Surfice
Permukaan Jalan
7
1
APD
Prosedur
Prosedur
9
2
Baricade
Pembatas
0
2
Reflector
Reflektor
1
2
Tanggul
Tanggul
2
2
Other
Lain - Lain
By Who/Oleh Siapa
When/Kapan
1.
Warehouse
2.
5.
Road
Pit
Highwall
Disposal
6.
7.
Fuel Station
8.
Washpad
9.
Tyre Shop
10.
Underpass
11.
Workshop
12.
Office
13.
Crusher
14.
Port
15.
Clinic
16.
Waterfill
17.
Loading Point
3.
4.
4.1.3 Bahaya yang paling berpotensi sepanjang bulan Januari Februari Tahun
2012.
Potensi Bahaya
Frekuensi Laporan
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
54
4
35
18
28
22
8
19
2
105
47
37
35
131
545
9,9 %
0,7 %
6,4 %
3,3 %
5,1 %
4,0 %
1,5 %
3,5 %
0,4 %
19,3 %
8,6 %
6,8 %
6,4 %
24,0 %
100, 0 %
4.1.4 Area temuan bahaya sepanjang bulan Januari Februari Tahun 2012.
Tabel 4.2 Persentase Area Temuan Bahaya
No
Frekuensi
Persentase
(1)
(2)
Workshop
Road
Pit
Office
Loading point
Disposal
Disposal Pit 3
Hauling Pit
Hauling Road Coal
(3)
64
3
284
39
12
13
5
10
29
(4)
11.7%
0.6%
52.1%
7.2%
2.2%
2.4%
0.9%
1.8%
5.3%
Fuel Station
4
36
0.7%
6.6%
Washpad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Area AI
.
11.
12
.
0.4%
(2)
(3)
(4)
0.7%
9
Frekuensi
1.7%
Persentase
0.9%
0.7%
1.1%
0.9%
0.7%
0.7%
0.4%
1
545
0.2%
100.0%
13
Port
.
14
Tyre Shop
.
No
15
.
16
Clinic
.
17
Underpass
.
18
Checkpoint
.
19
Fabrication
.
20
Posko Jalan M16
.
21
Parkiran Baru
.
22
Pondok Checker
.
Total
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
laporan
dan
file
sehingga
diketahui
mana
Bahaya
yang
4.2.5
4.2.6
dalam departemen.
Analisa Data Potensi Bahaya dan Area Temuan Bahaya
Dari Hazard Report yang masuk maka kita dapat menganalisa Bahaya
apa yang paling berpotensi terjadi selama Bulan Januari dan Februari 2012
di area pekerjaan tambang, Selain itu kita dapat mengetahui area mana yang
paling banyak berpotensi bahaya.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan analisa selama di lokasi penelitian maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hazard Report adalah laporan bahaya dimana bahaya yang dilaporkan
merupakan bahaya yang nyaris terjadi atau bahkan terjadi yang kita temukan
setiap hari di area kerja tambang yang dapat menimbulkan bahaya. Hazard
Report yang diterapkan di PT. Darma Henwa Tbk berbentuk buku saku yang
bertujuan untuk memudahkan dalam penggunaannya di lapangan. Pada
Hazard Report terdapat 2 (dua) lembar, dimana lembar yang bewarna putih
diserahkan kepada PIC (Personal Inchange) atau orang yang bertanggung
jawab, dan kertas yang bewarna kuning diserahkan kepada Departemen
HSE (Healthy Safety and Enviromental).
2. Dari analisa data yang didapat dari Hazard Report yang terkumpulkan
selama Januari Februari Tahun 2012, Potensi bahaya yang paling banyak
mendapatkan Report dengan frekuensi sebanyak 131 kali dengan persentase
24,0%.