LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
: Ny. I
Usia
: 56 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Blok Tarikolot
Status
: Menikah
Pekerjaan
Masuk RS
: 27 Mei 2015
Keluar RS
: 30 Mei 2015
ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sesak nafasyang
memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS), keluhan
dirasakan saat melakukan aktivitas ringan dan disertai dengan adanya batuk
tidak berdahak, jantung terasa berdebar, pusing, badan terasa lemah serta kedua
kaki yang bengkak. Mual muntah tidak ada, buang air keciltidak ada keluhan
Congestive HeartFailure | 1
dan tidak terdapat nyeri pinggang atau nyeri perut bagian bawah. Buang air
besar tidak ada keluhan. Riwayat buang air besar berwarna hitam tidak ada.
Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis selama
4 tahun yang lalu, dan jarang kontrol ke puskesmas atau dokter serta memiliki
kebiasaan untuk makan-makanan yang asin dan minum jamu.
Riwayat Penyakit Dahulu
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan sakit
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 80x/ menit
RR
: 24 x/ menit
Suhu
: 36,9oC
Keadaan Spesifik
Kepala
Normocephal, rambut beruban distribusi tidak merata dan tidak mudah rontok.
Congestive HeartFailure | 2
Mata
Conjunctiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik (-), pupil isokhor +/+,
reflek cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)normal, pergerakan bola mata
ke segala arah baik, lapang pandang luas.
Hidung
Mukosa hidung lembab +/+, hiperemis-/-, epistaksis-/-, pernapasan
cuping hidung (-), rhinore (-/-)
Telinga
Serumen (-/-), nyeri tekan proc. Mastoideus (-/-), membran timpani intake.
Mulut
Mukosa bibir lembab, lidah deviasi (-), caries dentis (-), pembesaran tonsil
(-/-), gusi berdarah (-),stomatitis (-), atropi papil (-), sianosis (-).
Leher
Pembesaran KGB (-), tekanan vena jugularis 5 (+2)
Dada
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup di kiri
Auskultasi:Vesikuler (+), ronkhi basah halus (+) basal paru kanan dankiri,
wheezing (-)
Jantung
Congestive HeartFailure | 3
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Tampak buncit
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genital
:tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap 27 Mei 2015
LAB
WBC
RBC
HGB
HCT
RESULT
6,74
3,13
8,4
25,1
FLAGS
Darah rutin
UNIT
103/uL
103/uL
g/dL
%
NORMAL
5,2-12,4
4,2-6,1
12-18
37-52
Congestive HeartFailure | 4
V.
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
89,6
29,5
33,0
18,7
307
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinophil
Basophil
Luc
80,6
13,1
2,7
4,9
0,2
0,5
Glukosa
Ureum
Kreatinin
185
61,5
3,20
F1
Pg
g/dL
%
103/uL
%
%
%
%
%
%
Kimia klinik
mg/dL
mg/dL
mg/dL
80-99
27-31
33-37
11,5-14,5
150-450
40-74
19-48
3,4-9
0-7
0-1,5
0-4
70-150
10,0-50,0
0,6-1,38
RESUME
Pasien Ny I usia 56 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3
bulan yang lalu, dan semakin memberat sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) disertai jantung terasa berdebar, kedua kaki yang
membengkak, batuk tidak berdahak serta pusing.
Status generalis tekanan darah tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 80
x/
menit,
RR:
24
x/
menit,
Suhu:
36,9oC.
Pemeriksaan
fisik
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
Congestive HeartFailure | 5
CongestiveHeart Failure
DIAGNOSIS BANDING
VII.
Pneumonia
Emboli paru
PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa:
- Bed rest dengan posisi semi fowler
- diet rendah garam
Medikamentosa
Isosorbit dinitrat 2x1 tab
VIII.
IX.
X.
Aspilet
2x1 tab
Ranitidine
1x1 tab
Furosemid
2x1 Tab
Amlodipine
1x1 tab
Glucodex
2x1
RENCANA PEMERIKSAAN
-
Elektrolit
Foto rontgen
Elektrokardiografi (EKG)
Ekokardiografi
PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
Congestive HeartFailure | 6
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan Darah
: 160/90 mmhg
Nadi
: 88x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 37,3 oC
Kepala
Leher:
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
: Bed rest
Furosemid 20 mg 2x1 Tab
Amlodipin 1x1 Tab
Glucodex
2x1
Congestive HeartFailure | 7
S : pasien merasa sesak, badan lemas, kaki bengkak, batuk kering(+), BAB (-)
sejak kemarin, konstipasi (-)
O :
KU
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan Darah
: 160/90 mmhg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,9oC
Kepala
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
:CongestiveHeart Failure
P
: Bed Rest
Isosorbitdinitrat
2x1 tab
Furosemid
2x1 tab
Amlodipine
1x1 tab
Congestive HeartFailure | 8
: kompos mentis
: 86 x/menit
Pernapasan
: 32 x/menit
Suhu
: 36oC
Kepala
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
1x1
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal: 30 Mei 2015
LAB
WBC
RBC
HGB
RESULT
6,74
3,13
8,4
FLAGS
Darah rutin
UNIT
103/uL
103/uL
g/dL
NORMAL
5,2-12,4
4,2-6,1
12-18
Congestive HeartFailure | 9
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
25,1
89,6
29,5
33,0
18,7
307
%
F1
Pg
g/dL
%
103/uL
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinophil
Basophil
Luc
80,6
13,1
2,7
4,9
0,2
0,5
%
%
%
%
%
%
Glukosa
Ureum
Kreatinin
185
67,5
3,20
Kimia klinik
BAB II
mg/dL
mg/dL
mg/dL
37-52
80-99
27-31
33-37
11,5-14,5
150-450
40-74
19-48
3,4-9
0-7
0-1,5
0-4
70-150
10,0-50,0
0,6-1,38
TINJAUAN PUSTAKA
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
1. Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan
gagal jantung kongestif yang sering digunakan jika terjadi gagal jantung sisi
kiri dan sisi kanan.1
2. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi meningkatnya preload, meningkatnya afterload dan penurunan
Congestive HeartFailure | 10
kontraktilitas
miokardium.
Kelainan
yang
mnegakibatkan
gangguan
tekanan
darah,
sedangkan
peningkatan
preload
akan
Congestive HeartFailure | 11
berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Bila
terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman edema dengan pitting
edema. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah
penekanan ringan pada ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadinya
retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama
mengalami edema.3
Table 1. Grading Edema
Grade
+1
+2
+3
+4
Edema
Pitting sedikit/ 2mm, menghilang dengan cepat
Pitting lebih dalam/ 4mm, menghilang dalam 10-15 detik
Lubang yang dalam/ 6mm, menghilang dalam 1 menit
pitting sangat mendalam / 8mm, berlangsung 2-5 menit, eksremitas dep
terlalu terdistruksi
Congestive HeartFailure | 12
Manifestasi
Penyakit jantung, tetapi tidak ada gejala atau keterbatasan
dalam aktivitas fisik sehari-hari, misalnya dalam berjalan atau
naik tangga.
Gejala ringan, terdapat keterbatasan ringan dalam aktifitas
fisik sehari-hari
Terdapat keterbatasan fisik sehari-hari, akibat gejala gagal
jantung pada tingkatan lebih ringan, misal dalam berjala 20100m, dan merasa nyaman saat istirahat.
Terdapat keterbatasan aktivitas yang berat, gejala muncul saat
istirahat.
Congestive HeartFailure | 13
efek
hipotensi
pada
dosis
kecil
sebelum
Congestive HeartFailure | 14
dan
dianjurkan
untuk
sebagian
besar
kasus
memiliki
waktu
paruh
jam,
lama
(peningkatan
kolesterol,
hipotensif
tiazid
menyebabkan
baru
LDL
dan
terlihat
hiperlipidemia
trigliserida).
setelah
2-3
hari
Efek
dan
gangguan
fungsi
metabolisme
lemakdan
ventrikel.Pada
pasien
ginjal,
efektif
gagal
bersifat
netral
meregresi
ginjal,
tiazid
pada
hipertrof
kehilangan
Congestive HeartFailure | 15
meningkatkan
efek
samping
lainnya
tanpa
saja.
Tiazid
jarang
menyebabkan
hipotensi
efektivitas
antihipertensi
lain
dengan
tiazid
mencegah
retensi
cairan
oleh
dapat
menyebabkan
hipokalemia
yang
dapat
Congestive HeartFailure | 16
lebih
efektif.
Tiazid
juga
dapat
menyebabkan
diet.
Tendensi
hiperkalsemia
oleh
tiazid
Congestive HeartFailure | 17
kuat
umumnya
pendek
sehingga
diperlukan
hiperkalsiuria
dan
menurunkan
kalsium
dengan
suplemen
kalium.
Penggunaan
harus
merupakan
obat
yang
terpilih
pada
berguna
hipokalemia
dan
pada
pasien
dengan
dengan
toleransi
hiperurisemia,
glukosa.
Berbeda
Congestive HeartFailure | 18
litium.AINS
mengurangi
efek
antihipertensi
penurunan
kontraktilitas
frekuensi
miokard
denyut
sehingga
jantung
menurunkan
dan
curah
pada
neuron
sensitivitas
adrenergik
baroreseptor,
perifer
dan
perubahan
peningkatan
biosintesis prostasiklin. Penurunan tekanan darah oleh bloker yang diberikan per oral berlangsung lambat. Efek ini
mulai terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah
terapi dimulai, dan tidak diperoleh penurunan TD lebih
lanjut setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Obat ini tidak
menimbulkan hipotensi ortostatik dan tidak menimbulkan
retensi air dan garam.
-bloker digunakan sebagai obat tahap pertama pada
hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien
dengan penyakit jantung koroner, pasien dengan aritmia
supraventrikel tanpa kelainan konduksi, pada pasien muda
Congestive HeartFailure | 19
dipilih.
penetrasinya
Obet
ke
ini
SSP
bersifat
minimal,
kardioselektif
sehingga
dan
kurang
obat
ini
dikontraindiksikan
pada
keadaan
karena
dapat
menimbulkan
kambuhnya
Congestive HeartFailure | 20
serangan
hipertensi
ke
tingkat
yang
lebih
tinggi,
-bloker,
terutama
yang
tidak
selektif.
-bloker
dapat
menutupi
gejala
hipoglikemia,
rendah
yang
bisa
berakibat
bahaya
bagi
penderitanya.
b. Penghambat adrenoseptor alfa (-bloker)
Hanya -bloker yang selektif menghambat reseptor alfa 1
yang digunakan sebagai antihipertensi karena hambatan
reseptor
alfa
meningkatkan
di
ujung
aktivitas
saraf
simpatis.
andrenergik
Hambatan
akan
alfa
hipotensi
dosis
awal
ortostatik
(fenomena
terutama
dosis
pada
pertama),
Congestive HeartFailure | 21
mengurangi
memperbaiki
retensi
insufsiensi
urin.
vaskular
Obat
ini
perifer,
juga
tidak
efek
antihipertensinya
lebih
disebabkan
resistensi
vaskular
tanpa
banyak
Congestive HeartFailure | 22
dan
penurunan
frekuensi
jantung
dapat
terjadi
retensi
air
sehingga
efek
efek
lain
adalah
depresi,
gangguan
tidur,
Penghentian
mendadak
dapat
darah
mendadak.
Bila
hal
ini
terjadi,
penurunan
Penurunan
resistensi
tonus
perifer
simpatik
dan
curah
menyebabkan
Congestive HeartFailure | 23
penurunan
kontraktilitas
miokard
vdan
frekuensi
sampingnya
mirip
dengan
klonidin.
Efek
Congestive HeartFailure | 24
0,5-3
mg/hari,
sebaiknya
diberikan
sebelum tidur.
3. Penghambat Ensim Konversi Angiotensin dan Antagonis Reseptor
Angiotensin II
a. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA)
SRAA berperan dalam pengaturan tekanan darah dan volume cairan
tubuh. Sistem ini tidak terlalu aktif pada individu dengan volume darah
dan kadar natrium normal, tetapi sangat penting bila ada penurunan
tekanan darah atau deplesi cairan atau garam. Reaksi pertama tubuh
terhadap penurunan volume darah adalah peningkatan sekresi renin dari
sel jusktaglomeruler di arteriol aferen ginjal.Renin adalah enzim
proteolitik yang disintesis oleh sel-sel jusktagglomeruler di ginjal
merupakan penentu aktivitas SRAA. Sekresinya meningkat bila terjadi
penurunan aliran darah ginjal (misalnya akibat penurunan tekanan darah,
stenosis arteri renalis, gagal jantung, perdarahan dan dehidrasi),
hiponatremia (akibat diet rendah garam) dan rangsangan andrenergik
melalui reseptor beta 1.6
Angiotensinogen adalah suatu alfa globulin yang disintesis dalam hati
dan beredar dalam darah. Renin berfungsi mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I yang merupakan hormon yang belum aktif.
Selanjutnya angiotensin I akan diubah oleh angiotensin converting
enzyme (ACE) menjadi angiotensin II yang memiliki efek vasiokontriksi
yang sangat kuat dan merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
ACE disintesis dalam sel-sel endotel seluruh sistem vaskular terutama
dalam sistem kapiler paru-paru dan ginjal. Disamping mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II, ACE juga berperan dalam degradasi
bradikinin menjadi kinin non aktif. Bradikinin merupakan vasodilator
Congestive HeartFailure | 25
Congestive HeartFailure | 26
Congestive HeartFailure | 27
Congestive HeartFailure | 28
Congestive HeartFailure | 29
Congestive HeartFailure | 30
Nifedipin
kerja
singkat
sering
menyebabkan
hipotensi
danmenyebabkan iskemia miokard atau serebral. Refleks takikardia dan
palpitasi mempermudah terjadinya serangan angina pada pasien dengan
PJK. Hipotensi sering terjadi pada pasien usia lanjut, keadaan deplesi cairan
dan yang mendapat antihipertensi lain. amlodipin dan nifedipin lepas lambat
dengan mula kerja yang lambat dapat menimbulkan efek samping yang
lebih jarang dan lebih ringan. Sakit kepala, muka merah terjadi karena
vasodilatasi arteri meningeal dan di daerah muka. Edema perifer terutama
terjadi oleh dihidropiridin dan yang paling sering adalah Nifedipin. Edema
terjadi akibat dilatasi arteriol yang melebihi dilatasi vena, sehingga
meningkatkan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan ke luar ke ruang
interstitial tanpa adanya retensi cairan dan garam.Bradiaritmia dan
gangguan konduksi terjadi akibat verapamil, kurang dengan diltiazem dan
tidak terjadi dengan dihidropiridin. Oleh karena itu verapamil dan diltiazem
tidak boleh diberikan pada pasien dengan bradikardi, blok AV derajat 2 dan
3 dan sick sinus syndrome.
Efek inotropik negatif, terutama oleh verapamil dan diltiazem dan minimal
oleh dihidropiridin. Hal ini dapat berbahaya jika diberikan pada pasien
dengan gagal jantung. Pada gagal jantung kongestif akut, pemberian
nifedipin masih dapat dibenarkan bila tidak tersedia vasodilator yang lain,
dan amlopidin dianggap aman.
Verapamil menyebabkan konstipasi, retensi urin akibat relaksasi otot dan
kadang-kadang terjadi refluks esofagus. Hiperplasia gusi dapat terjadi
dengan semua antagonis kalsium.Golongan obat ini menurunkan daya
pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing,
sakit kepala dan muntah.8
Congestive HeartFailure | 31
BAB III
ANALISIS KASUS
Congestive HeartFailure | 32
SG.
Departemen
Farmakologi
dan
Terapeutik
Congestive HeartFailure | 33