Case-Dhita-Tb Milier, Gizi Buruk, Anemia, Hiponatremia
Case-Dhita-Tb Milier, Gizi Buruk, Anemia, Hiponatremia
TandaTangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.AM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir
: 1 Agustus 1999
Suku Bangsa : Betawi
Umur
: 16 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: Pelajar
Alamat
: Jl. Jembatan besi RT 012/ RW 001 No 13 Jembatan besi, Jakarta
Barat, DKI Jakarta
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
: Tn S
: 47 tahun
: SMA
: Buruh
: Sqa
Nama Ibu
Umur
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
: Ny.F
: 46 tahun
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanmnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien
Tanggal
: 30 Juli 2015 Jam 15.05 WIB
Keluhan Utama:
Sesak
Keluhan Tambahan:
Batuk, nyeri dada, demam, keringat malam, pilek, mual, muntah dan belum BAB.
Silsilah Keluarga
Ya
Tidak
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Hipertensi
Diabetes
Kejang Demam
Epilepsy
Hubungan
Tempat perawatan
: Puskesmas.
Penyakit kehamilan
: Tidak ada
2. Kelahiran
Tempat kelahiran
: RS Budi Kemuliaan
Cara persalinan
: Spontan
Masa gestasi
: 37-38 minggu
Keadaan bayi
o Berat badan lahir
: 3300 gram
: Tidak diketahui
o Lingkar kepala
: Tidak diketahui
o Langsung menangis
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang
: Negatif
o Nilai APGAR
: Tidak diketahui,
o Kelainan bawaan
: Tidak ada
: 6 bulan
(normal 6 bulan)
Merangkak
: 8 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Menyebut mama
: tidak ingat
Berjalan
: 15 Bulan
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah
: 100/ 70 mmHg
Nadi
Suhu
: 38,0 C
Antropometri
Tinggi badan
: 160 cm
Berat badan
: 29 Kg
Lingkar kepala
: 50 cm
Lingkar dada
: 70 cm
LILA
: 14 cm
IMT
: 11,32
Status Gizi
BB/ U
: 47%
TB/U
: 92%
BB/TB
: 60%
Wajah
Rambut & kulit kepala: Warna hitam, kering, mudah rontok, terdapat telur kutu
dan ketombe.
Mata
: Bentuk normal, kelopak mata tidak cekung, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga
Hidung
Mulut
Leher : Trakea lurus ditengah, teraba kelenjar getah bening di leher kiri , kelenjar tiroid
tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-)
Thoraks
1. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Extremitas
Ekstremitas superior
Ekstremitas Inferior
Tulang belakang
Anus dan Rektum
Genitalia
Kulit
sawo matang,
SKORING TB
Parameter
Jumlah
Kontak TB
Tidak
jelas
Uji tuberkulin
(-)
Berat
badan/status
gizi
Demam yang
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
koli,
aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto toraks
Normal
kelainan
tidak
jelas
Laporan
BTA( + )
2
keluarga,
BTA(-)
atau
BTA
tidak
jelas/tidak tahu
(+) 10 mm atau 5 0
mm pada keadaan
imunokompromais
BB/TB < Klinis
gizi
2
90% atau buruk
atau
BB/U
BB/TB <70%
<80%
atau
BB/U
<60%
2
0
minggu
3
minggu
1 cm,
lebih dari
1 KGB,
tidak nyeri
Ada
pembengk
akan
Gambaran
sugestif
TB
Total skor
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium : tanggal 28 Juli 2015 Jam 00.17 WIB
Darah Rutin
Hemoglobin
: 8.2 g/dL
Hematokrit
: 25.5%
Eritrosit
Leukosit
: 7,779 /mm3
Trombosit
: 237.400/mm3
Elektrolit
Natrium (Na) : 129 mEq/L
Kalium (K)
: 3.9 mEq/L
Clorida (Cl)
:89mEq/dL
Glukosa darah
Fungsi ginjal
Fungsi liver
Ureum: 25 mg/dL
: 9.4 g/dL
Hematokrit
: 29.2%
Eritrosit
Leukosit
: 7,542 /mm3
Trombosit
: 211.500/mm3
Hitung jenis
Basofil
:2%
Eosinofil
:0%
Neutrofil
: 83 %
Limfosit
:8%
Monosit
:8%
: 63 fL
MCH
: 20 pg
MCHC
: 32 %
Kesan :
Cor: tidak tampak kardiomegali
Pulmones : sesuai gambaran proses spesifik TB milier paru.
RINGKASAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 minggu SMRS. Sesak yang
dirasakan semakin parah. Keluhan disertai nyeri dada yang menjalar ke belakang sampai ke
tulang sendi dan leher saat beraktivitas dan beristirahat. Pasien juga mengeluh demam.
Demam 38,0 0C yang naik turun dan waktu tak menentu. Pasien juga mengeluh pilek, ingus
warna putih encer. Terdapat mual sebelum dan sesudah makan. Pasien sudah di bawa berobat
ke klinik, tetapi keluhan tidak membaik. Pasien mengeluh belum BAB tetapi BAK lancar.
Pasien mengeluh batuk. Pasien juga pernah mengalami batuk berdarah sebanyak 2 kali.
Keluhan lain terdapat lemas, keringat pada malam hari sehingga pasien gelisah jika tidur.
Tetangga pasien ada yang mempunyai riwayat batuk lama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/ 70 mm, HR72 kali/menit, suhu: 38,0 C,
RR 36 kali/menit. Pada antopometri di dapatkan BB: 29 kg TB: 160 cm LILA 14 cm. Status
gizi BB/TB 60%. Penampilan wajah terlihat seperti orangtua, terlihat sangat kurus, rambut
kering, mudah rontok, terdapat ketombe dan telur kutu, bibir kering, kulit kering, keriput,
turgor kulit berkurang, teraba KGB pada leher kiri, abdomen telihat cekung, pada auskultasi
terdengar ronkhi di kedua lapang paru. Dari hasil skoring TB jumlahnya adalah 7.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb : 8,2 g/dL natrium 129 mEq/dL. Hasil
foto thoraks PA tampak seperti gambaran badai kabut (snow storm appearance) berupa
bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
DIAGNOSIS KERJA
1. TB milier
2. Gizi buruk
3. Anemia defisiensi besi
4. Hiponatremia
DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkopneumonia
2. Batuk kronik berulang
PENATALAKSANAAN
O2 3 liter/ menit
Vitamin A 200.000 IU
Chloramphenicol 4x500 mg
Cefotaxim 3x500 mg
KAEN 1 B 30 tpm
Konsul gizi
PROGNOSIS
1. Ad Vitam
FOLLOW UP
Tanggal 29 Juli 2015 jam 07.30
S: Pasien masih batuk, BAB dan BAK lancar, makan minum sulit, demam (-), sesak (+)
O:KU: tampak sakit sedang
HR: 88x/menit
Kepala
Suhu: 36,2oC
TD:100/60mmHg
ketombe.
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Leher
Dada
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pulmo
Cor
: ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-), kering (+), keriput (+),
: 109 mg/dL
O2 3 liter / menit
Chloramphenicol 4x500 mg
Cefotaxime 3x500 mg
Terapi lanjut
Konsul gizi
Suhu: 37,3oC
TD:90/60mmHg
Suhu: 36,4oC
TD:90/60mmHg
O2 3 liter/menit
KAEN 1 B 30 tpm
INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x350 mg
Prednison 3x 2 tab
NT LT E 2100 kal Protein 65 gr
Peptisol 2x150 kal
Putel 3x1
Suhu: 36,5oC
TD:100/60mmHg
Terapi lanjut
Suhu: 38,1oC
TD:110/60mmHg
Terapi lanjut
Suhu: 35,8oC
TD:90/70mmHg
Terapi lanjut
Besok pulang
ANALISA KASUS
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang
besifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Gejala umum penyakit TB pada anak
seperti nafsu makan berkurang, berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun, demam
subfebris berkepanjangan, pembesaran kelenjar superfisial didaerah leher, aksila, inguinal
atau tempat lain, keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari 3 minggu atau nyeri
dada, gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku atau perut membesar karena cairan atau teraba masa dalam perut.
Pada pasien ini didiagnosa TB milier berdasarkan gejala yang mendukung yaitu
ditemukan batuk 3 minggu, terdapat batuk berdarah sebanyak 2 kali, keringat di malam hari,
demam, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
:1
Kontak TB
:2
Uji tuberkulin
: tidak dilakukan
Keadaan gizi
:2
:0
Pembesaran KGB
:1
Pembengkakan sendi
:0
Foto toraks
:1
Total skor
:7
Pada pemeriksaan foto thorak PA tampak infiltrat di kedua lapang paru seperti
gambaran snow storm appearance.2
Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis TB, antara lain:
1. Uji tuberkulin (mantoux)
2. Pemeriksaan mikrobiologik dari sputum
Uji Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB dan kemungkinan TB aktif
(sakit TB) pada anak. reaksi uji tuberkulin positif biasanya bertahan lama hingga bertahuntahun walau pasiennya sudah sembuh, sehingga uji tuberkulin tidak digunakan untuk
memantau pengobatan TB.3 Pemeriksaan sputum penting, karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Hasil BTA atau biakan negatif
tidak menyingkirkan diagnosis TB. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.2 Pada pasien ini tidak
dilakukan uji tuberkulin dan pemeriksaan mikrobiologi sputum BTA.
Pada pasien ini, terapi TB milier yang telah diberikan INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Prednison. Tatalaksana yang dapat diberikan pada TB milier adalah sebagai berikut:
Pemberian obat 4-5 macam OAT kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
streptomisin atau etambutol selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan
rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai dengan perkembangan klinis. Kortikosteroid (prednison)
diberikan pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura dan peritonitis TB.
Prednison biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu selanjutnya
diturunkan perlahan-lahan hingga 2-6 minggu.4
Gizi buruk merupakan salah satu spektrum dari kelainan yang disebut malnutrisi
energi protein (MEP). MEP merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di
Indonesia. Prevalensi yang tinggi pada anak dibawah 5 tahun serta ibu hamil dan menyusui.
Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmuskwashiorkor, walaupun demikian dalam penatalaksanaannya sama. Pada pasien ini tipe gizi
buruk yang marasmus, dengan gejala klinis penampilan wajah seperti orangtua, terlihat
sangat kurus, perubahan mental, cengeng, kulit kering, dingin dan mengendor, keriput, lemak
subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang, otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat
jelas, kadang-kadang terdapat bradikardi, tekanan darah rendah dibandingkan anak sehat
yang sebaya.1
Pada pasien ini didiagnosa gizi buruk tipe marasmus berdasarkan gejala yang
mendukung yaitu : penampilan wajah terlihat seperti orangtua, rambut kering, mudah rontok,
terdapat ketombe dan telur kutu, kulit kering, keriput, turgor kulit berkurang, abdomen
cekung, tekanan darah lebih rendah. Dari hasil antopometri di dapatkan BB: 29 kg TB: 160
LILA : 14 cm status gizi BB/TB: 60%.
Pada pasien ini, terapi gizi buruk yang telah diberikan NT LC E 2100 kal Protein 65
gr, peptisol 2x150 kal, putel 3x1. Tatalaksana gizi buruk terdiri dari 3 fase (stabilisasi,
transisi, rehabilitasi) dengan 10 langkah tindakan seperti tabel dibawah ini :1
Bila infeksi nyata : ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai
selama 5 hari.
6. Atasi penyakit penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman
7. Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, >1 tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke 15 atau sebelum
pulang.
8. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg
per hari. Vitamin C BB< 5 kg : 50 mg/hari (1 tablet), BB> 5 kg : 100 mg/hari
Energi
Protein
Cairan
Transisi (F75-F100)
Rehabilitasi (F100)
100-150 kkal/kgbb/hr 150-220 kkal/kgbb/hr
2-3 g/kgbb/hr
4-6 g/kgbb/hr
Bebassesuai
kebutuhan energi
100 kkal/kgbb/hr
Anemia defisiensi besi merupakan anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis
hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling bnayak pada anak dan
menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar diseluruh dunia terutama di negara
sedang berkembang termasuk Indonesia. Gejala pada anemia defisiensi besi seperti pucat
yang berlangsung lama tanpa manifestasi pendarahan, mudah lelah, lemas, mudah marah,
tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku
dan prestasi belajar, gemar makan makanan yang tidak biasa, memakan bahan makanan yang
kurang mengandung zat besi.
Pada pasien ini didiagnosa anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis lemas,
nafsu makan berkurang, daya tahan tubuh menurun dan hasil pemeriksaan lab didapatkan Hb
8,2 g/dL MCV: 63 fL, MCH: 20 pg, MCHC: 32 %. Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu:3
1. Kadar besi serum, TIBC, serum feritin, serum transferin
2. Gambaran darah tepi
Tatalaksana yang dapat diberikan pada anemia defisiensi besi yaitu : Mengetahui
faktor penyebab : riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya pendarahan yang abnormal, pasc
pembedahan. Preparat besi : ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat dan ferous
suksinat. Dosis besi elemental 4-6 mg/kgbb/hr. Respon terapi dengan menilai kenailan Hb/Ht
setelah satu bulan, yaitu kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.bila respon ditemukan,
terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan. Transfusi darah jarang diperlukan, hanya diberi pada
keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb <4 g/dL. Komponen darah yang di beri
PRC dengan dosis 2-3 ml/kgbb persatu kali pemberian.1 Pada pasien ini tidak diberikan terapi
untuk anemia karena Hb 8,2 g/dL tubuh masih bisa mengkompensi keadaan anemia, dan
setelah diperiksa lab kembali hasil Hb: 9,4 g/dL.
Pada pasien ini didiagnosa hiponatremia berdasarkan dari hasil lab elektrolit Na: 129
mEq/dL. Hiponatremia adalah konsentrasi natrium yang kurang dari 135 mEq/L. Kadar Na
aman sekurangnya 125 mEq/L. Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau
kadar Na < 125 mEq/L:
Rumus koreksi Na: 125 Na Serum x 0,6 x BB (kg)
mEq natrium /kg) biasanya meningkatkan kadar natrium serum sekitar 10 mEq/L. Koreksi
hiponatremia yang terlalu cepat dapat mengakibatkan mielinolisis sistem saraf pusat pada
orang dewasa. Hanya sedikit data mengenai kejadian dan prevalensi masalah ini pada anakanak. terapi peningkatan cepat awal harus hanya meningkatkan kadar natrium serum sampai
sekitar 125 mEq/L dan hanya pada individu yang bergejala. Peningkatan konsentrasi natrium
serum selanjutnya harus dilakukan bertahap selama beberapa jam. Hipernatremi harus
dihindari. 5Pada pasien ini tidak dilakukan koreksi natrium karena kadar Na :129 mEq/L.
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2010.
2. Dorland. Kamus kedokteran dorland. Edisi ke-29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.h.2306.
3. Bahar A. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.715-9.
4. Nastiti NR, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI;2008.h.228-30.
5. Sjarif DS, Nasar SS, Devaera Y, Tanjung C. Rekomendasi IDAI: Asuhan nutrisi
pediatrik. Jakarta: IDAI;2011.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 15. Volume 1. Jakarta:
EGC; 2000.h. 271.