PENDAHULUAN
gawat
darurat
adalah
kecacatan.
Salah
satu indikator
mutu
pelayanan
dapat
yang
mencegah
pelayanan
berupa
Emergency Response Time (waktu tanggap gawat darurat) telah menjadi ukuran
kualitas pelayanan yang disediakan oleh layanan gawat darurat (Narad &
Driesbock, 1999). Dua komponen utama Emergency Response Time adalah saat
dari terjadi gejala sampai tiba ke rumah sakit atau fase pre-hospital, dan saat
pasien memasuki ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sampai mendapat respon
dari petugas atau fase in-hospital (Sucita, 2011). Prinsip umum tentang
penanganan pasien gawat darurat yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
adalah pasien harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai di IGD
(Kepmenkes, 2009).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang
menyebabkan obstruksi aliran udara episodik dan termasuk salah satu penyakit
yang memenuhi kriteria kegawatdaruratan ABC (Airway, Breathing, Circulation).
WHO menyatakan sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma dan ini
merupakan penyakit umum di antara anak-anak, jumlah ini diperkirakan akan
terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun. Angka morbiditas dan
mortalitas
cenderung
meningkat
pada
penyakit
asma,
dikarenakan
bronchitis kronik,
pneumonia,
pneumotoraks bahkan
mampu
ilmu
Response
pengetahuan
Time
mengenai
In-hospital
hubungan
dengan
penyakit
asma
tingkat
dan