Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit
endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena
seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak
musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab
munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).1
Menurut Riskesdas, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6% 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% 10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan banyak kejadian luar biasa. Jumlah penderita
pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654
kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Kejadian luar biasa diare pada tahun 2013 terjadi
di 6 propinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9).2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
penyakit menular, yaitu diare akut dengan pendekatan kedokteran keluarga.
1.3 Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi
dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada
pasien dengan diare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
DEFINISI
1
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 x sehari atau lebih banyak dari biasanya 1,
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja
3,4,5
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
blan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 3
Pembagian diare :
1.
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari
2.
Diare melanjut, yaitu diare yang berlangsung 7-14 hari
3.
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, insidens diare adalah 1-2 episode per anak per tahun, sekitar 38 juta
kasus, 2-3,7 juta pengobatan ke dokter, 320.000 rawat inap dan 325-425 kematian. Sementara
secara internasional terdapat lebih dari 1 miliar kasus dan paling tidak 4 juta kematian per
tahun. Kematian pada diare berhubungan dengan derajat dehidrasi. Sebagian besar kematian
pada anak akibat diare berhubungan dengan rendahnya sosioekonomi serta usia anak.6
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
Keadaan ini terdapat terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.3
2. Faktor malabsobsi
a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsobrsi protein.
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.3
FISIOLOGI DIARE 7
Berdasarkan mekanismenya diare dibagi menjadi :
2
1.
Diare Osmotik
Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang diakibatkan oleh
cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi peningkatan volume cairan dalam
saluran pencernaan (usus halus) ; biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan
tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi
pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau
2.
(eritromisin).
5.
Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi
Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas) sehingga
menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan karbohidrat, cairan dan
elektrolit ; dapat pula terjadi spontan karena fistul enteroenterik (gatrokolik).
KLASIFIKASI DIARE 8
Diare dibagi menjadi dua kategori :
1.
Diare Akut
Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan serangan diare tibatiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat
dari beberapa jam sampai 14 hari.8
3
2.
Diare Kronis
Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang
dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau
berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat.
MANIFESTASI KLINIS
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mugkin disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorpsi usus selama diare.4
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.4
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.
Kehilangan berat badan (Darrow)7
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB kurang dari 5 %
Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 5-6%
Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 7-10%
Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB lebih besar dari 10%
b. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan Maurice King Score (1974)5
Bagian tubuh
yang dilihat
Keadaan umum
Kompos mentis
Gelisah, cengeng
Mengigau, koma,
syok
Kekenyalan
kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Nadi
Kuat <120x/mnt
Sedang 120140x/mnt
Ubun-ubun
besar
Normal
Cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Sangat kering,
sianosis
Nafas
20-30x.mnt
30-40x/mnt
> 40 x/mnt
Catatan:
4
Untuk menentukan turgor, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
1. Lihat :
KU
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, lunglai/tidak
sadar
Normal
Cekung
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Kembali cepat
Kembali lambat
Tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan/
sedang. Bila ada 1
tanda / lebih dari
satu 1 tanda.
Mata
Air mata
Mulut danLidah
Rasa haus
2. Periksa
Turgor kulit
3. Hasil
Pemeriksaan
Hipotonik
(-)
Menurun sekali
Menurun sekali
Basah
Isotonik
(+)
Menurun
Menurun
Kering
Gejala SSP
Apatis
Koma
Hipertonik
(+)
Tidak jelas
Kering sekali
Irritable, kejangkejang
Hiperrefleksi
5
Sirkulasi
Nadi
Tekanan darah
Banyaknya kasus
Jelek sekali
Sangat lemah
Sangat rendah
20-30%
Jelek
Cepat & lemah
Rendah
70%
Rotavirus
Shigella
Salmonella ETEC
EIEC
Kolera
Masa tunas
Panas
Enek dan
muntah
Nyeri perut
12-72 jam
++
Sering
24-48 jam
++
Jarang
6-72 jam
++
Sering
6-72 jam
-
6-72 jam
++
-
48-72 jam
Sering
Tenesmus
2-3 hari
Tenesmus
kramp
Variasi
Kramp
5-7 hari
Tenesmus
kolik
3-7 hari
Lamanya
sakit
Tenesmus
kramp
> 7 hari
Sedang
5-10x/hri
Sedikit
>10 x/hari
Sedikit
Sering
Banyak
Sering
Sedikit
Sering
Konsistensi Cair
Lendir
Darah
-
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Banyak
Terusmenerus
Cair
Bau
Warna
Kuninghijau
+
Merah
hijau
+
Tak
berwarna
Tidak
Merahhijau
Leukosit
Lain-lain
Anorexia
+
Kejang +
Amis khas
Seperti air
cucian
beras
+
Sifat tinja
Volume
Frekuensi
Sering
Kadangkadang
Busuk
Kehijauan
+
Sepsis +
+
Metoorismus Infeksi
sistemik
3 hari
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen dan kadang-kadang
sampai sopor-koma). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila
sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan
dalam (pernafasan Kuszmaul).2
Asidosis metabolik terjadi karena: 1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2) Ketosis
kelaparan, 3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh
karena oliguria atau anuria), 4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan
intrasel, 5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).2
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada penderita diare.2
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
a. Kehilangan Na-biokarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oligura/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.2
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-
anak
dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat
berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai
koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tibatiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akiba terjadinya
penurunan berat dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolvemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,
kesadaran menurun, (soporokomatosa) dan apabila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
Pemeriksaan Khusus5
1.
Pemeriksaan Tinja
Yang dapat dilakukan pada pemeriksaan tinja ialah kultur bakteri patogen,
pemeriksaan lekosit, mengukur kadar toksin Clostridium difficile, dan pemeriksaan
parasit). Semua pemeriksaan di atas dapat dikerjakan pada kasus diare berdarah.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah : mengukur kadar Na + dan K+ pada cairan
tinja untuk mengetahui apakah jenis diare osmotik atau tidak. Diare osmosis ditandai oleh
perbedaan tekanan osmotik tinja >40, dimana nilai tekanan osmotik tinja ialah tekanan
osmolaritas (serum)
[ 2X(Na + K) ](tinja).
Derajat
dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
D. Ringan
50
100
25
175
D. Sedang
75
100
25
200
D. Berat
125
100
25
250
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg) sesuai
derajat dehidrasi
Derajat
dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
D. Ringan
30
80
25
135
D. Sedang
50
80
25
155
D. Berat
80
80
25
185
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15 > 25 kg)
Derajat
dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
D. Ringan
25
65
25
115
D. Sedang
50
65
25
140
D. Berat
80
65
25
170
2. Medikamentosa
V. cholera
E. Coli
Shigella
Amubiasis
3. Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg. Jenis makanan yang dapat diberikan :
9
Susu (ASI dan PASI yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)
Makanan setengah padat atau padat rendah serat
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, dapat diberikan makanan
padat atau makanan cair. Susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
4. Edukasi
Menjaga kebersihan alat-alat makanan
Memasak air minum dan makanan dengan matang
Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau menceboki anak dan
sebelum makan
Bila menggunakan sumber air tanah, hendaknya berjarak minimal 10
meter
dari
peresapan septiktank
Tidak membuang air besar di sembarang tempat
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
3.1
a.
b.
c.
d.
Umur
Status Pernikahan
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
: 14 tahun
: Belum menikah
: Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
: Islam
: Jawa
: SMA
: Pelajar
No Nama
1
2
3
4
5
Muhtadin
Khomsatun
Muh
Ihsanudin
Ahmad
Nursaid
Umi Faizatil
Kedudukan dalam
Keluarga
KK
Istri KK
Anak I
JK Umur
(th)
L 48
P 43
L 22
PNS
IRT
Pelajar
Sehat
Pasien
Sehat
Anak II
14
SMP
Pelajar
Pasien
Anak III
PAUD
Pelajar
Pasien
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu Pasien) pada tanggal 23 Juli 2015
pada pukul 11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015
pada pukul 15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Muntah sebanyak 5 kali
b. Keluhan tambahan
Mencret, demam, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien (An. Umi) datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 13 Juli 2015
dengan keluhan muntah sebanyak 5 kali sejak 3 hari sebelum datang ke
Puskesmas.
3 hari sebelum datang ke puskesmas, ibu pasien melihat pasien mengonsumsi
kopi 2x (1x dibeli di warung dekat rumah dan 1x yang diseduh di rumah)
tanpa makan apapun sejak pagi. Malam harinya pasien muntah-muntah dan
terlihat lemas. Muntah berisi air, makanan (-), lendir (-), warna hijau atau
kuning (-), muntah darah (-).
2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengalami mencret sebanyak 5
kali. Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau
busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas aqua tiap buang air. Ibu pasien juga
merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makan nya berkurang, ibu
pasien membawa pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas.
1 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien masih mengalami mencret, ibu
pasien meneruskan obat yang diberikan oleh bidan, namun tidak ada
perubahan. Esok harinya, ibu pasien memutuskan untuk membawa anaknya ke
d.
e.
BB
Suhu
RR
: 13 kg
: 360 C
: 22x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri
- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas
jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri
setinggi ICS II pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
-
Penatalaksanaan
o Medikamentosa: (yang sudah diberikan)
Paracetamol 3 x tab
Amoxicilin syr 3 x 1 sendok teh
Domperidone 3 x 1 tab
Guanis syr (kp) 1 x 1 sendok teh
13
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas, asam, dan
2. Ny. Komsatun
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Juli 2015 pada pukul
11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015 pada pukul
15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Mencret sebanyak 3 kali
b. Keluhan tambahan
Muntah, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 17 Juli 2015 dengan
keluhan mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas.
Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-),
kurang lebih satu gelas tiap buang air disertai nyerti perut. Selain itu, keluhan
d.
e.
Pemeriksaan fisik
Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum
Kesan sakit
: Tidak tampak sakit
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
:
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 360 C
TB : 160 cm
BB : 55 kg
RR : 18x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
14
Abdomen
-
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
-
Penatalaksanaan
o Medikamentosa: (yang sudah dilakukan)
Paracetamol 3 x 500mg
Amoxicilin 3 x 500mg
Diapet 3 x 1 tab
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas, asam, dan
TB : 150 cm
BB : 50 kg
RR : 20x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
16
Thoraks :
Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri
- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas
jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri
setinggi ICS II pada garis sternalis kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Ekstremitas
- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Diagnosis Kerja
-
Penatalaksanaan
o Medikamentosa: (yang sudah dilakukan)
Paracetamol 3 x 500mg
Amoxicilin 3 x 500mg
Diapet 3 x 1 tab
o Nonmedikamentosa :
Edukasi:
Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas, asam, dan
17
Puskesmas selama 4 hari, Ibu (Ny. Komsatun) dirawat jalan dan An. Ahmad Nursaid dirawat
di Puskesmas selama 3 hari. Saat pulang ke rumah, ketiga pasien sudah membaik, walaupun
An. Ahmad Nursaid masih dalam kondisi pemulihan dan obat masih tetap diminum sampai
habis.
Faktor pendukung :
Pasien meminum obat teratur dan menjalankan edukasi yang telah diberikan
Faktor penghambat:
Tidak ada
Indikator keberhasilan
Keluhan yang dialami pasien sudah berkurang
3.4
No.
Rencana pembinaan
Sasaran
Edukasi
mengenai
diare,
apa
penyebabnya, bagaimana pencegahan Pasien dan
dan bagaimana penanganan pertama keluarga
di rumah.
1.
2.
Edukasi
mengenai
kebersihan
Kebiasaan jajan yang tidak
Pasien dan
makanan, dan dampak apabila tidak
diketahui tingkat kebersihannya
keluarga
mengkonsumsi makanan yang bersih.
3.5
a.
b.
menular yaitu kedua pasien dan anak ke I dan II yaitu berupa influenza.
Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah/suami, ibu dan kakaknya. Hubungan antara pasien dengan
keluarga baik. Pasien dan keluarga memiliki waktu berkumpul dengan keluarga setiap
hari yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama, berkumpul bersama dan shalat
c.
d.
18
Pendidikan terakhir Ny. Komsatun adalah lulusan SMA, pendidikan terakhir suaminya
adalah SMK. Saat ini, An. Ahmad Nursaid sedang menempuh pendidikan SMP dan An.
e.
f.
secara rutin (sholat dan mengaji). Penerapan nilai agama cukup baik.
Fungsi Sosial dan Budaya
An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga tinggal di dusun Kauman, desa Kembanglimus,
di pemukiman yang cukup padat penduduk. Komunikasi dengan tetangga cukup baik,
karena ayah/suami pasien merupakan Kepala Dusun Kauman yang aktif berkegiatan
dengan warga sekitar. Keluarga penderita aktif mengikuti kegiatan di lingkungan
seperti pengajian yang rutin dilakukan seminggu sekali.
3.6
makan di rumah. Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan
sebagai berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, telur, ikan), sayur (bayam, kangkung, sop dll), air
minum (air putih, teh, susu). Pasien jarang mengkonsumsi ayam atau daging. An. Umi dan
An. Ahmad Nursaid selalu minum susu. Terkadang An. Umi dan An. Ahmad Nursaid juga
suka membeli makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan kesehatannya.
Air minum berasal dari air sumur pompa listrik yang dimasak sendiri.
3.7
a.
b.
binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya kontaminasi air bersih.
Buang air besar menggunakan jamban leher angsa di wc sendiri dalam rumah yang
langsung dibuang ke septic tank. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali dan tidak
c.
d.
3.8
a.
lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan sampah.
Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak < 10 km.
Faktor keturunan
Tidak ada riwayat apapun di dalam keluarga.
Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah
pasien terletak di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 12 x 7 m 2, terdiri dari 1 lantai.
Rumah tersebut ditinggali oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang kerja (penjahit), 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi,
dan 1 dapur di bagian belakang rumah. Rumah tidak mempunyai langit-langit, beratap
genteng, memiliki dinding papan, lantai ada yang hanya diplester ada yang dari
keramik. Penerangan dalam rumah tidak cukup dan terasa lembab. Ventilasi dan jendela
ada dengan luas tidak memadai, yaitu dengan luas < 10 % dan sering dibuka. Tata letak
barang di rumah kurang rapi. Sumber air bersih dari sumur pompa listrik yang
merupakan milik bersama. Sumber air bersih tersebut digunakan untuk minum maupun
cuci dan masak. Sumber air berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana
air bekas pemandian dan MCK umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan
hanya disaring menggunakan jerami. Di dekat sumber air bersih juga berkeliaran
beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya kontaminasi
air bersih. Air minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK terdapat kamar mandi yang
menggunakan jamban berleher angsa dan sudah memiliki septic tank yang berjarak 7 m
dari sumber air minum. Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur.
Pembuangan air limbah ke kali, tidak lancar dan ada genangan air. Tidak ada tempat
pembuangan sampah. Terdapat halaman di depan rumah lebarnya 3 x 3 meter terbuat
dari tanah. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah cukup.
Dapur
R.
Makan
R. Tidur
WC
R. Tidur
R. Tidur
20
4. Aspek Risiko Eksternal dan Psikososial : berasal dari lingkungan (keluarga, tempat
kerja, tetangga, budaya)
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.
5. Derajat Fungsional : kualitas hidup pasien. Penilaian dengan skor 1 5, berdasarkan
disabilitas dari pasien.
Derajat 2 (mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar
rumah)
3.11 Pengelolaan Komprehensif
1. Promotif
a. Edukasi kepada pasien untuk patuh dan teratur minum obat.
b. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diare
2. Preventif
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau beraktivitas
b. Mengurangi kebiasaan jajan sembarangan
c. Memperhatikan kebersihan makanan dan minuman
d. Melakukan aktivitas dan istirahat yang cukup.
3. Kuratif
a. Obat anti diare: diapet 3 x 1 tab
b. Simptomatis: paracetamol, amoxicilin, domperidone
4. Rehabilitatif
a. Tidak terdapat keterbatasan fungsional pada pasien sehingga tidak dilakukan
3.12.
STATUS
YANKES
Dokter praktek, bidan
desa,
Puskesmas
Borobudur
LINGKUNGAN
KESEHATAN
PERILAKU
Keluarga
yang terlibat
23 Juli
2015
Penderita, ibu
penderita
27 Juli
2015
3.14.
Hasil Kegiatan
Penderita dan
keluarga
Mendapatkan diagnosis
kerja pasien dan
penyebab
Pasien dan keluarga
mengerti mengenai
penjelasan yang
diberikan
a. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap pembinaan yang diberikan cukup baik.
b. Faktor pendukung
Pasien dan keluarga memahami dan mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan.
Pasien dan keluarga tampak antusias dan adanya kemauan dari pasien dan keluarga
untuk hidup sehat dan bersih
c. Faktor penyulit: d. Indikator keberhasilan
23
Pasien dan keluarga mengerti bahwa diare dapat disebabkan oleh makanan yang
tidak terjaga kebersihannya.
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang diare, penyebab, pencegahan,
penanganan dan bahaya dari penyakit diare.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada tanggal 13 Juli 2015, seeorang anak perempuan, 3 tahun 9 bulan, datang diantar
ibunya dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas. Dua hari sebelum
masuk puskesmas, pasien juga mengalami mencret sebanyak 5 kali, berwarna kuning, ampas
(+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas aqua tiap buang air.
Demam juga merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makannya berkurang, ibu pasien membawa
pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas. Empat hari setelahnya, ibu pasien
datang dengan keluhan yang sama dan dua hari setelah ibu berobat ke puskesmas, anak kedua
nya juga memiliki keluhan yang sama dengannya dan anak bungsunya.
Pada pemeriksaan fisik di kedua pasien, tidak ditemukan kelainan. Dari fungsi biologis
dalam keluarga, terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit menular yaitu diare.
Dari faktor perilaku, terkadang pasien juga suka membeli makanan di luar yang mungkin
belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dari faktor lingkungan, pasien tinggal di
tempat tinggal yang tidak sehat, yaitu cukup sumber air berdekatan dengan pemandian dan
MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK umum tersebut juga mengalir dekat
sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di dekat sumber air bersih juga
berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya
kontaminasi air bersih. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali dan tidak lancar sehingga
kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan sampah. Pasien didiagnosis
dengan post diare akut e.c. infeksi virus tanpa dehidrasi. Pasien kemudian diberi tatalaksana
medikamentosa berupa Paracetamol 3 x tab, Amoxicilin syr 3 x 1 sendok teh,
24
Domperidone 3 x 1 tab, dan Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh. Ibu pasien dan anak keduanya
diberi terapi Paracetamol 3 x 500mg, Amoxicilin 3 x 500mg, dan Diapet 3 x 1 tab.
4.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya keluhan diare, yaitu salah satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kejadian luar biasa dan dapat berakhir fatal seperti kematian, dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan faktor perilaku seperti mengurangi kebiasaan membeli makanan
di luar karena kebersihannya belum tentu terjamin; mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, maupun berkegiatan; mengkonsumsi air dan masakan yang matang; membiasakan
diri berobat ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya bila sedang sakit. Selain itu,
terdapat juga faktor lain yang berpengaruh pada kesehatan yaitu membuat pembuangan
limbah yang memenuhi syarat sanitasi seperti terletak lebih dari 10 meter dari tempat tinggal,
salurannya lancar dan tidak tergenang; dan juga membuang sampah pada tempat yang telah
disediakan.
DAFTAR PUSTAKA
25
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2009. p. 283 310.
Noerasid N, et al. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2002. p. 51-76.
Firmansyah A, et al. Penyakit Radang Usus. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Markum H, editors. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. p. 448 74.
Prescilla MP,MD. Pediatric Gastroenteritis. Available at: http://emedicine.medscape.
com/article/964131-overview. Accessed on August 10, 2015.
Latief, Abdul, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Cetakan X. Jakarta:
FK Universitas Indonesia. 2002. p. 283 94.
Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009.
Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Juni
2007; 1-10.
LAMPIRAN
26
Gambar 2.
Sumber
air
berdekatan
bersih
dengan
yang
MCK/
hidup
unggas, memungkinkan
adanya
27