Laporan Praktikum Lapangan
Laporan Praktikum Lapangan
Kelompok 4
Mei Linda Setiorini
101211131202
101211131222
101211133053
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era pembangunan nasional terjadi penurunan kesehatan akibat dari
kualitas hidup yang memburuk akibat dari menurunnya sumber daya manusia.
Masalah kesehatan 2012 yakni pada bidang imunisasi dasar lengkap perlu
mendapatkan perhatian yang lebih karena banyak terjadi penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti Campak, Difteri, Pertusis,Tetanus,
Tuberkulosis, Hepatisis B, dan Polio. Penyakit tersebut jika tidak segera dicegah
maka akan menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada penderita.
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi merupakan penyakit
menular yang diharapkan dapat diberantas dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi merupakan suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah penyakit tertentu. Adapun tujuan imunisasi adalah
merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga
dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) (Delan Astrianzah dan Margawati, 2011).
Menurut data Riskesdas 2010 diperkirakan 1,7 juta (5%) kematian
disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. PD3I
masuk kedalam target nasional dan global yakni mencapai eradikasi, eliminasi dan
redukasi penyakit tersebut dari muka bumi. Untuk mencapai target tersebut maka
cakupan imunisasi harus ditingkatkan dan merata sampai tingkat Population
Imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Persentase imunisasi menurut
jenisnya yang tertinggi sampai terendah pada saat ini di Indonesia adalah untuk
BCG (77,9%), campak (74,4%), polio (66,7%), dan terendah DPT-HB3 (61,19%).
(Rikesdas, 2010). Sedangkan jumlah kejadian penyakit menular yang bisa dicegah
dengan imunisasi di Surabaya tahun 2006 sebanyak 654 kasus. Berdasarkan hasil
cakupan imunisasi jumlah bayi di Surabaya yang mendapatkan imunisasi
sebanyak 47.948 bayi, namun diketahui angka drop out imunisasi sebesar 15,30
%, penyebabnya yaitu kelengkapan imunisasi. Apabila kelengkapan imunisasi
pada bayi atau balita belum lengkap maka hal ini akan dapat menjadi peluang
penyebaran penyakit menular.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ini
digunakan.
a. Vaksin live attenuated
Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara
melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin
mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki
kemampuan untuk
1. Berikan petunjuk pada orang tua atau pengasuh apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
2. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
3. Catatan imunisasi secara rinci haru disampaikan kepada Dinas Kesehatan
bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
4. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi
untuk mengejar ketinggalan bila perlu. (Ranuh & dkk, 2008)
2.4 Cara dan Tempat Pemberian Vaksin
Vaksin dapat diberikan secara subkutan, intramuskular, intrakutan
(intradermal), dan per-oral sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam kemasan.
Vaksin harus diberikan pada tempat yang dapat memberikan respons imun optimal
dan memberikan kerusakan minimal terhadap jaringan sekitar, pembuluh darah
maupun persarafan.
Suntikan subkutan pada bayi diberikan pada paha atas bagian
anterolateral atau daerah deltoid untuk anak besar. Jarum yang dipergunakan
berukuran 5/8-3/4 inci yaitu jarum ukuran 23-25. Kulit dan jaringan di bawahnya
dicubit tebal perlahan dengan mempergunakan jempol dan jari telunjuk sehingga
terangkat dari otot, kemudian jarum ditusukkan pada lipatan kulit tersebut dengan
kemiringan kira-kira 45 derajat.
Untuk suntikan intramuskular mempergunakan jarum nomor 22-25.
Menurut pedoman WHO, pada suntikan intramuskular, jarum harus masuk 5/8
inci atau 16 mm sedangkan FDA menganjurkan kedalaman 7/8-1 inci atau 22-25
mm. Sedangkan untuk Suntikan intradermal diberikan pada BCG dan kadangkadang pada vaksin rabies dan tifoid, pada lengan atas atau daerah volar. Ukuran
jarum 3/8-3/4 inci atau jarum nomor 25-27. Untuk vaksin oral, apabila dalam 10
menit anak muntah sebaiknya pemberian vaksin diulang; tetapi bila kemudian
muntah lagi ulangan diberikan pada keesokan harinya. (Pediatri, 2000)
BAB III
HASIL
3.1 Jadwal dan Pelaksanaan Observasi
Obeservasi dilaksanakan selama dua hari, pada hari Kamis, 12 November
2015 dan hari Selasa, 16 November 2015. Pada pukul 18.00 hingga pukul 19.30,
bertempat di Klinik Dokter Spesialis Anak dr. Gani Wargunhardjo Sp.A Jalan
Sutorejo Utara IV/25 Surabaya.
3.2 Hasil Observasi
3.2.2 Pengamatan Pertama
Usia bayi
: 3 tahun
Berat badan
: 15 kg
Jenis vaksin
: Hepatitis A
A. Vaksin yang Digunakan
1. Penyimpanan vaksin
2. Kualitas vaksin
3. Merk vaksin
4. Penggunaan vaksin
8.
9.
4.
5.
9.
No
Kegiatan yang dilakukan
.
Pengenceran Vaksin
1.
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan
pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu
2.
Jarum yang digunakan berukuran 21 yang steril dianjurkan
untuk mengencerkan
Pembersihan Kulit
3.
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi
dilakukan, namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit
tidak diperlukan
Teknik dan Ukuran Jarum
4.
Standart jarum suntik adalah ukuran 23 dengan panjang 25
mm
Pada bayi kurang bulan, umur 2 bulan atau yang lebih muda ,
dapat pula dipakai ukuran 26 panjang 16 mm
Untuk suntikan subkutan pada lengan atas dipakai jarum
ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi kecil dipakai
jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm
: 7 bulan
:: DPT, Polio, HIB
: Februari 2017
12
Pembersihan Kulit
3.
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi
dilakukan, namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit
tidak diperlukan
Teknik dan Ukuran Jarum
4.
Standart jarum suntik adalah ukuran 23 dengan panjang 25
mm
Pada bayi kurang bulan, umur 2 bulan atau yang lebih muda ,
dapat pula dipakai ukuran 26 panjang 16 mm
Untuk suntikan subkutan pada lengan atas dipakai jarum
ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi kecil dipakai
jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm
4. Cara Pemberian Vaksin
Dosis vaksin
Cara pemberian vaksin
Posisi pemberian vaksin
: 2 cc
: Penyuntikan IM (90), SC (45), IC (15)
oral
: Lengan (kanan atau kiri), paha
14
BAB IV
PEMBAHASAN
15
Vaksin yang digunakan dalam imunisasi berwarna putih bening atau jernih
dan belum melewati tanggal kedaluwarsa. Hal tersebut sesuai dengan pedoman
yang ada. Berdasarkan Permenkes, selama VVM (vaccine vial monitor) tetap
berwarna putih atau lebih terang dari warna dalam lingkaran rujukan, maka vaksin
Hepatitis B masih layak dipakai.
Merk vaksin yang digunakan untuk imunisasi Hepatitis B (Engerix- B),
Hepatitis A (Vaksin rekombinan, Havriks Junior) dan vaksin HIB (Infarid) adalah
merk yang beredar di Indonesia.
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi Hepatitis A, Hepatitis B dan HIB
pada klinik tersebut sudah sesuai aturan, di mana penggunaan vaksin bersifat
single dose (sekali pakai) atau pemakaian pada hari dibukanya vaksin saja. Masa
pemakaian vaksin HIB 24 jam setelah dibukanya vaksin. Penggunaan sekali pakai
bertujuan untuk menghindari kerusakan vaksin serta dosis vaksin tersebut hanya
sekali pakai. Namun, vaksin rotarix (2cc) diberikan 2 kali.
16
17
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan kegiatan imunisasi di Klinik dr. Gani
Wargunhardjo Sp.A telah mengikuti pedoman imunisasi yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Dimulai dari
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Lampiran
21