C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga dilakukan
pemeriksaan roentgen atau endoskopi. (Sjamsuhidajat, 2011)
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan
hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung
leukosit untuk menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor
koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu
menegakkan kemungkinan demam berdarah yang memberikan gejala mirip gawat
perut. (Sjamsuhidajat, 2011)
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk
memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus.
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis kelainan
hati, salurran empedu, dan pankreas. Apendisitis akut dapat dipastikan dengan
ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan yang tidak perlu. (Sjamsuhidajat,
2011)
1. Apendisitis
A. Anamnesis
Pada anamnesis perlu dicari gejala-gejala seperti nyeri abdomen yang mula-mula
di daerah umbilikus atau di bawah epigastrium yang kemudian berpindah dan
menetap dikanan bawah, adanya anoreksia dan vomitus atau peningkatan suhu yang
ringan. Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan
rektal sampai 1C. (Sjamsuhidayat, 2011)
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita apendisitis dimulai dengan pemeriksaan dimulai
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital dan status generalis, termasuk dari ekspresi
umum penderita, misalnya kecenderungan posisi tidur penderita yang lebih menyukai
berbaring dalam posisi terlentang dengan paha kanan difleksikan, setiap pergerakan
akan menambah rasa nyeri. (Sjamsuhidayat, 2011)
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan status lokalis yang terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada inspeksi umumnya abdomen dalam
keadaan normal untuk suatu apendisitis akut tanpa komplikasi. Palpasi abdomen
untuk menentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas, Rovsings sign, defance muscular,
psoas sing, dan obturator sign atau adanya massa. Perkusi abdomen biasanya
ditemukan perkusi timpanitik yang normal pada suatu apendisitis akut tanpa
komplikasi. (Sjamsuhidayat, 2011)
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut bagian bawah dan mungkin
disertai dengan defans muskular lokal. Pada pemeriksaan vaginoabdominal, mungkin
terlihat fluor albus dan biasanya timbul nyeri jika serviks atau uterus digerakan,
apalagi bila adneksa disentuh. Adneksa mungkin sukar diraba, baik dari perut maupun
dari vagina karena nyeri. (Sjamsuhidayat, 2011)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang mungkin dibutuhkan pmeriksaan mikroskopik dan
biakan untuk menentukan mikroorganisme penyebabnya, dan uji kepekaan untuk
memilih antibiotik yang efektif. Pemeriksaan ultrasonografi sangat berguna untuk
membantu menentukan diagnosis. (Sjamsuhidayat, 2011)
Sumber : Sjamsuhidayat R, BUKU AJAR ILMU BEDAH, EDISI-3, JAKARTA :
EGC