Anda di halaman 1dari 4

4.

Penegakan Diagnosis Nyeri Abdomen


A. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan terlebih dahulu
permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak, atau berangsur), letaknya
(menetap, pindah, atau beralih), keparahannya dan sifatnya ( seperti ditususk, tekanan,
terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan),
lamanya apakah berkala, dan faktor apa yang memengaruhinya (adakah yang
memperingan atau memperberat, seperti sikap tubuh, makan, minum, napas dalam,
batuk, bersin, defekasi, dan miksi). Harus ditanyakan apakah pasien sudah mengalami
nyeri seperti ini. (Sjamsuhidajat, 2011)
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat abdomen. Pada obstruksi usus
tinggi, muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit
(konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada perotonitis umum.
(Sjamsuhidajat, 2011)
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum
setempat, ditemukan tanda rangsangan peritoneum yang sering disertai defans
muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur haidd, dan gejalaan lain
sebelum diserang tanda gawat abdomen, harus dimasukan dalam anamnesis.
(Sjamsuhidajat, 2011)
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan,
syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. (Sjamsuhidajat, 2011)
Pada pemeriksaan perut, inspeksi merupakan bagian pemeriksaan yang penting.
Auskultasi dadakan sebelum dilakukan perkusi dan palpasi. Lipat paha tempat hernia
lain diperiksa secara khusus. Umumnya dibutuhkan colok dubur untuk membantu
penegakan diagnosis. (Sjamsuhidajat, 2011)
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal, regio
subfrenik, dan panggul, dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji tertentu.
Dengan uji iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai regioa retroperitoneal,
dengan uji obturator didapat informasi mengenai kelainan di panggul, dan dengan
perkusi tinju dapat dicapai regio subfrebik. Dengan menarik testis ke arah kaudal,
dapat dicapai daerah dasar panggul. (Sjamsuhidajat, 2011)
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan
colok dubur dan pemeriksaan vagina. (Sjamsuhidajat, 2011)
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang memberikan
informasi pada peritonitis murni, nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan di
daerah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. (Sjamsuhidajat, 2011)
Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus
karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi
usus ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk
kemungkinan kelainan pada alat kelamin perempuan. (Sjamsuhidajat, 2011)

C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga dilakukan
pemeriksaan roentgen atau endoskopi. (Sjamsuhidajat, 2011)
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan
hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung
leukosit untuk menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor
koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu
menegakkan kemungkinan demam berdarah yang memberikan gejala mirip gawat
perut. (Sjamsuhidajat, 2011)
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk
memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus.
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis kelainan
hati, salurran empedu, dan pankreas. Apendisitis akut dapat dipastikan dengan
ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan yang tidak perlu. (Sjamsuhidajat,
2011)
1. Apendisitis
A. Anamnesis
Pada anamnesis perlu dicari gejala-gejala seperti nyeri abdomen yang mula-mula
di daerah umbilikus atau di bawah epigastrium yang kemudian berpindah dan
menetap dikanan bawah, adanya anoreksia dan vomitus atau peningkatan suhu yang
ringan. Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan
rektal sampai 1C. (Sjamsuhidayat, 2011)
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita apendisitis dimulai dengan pemeriksaan dimulai
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital dan status generalis, termasuk dari ekspresi
umum penderita, misalnya kecenderungan posisi tidur penderita yang lebih menyukai
berbaring dalam posisi terlentang dengan paha kanan difleksikan, setiap pergerakan
akan menambah rasa nyeri. (Sjamsuhidayat, 2011)
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan status lokalis yang terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada inspeksi umumnya abdomen dalam
keadaan normal untuk suatu apendisitis akut tanpa komplikasi. Palpasi abdomen
untuk menentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas, Rovsings sign, defance muscular,
psoas sing, dan obturator sign atau adanya massa. Perkusi abdomen biasanya
ditemukan perkusi timpanitik yang normal pada suatu apendisitis akut tanpa
komplikasi. (Sjamsuhidayat, 2011)
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakan diagnosis akut. Pada


kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus komplikasi. Leukosit
yang ditemukan pada pemeriksaan urin tidak serta merta dapat digunakan untuk
menegak diagnosis ISK karena harus ditunjang oleh hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. (Sjamsuhidayat, 2011)
Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm dengan pergeseran ke kiri
(lebih dari 75% neutrofil) pada 75% kasus yang ada 96% diantaranya leukositosis
atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan
apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah
kecil eritrosit atau leukosit. (Sjamsuhidayat, 2011)
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG menjadi sangat populer namun pemeriksaan ini bukanlah
penentu akhir diagnosis apendisitis akut, karena sifatnya yang operator dependen.
Pemeriksaan USG akan bermanfaat apabila penderita adalah wanita untuk
menyingkirkan kemungkinan adalah kelainan di organ genitalia interna seperti
tuboovarial abses kanan, kista ovarium terpeluntir, kehamilan ekstopik terganggu.
(Sjamsuhidayat, 2011)
c. Appendikogram
Appendikogran dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus
yang di encerkan dengan perbandingan 1 : 3 secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 1-8 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa.
Hasil appendikogram diexpertise pleh dokter spesialis radiologi. (Sjamsuhidayat,
2011)
2. Adneksitis Akut
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya ditemukan gejala umun seperti ditemukannya nyeri perut.
Nyeri tersebut timbul karena radang di tuba, di alat sekitarnya yang turut terlibat, dan
mungkin oleh rangsangan peritoneum. Sifat nyeri mirip dengan nyeri pada apendisitis
akut. Nyeri bersifat sinambung, sering bilateral, serta sering meningkat bila bergerak
dan perasat valsalva positif. (Sjamsuhidayat, 2011)
Pada saat koitus terasa sangat nyeri, kemudian juga pada saat bergerak, bernapas
dalam, batuk, bersin dan mengejan, karena nyeri biasanya disertai dengan tanda
rangsangan peritoneum lokal. Penderita bisanya juga sering merasakan adanya
demam, menggigil, dan tidak jarang mual muntah. (Sjamsuhidayat, 2011)

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut bagian bawah dan mungkin
disertai dengan defans muskular lokal. Pada pemeriksaan vaginoabdominal, mungkin

terlihat fluor albus dan biasanya timbul nyeri jika serviks atau uterus digerakan,
apalagi bila adneksa disentuh. Adneksa mungkin sukar diraba, baik dari perut maupun
dari vagina karena nyeri. (Sjamsuhidayat, 2011)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang mungkin dibutuhkan pmeriksaan mikroskopik dan
biakan untuk menentukan mikroorganisme penyebabnya, dan uji kepekaan untuk
memilih antibiotik yang efektif. Pemeriksaan ultrasonografi sangat berguna untuk
membantu menentukan diagnosis. (Sjamsuhidayat, 2011)
Sumber : Sjamsuhidayat R, BUKU AJAR ILMU BEDAH, EDISI-3, JAKARTA :
EGC

Anda mungkin juga menyukai