Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
Dr. Edward Surjono, Sp. A
Oleh:
Agustriane Sobhita Putri (2011-061-132)
Jessica Hueichi(2011-061-135)
Fiona Adisurya (2012-061-031)
Vincent Widjaja (2012-061-034)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, oleh karna rahmat dan
karunia-Nya, referat yang berjudul Efek Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang
Terhadap Pertumbuhan AnakPenderita Asma ini dapat terwujud.
Penulis mengangkat topik tentang efek penggunaan kortikosteroid jangka panjang
yang digunakan oleh anak penderita asma dan dikaitkan dengan pertumbuhan anak itu
sendiri.Kortikosteroid merupakan salah satu obat yang harus diberikan secar rutin pada anak
penderita asma untuk mengontrol serangan asma. Oleh karena itu, penulis berusaha
mengumpulkan informasi yang didapat dari berbagai sumber ke dalam bentuk referat ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Edward Surjono,Sp.A
sebagai dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam proses pembuatan referat ini.
Di dalam penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
sempurna dan masih terdapat kekurangannya, karenanya penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sehingga nantinya pembuatan referat dapat lebih baik
lagi.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
II.1. Definisi Asma....................................................................................7
II.2. Epidemiologi Asma...........................................................................7
II.3. Etiologi Asma....................................................................................7
II.4. Klasifikasi Asma................................................................................8
II.5. Patogenesis Asma..............................................................................9
II.6. Manifestasi Klinis Asma..................................................................12
II.7. Diagnosa Asma................................................................................12
II.8. Diagnosa Banding Asma.................................................................13
II.9. Tatalaksana Asma Pada Anak..........................................................15
II.9.1.Medikamentosa......................................................................15
II.9.2. Tatalaksana Saat Serangan....................................................15
II.9.3. Tatalaksana Jangka Panjang..................................................16
II.10. Cara Pemberian Obat.....................................................................18
II.11. Efek-efek dari Pengunaan Kortikosteroid Inhalasi........................20
II.12. Efek Kortikosteroid Terhadap Pertumbuhan..................................21
II.13. Efek Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi pada
Pertumbuhan Anak dengan Asma..................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Asma adalah suatu kondisi inflamasi kronis dari saluran nafas yang menyebabkan
obstruksi aliran udara yang bersifat episodik. Inflamasi kronis ini akan menyebabkan saluran
nafas menjadi hiperresponsif terhadap suatu pemicu.
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu, baik di negara maju maupun negara
yang sedang berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan pola hidup yang
berubah dan peran faktor lingkungan terutama polusi baik indoor maupun outdoor. Data yang
diperoleh dari Center fot Disease Control pada tahun 2002 menyatakan bahwa 8.9 juta anak
di Amerika menderita asma. 4.2 juta diantaranya mengalami serangan asma dalam 12 bulan
terakhir. Anak anak yang berasal dari keluarga dengan perekonomian rendah memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk menderita asma.Di Indonesia prevalensi asma pada
anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar dan 6,5% pada usia sekolah menengah pertama.
Tatalaksana asma bertujuan untuk mengurangi inflamasi saluran nafas dengan
meminimalisir paparan agen pemicu dari lingkungan, menggunakan obat obatan anti
inflamasi secara rutin sebagai pengontrol ( controller ) serangan asma, dan mengontrol
kondisi komorbid yang dapat memperburuk asma. Dengan berkurangnya hal hal yang
menyebabkan inflamasi jalan nafas, asma dapat lebih terkontrol, eksaserbasi menjadi lebih
jarang, dan penurunan frekuensi penggunaan obat reliever.1
Tatalaksana asma dibagi menjadi 2 kelompok yaitutatalaksana pada saat serangan asma
(eksaserbasi akut) atau aspek akut dan tatalaksana jangka panjang (aspek kronis). Pada asma
episodik sering dan asma persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat
pengendali (controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma.
Pemberian kortikosteroid yang lama pada anak merupakan perdebatan yang cukup
lama.Para ahli sepakat bahwa pemberian kortikosteroid secara sistemik dalam jangka panjang
dapat mengganggu pertumbuhan anak sehingga harus berhati-hati dan bila memungkinkan
dihindari.
Melihat banyaknya pengunaan kortikosteroid jangka panjang pada anak penderita
asma, maka pada referat ini kami ingin membahas mengenai efek kortikosteroid jangka
panjang terhadap pertumbuhan anak penderita asma.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Parameter
sering
1
2
paru
Frekuensi serangan
Lama serangan
>1x/bulan
>1 minggu
<1x/bulan
<1 minggu
sering
hampir
sepanjang
tahun, tidak ada
3
4
Intesitas serangan
Di antara serangan
biasanya ringan
tanpa gejala
remisi
biasanya sedang biasanya berat
sering
ada gejala siang dan
tidak terganggu
gejala
sering
malam
sangat
terganggu
terganggu
8
(tidak Mungkin
ditemukan
terganggu
Tidak
pernah
normal
(ditemukan
7
Obat
pengendali
inflamasi)
Uji faal paru
serangan )
(di
kelainan)
Perlu
Perlu
80 %
variabilitas
20-30 %
Variabilitas faal paru (bila variabilitas >15 variabilitas > 30 variabilitas > 50
ada serangan)
10
11
12
berat, obstruksi saluran napas yang lebih parah dapat menyebabkan usaha napas berlebih dan
distress napas yang bermanifestasi sebagai mengi saat inspirasi dan eskpirasi, meningkatkan
pemanjangan ekshalasi, udara masuk dengan buruk, retraksi suprasternal dan intercostal,
nasal flaring, dan penggunaan otot aksesorius. Pada keadaan yang lebih buruk, aliran napas
yang sangat terbatas menyebabkan mengi tidak dapat didengar.4
Pengukuran fungsi paru memberikan penilaian terhadap berat, mampu tidaknya, dan
variabilitas keterbatasan aliran udara yang dapat membantu diagnosis asma.4
Spirometri merupakan metode yang dipilih untuk mengukur keterbatasan aliran udara
dan reversibel atau tidaknya sehingga dapat menegakkan diagnosis asma.Peningkatan FEV1
12 % dan 200 ml setelah pemberian bronkodilator yang mengindikasikan keterbatasan
aliran udara reversibel yang konsisten berkaitan dengan asma. Namun kebanyakan pasien
asma mungkin tidak memperlihatkan adanya keadaan reversibel sehingga disarankan untuk
mengulang tes ini).3
Pengukuran Peak expiratory flow (PEF) penting untuk diagnosis dan pengawan
pasien asma.Pengukuran PEF idealnya dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
Perkembangan 60 L/menit (atau 20 % PEF pra bronkodilator) setelah inhalasi bronkodilator
atau variasi diurnal PEF atau > 20 % (dua kali pembacaan dalam 1 hari, >10 %) mengarahkan
diagnosis pada asma.3
Tes diagnosis tambahan dapat dilakukan pada pasien yang gejalanya konsisten dengan
gejala asma namun fungsi paru normal, pengukuran responsivitas saluran napas terhapa
metacholine dan antihistamin, tes terhadapa manitol inhalasi, atau tes olahraga dapat
membantu penegakaan diagnosis asma.3
Tes uji kulit terhadap alergen atau pengukuran terhadap IgE spesifrik dalam serum.
Aanya
alergi
meningkatkan
probabilitas
diagnosis
asma
dan
dapat
membantu
13
14
Bila dinilai sebagai serangan asma berat maka nebulisasi pertama kali langsung sudah
ditambahkan dengan antikolinergik dan oksigen 2-4 L/menit.Pada serangan yang berat, yang
belum membaik dengan nebulisasi tiga kali berturut-turut maka pasien perlu dirawat di rumah
sakit. Dilakukan nebulisasi dengan beta agonis + antikolinergik tiap 2 jam, yang ditambahkan
dengan steroid sistemik oral metilprednisolon atau prednisone 3-5 hari. 2,7,8
II.9.3. Tatalaksana Jangka Panjang
Obat-obatan yang digunakan dalam penanganan asma pada jangka panjang disebut
obat pengendali (controller), atau obat pencegah atau obat profilaksis.Tatalaksana jangka
panjang (aspek kronis) pada asma anak diberikan pada asma episodik sering dan persisten,
sedangkan pada asma episodik jarang tidak diperlukan.Obat dalam golongan ini digunakan
untuk mengatasi inflamasi respirasi kronik pada asma. (1,2) Jenis obat yang dinukan sebagai
controller untuk anak adalah kortikosteroid inhalasi dan sistemik, leukotriene modifier, long
acting inhaled beta2-agonis, theophyline, cromones dan long acting oral beta2agonist
(LABA).
Kortikosteroid adalah antiinflamasi yang paling kuat, sehingga sering digunakan pada
pasien asma Pemberian kortikosteroid baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan obat
pengendali lainnya dapat meningkatkan fungsi paru (arus puncak ekspirasi, PEFR),
mengurangi gejala asma khususnya gangguan tidur malam hari, dan aktivitas sehari-hari.2,7,8
Asma Episodik Jarang
Asma jenis ini cukup diobati dengan obat pereda (reliever) berupa bronkodilator beta2 agonis
kerja pendek ( Short Acting beta2 agonis, SABA) pada saat terjadi serangan.gejala. Dalam
pemberiannya dapat dilakukan dengan pemberian obat hirupan (inhaler, bila tidak ada dapat
diberikan secara per oral.Penggunaan beta agonis secara oral dalam dosis besar dapat
menyebabkan efek samping palpitasi.
Asma Episodik Sering
Jika penggunaan inhaler beta agonis sudah >3x/minggu atau sudah terjadi serangan sedang
atau berat dalam sebulan, maka penggunaan anti-inflamasi sudah terindikasi.
Tahap pertama obat pengendali adalah pemberian steroid hirupan dosis rendah, yang
sering digunakan adalah budesonid. Dosis rendah steroid hirupan adalah 100-200 g/hari
16
budesonid (50-100 g/hari flutikason) untuk anak usia<12 tahun, dan 200-400 g/g
budesonid (100-200 g flutikason) untuk anak usia >12 tahun.
Dalam tatalakasana asma, diberlakukan dasar obat antiinflamasi membutuhkan 6-8
minggu untuk mengendalikan inflamasinya.Setiap pengobatan jika sudah 6-8 minggu,
dilakukan evaluasi. Bila responnya tetap tidak baik maka tatalaksana akan berpindah ke yang
lebih berat (step-up), sebaliknya bila asmanya membaik dan terkendali maka tatalaksana
beralih ke derajat yang lebih ringan (step-down). Bila memungkinkan steroid inhalasi
dihentikan penggunaannya.
Efek antiinflamasi dari kortikosteroid biasa muncul setelah 6-8 minggu, jika setelah
dievaluasi tidak terdapat perbaikan, masih terdapat gejala asma atau gangguan tidur atau
aktivitas maka dosis steroid dinaikan hingga 400 g/hari.
Asma Persisten
Apabila dengan pemberian kortikosteroid hirupan dosis rendah hasilnya belum
memuaskan, dapat dikombinasi dengan long acting beta-2 agonist (LABA) atau dengan
theophylline slow release (TSR), atau dengan antileukotrien reseptor (ALTR), atau
meningkatkan dosis kortikosteroid menjadi dosis medium. Yang dimaksud dengan dosis
medium adalah setara dengan budesonide 200-400 mg/hari-flutikason 100-200 mg/hari untuk
anak usia<12 tahun dan budesonide 400-600 mg/hari-flutikason 200-300 mg/hari.
Jika dalam 6-8 minggu masih tidak merespon tetap ada gejala asma tatalaksana
beralih ke tahap ketiga dengan meningkatkan dosis steroid sampai dosis tinggi atau dosis
medium yang ditambahkan dengan LABA, TSR, atau ALTR. Dosis tinggi adalah setara
dengan budesonide >400 mg/hari-flutikason >200 mg/hari untuk anak usia<12 tahun dan
budesonide >600 mg/hari-flutikason >300 mg/hari.
Penggunaan kortikosteroid oral (sistemik) harus merupakan langkah terakhir
tatalaksana asma pada anak.Kortikosteroid oral hanya diberikan bila bahaya dari asmanya
lebih besar daripada efek samping obat, dengan dosis awal 1-2 mg/kgBB/hari.Pemberian
kortikosteroid secara sistemik dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan anak
sehingga harus berhati-hati dan bila memungkinkan dihindari.
Jika dengan penggunaan steroid inhaler sudah terdapat perbaikan klinis yang
bermakna atau dicapai fungsi paru yang optimal, maka dosis steroid dapat dikurangi bertahap
sampai dosis terkecil yang masih dapat mengendalikan asmanya.Selain penggunaan obat
controller, usaha pencegahan terhadap faktor pencetus harus tetap dilakukan, dan
penggunaan beta agonis sebagai obat pereda tetap diteruskan.
17
Tabel II.4. Jenis Alat Inhalasi disesuaikan dengan Usia (GINA 2013)7
Umur
< 4 tahun
4-6 tahun
>6 tahun
Nebulizer + mouthpiece
mouthpiece
Dry Powder Inhaler (DPI) atau
Nebulizer + mouthpiece
Spacer dapat menahan partikel obat yang dapat menumpuk di orofaring, mengurangi absopsi
dari oral dan saluran pencernaan yang dapat mengurangi efisasi dari steroid inhalasi dengan
first-pass metabolism seperti beclomethasone dipropionate, flunisolide, triamcinolone dan
budesonide yang biasa diberikan secara pressurized MDI.
Tabel II.5. Tatalaksana Asma berdasarkan jenis7
Jenis Asma
Terkontrol
Turunkan
Terkontrol parsial
Tidak terkontrol
Eksaserbasi
Jenis tatalaksana
Pertahankan dan cari cara
control asma terendah
Stepping up sampai terkontrol
Stepping up sampai terkontrol
Tatalaksana
sabagai
Tingkatkan
eksaserbasi
Tabel II.6.Tahapan Tatalaksana Asma7
Tahap 1
Tanpa controller
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Edukasi Asma dan Kontrol pencetus
Rapid Acting beta 2 agonist untuk serangan
Pilih salah satu
Pilih salah satu
Tahap 3 + satu Tahap
atau lebih
ditambah
4
salah
18
Kortikosteroid
inhalasi
Kortikosteroid
dosis inhalasi
satu
Kortikosteroid
Kortikosteroid
dosis inhalasi
rendah
rendah + LABA
Leukotriene
Kortikosteroid
+ LABA
Leukotriene
modifier
inhalasi
sedang
Anti IgE
dosis modifier
atau Theophyline
tinggi
Kortikosteroid
inhalasi
dosis
rendah
leukoriene
modifier
Kortikosteroid
inhalasi
rendah
dosis
+
theophyline
Tabel II.7.Dosis Steroid Inhalasi pada Anak7
Obat
Dosis rendah
Beclomethasone dipropionate
(g)
100-200
>200-400
>400
CFC
Budesonide
Budesonide nebu
Ciclesonide
Flunisolide
Fluticasone propionate
Mometasone furoate
Triamcinolone acetonide
100-200
250-500
80-160
500-750
100-200
100
400-800
>200-400
>500-1000
>160-320
>750-1250
>200-500
>= 200
>800-1200
>400
>1000
>320
>1250
>500
>=400
>1200
Pada beberapa penelitian dikatakan terdapat penurunan dari laju pertumbuhan pada
decade pertama dalam kehidupan, berpengaruh pada usia remaja dan keterlambatan
b.
kortikosteroid inhalasi terutama ditentukan oleh jumlah obat yang terdeposit ke dalam
paru. Peningkatan deposit obat di paru akan meningkatkan availabilitas sistemik dari
kortikosteroid inhalasi.
manfaatnya,
tetapi
justru
meningkatkan
efek
sampingnya.
Pemberian
kortikosteroid dosis tinggi (setara dengan flutikason propionat 1000 ug) selama minimal 6
bulan tidak memberikan gangguan terhadap reduksi metabolisme tulang dan bone-age pada
penderita asma anak, namun hal itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Telah umum diketahui sebelumnya bahwa penggunaan kortikosteroid oral jangka
panjang dapat menghambat pertumbuhan. Patogenesis dari proses ini tidak sepenuhnya dapat
dimengerti. Kortikosteroid sistemik dapat menghambat sekresi hormon pertumbuhan,
aktivitas insulin like growth factor-1 (IGF-1), sintesis kolagen, dan produksi androgen
adrenal. Selain itu, kortikosteroid sistemik dapat menurunkan ekspresi reseptor hormon
21
pertumbuhan dan melepas ikatan reseptor dari mekanisme transduksi sinyalnya. Akhirnya,
kortikosteroid dapat juga menghambat pertumbuhan dengan efek growth-suppressing
langsung terhadap lempeng pertumbuhan konsentrasi yang cukup rendah.9
Efek jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan kortikosteroid inhalasi
terhadap pertumbuhan didapatkan bahwa dengan dosis per hari 400 g, terjadi penurunan laju
pertambahan tinggi badan sebanyak 0,5-1,5 cm per tahun. Observasi jangka panjang
mengenai penggunaan budenoside menunjukkan bahwa laju pertumbuhan menjadi normal
kembali setelah tahun pertama, serta tidak mempengaruhi tinggi badan ketika dewasa.
Pada laporan kasus yang dilakukan oleh Kumah-Crystal dan Lomenick didapatkan
bahwa hanya terdapat satu laporan kasus mengenai anak yang laju pertambahan tingginya
terhambat; tingginya hanya bertambah sebanyak 3 cm dalam waktu dua tahun ketika
mengkonsumsi fluticasone dengan dosis 600 g per hari. Setelah penggunaan fluticasone
dihentikan, terjadi pertambahan laju pertumbuhan menjadi 9 cm dalam waktu 1 tahun.
Peneliti sendiri tidak dapat menjelaskan dengan pasti mengapa kortikosteroid dengan dosis
sedang dan tinggi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan. Peneliti mengungkapkan
bahwa kemungkinan hal ini terjadi akibat pembersihan (clearance) obat yang tidak adekuat
karena defek enzim sitokrom p450 3A4 di hati, sehingga kadar fluticasone berlebih.
Walaupun demikian, peneliti tidak mengukur kadarfluticasone, sehingga hipotesis tersebut
bersifat spekulatif.10
Pada dua penelitian yang dilakukan terhadap anak sekolah penderita asma berusia 616 tahun dan 7-9 tahun, terdapat penurunan pertumbuhan sebanyak 1 cm pada kelompok
anak yang diberikan chlorofluorocarbon-beclomethasone dipropionate (CFC-BDP) sebanyak
200 g dibanding anak yang diberikan plasebo. Penurunan ringan laju pertumbuhan juga
didapatkan dari penelitian pada 1.041 anak berusia 5-12 tahun yang diberikan 200 g
budenoside. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa kortikosteroid dengan dosis rendah
hingga sedang bersifat aman terhadap pertumbuhan.11
Penelitian yang dilakukan oleh Skoner-Maspero-Banerji terhadap 661 anak penderita
asma berusia 5-8,5 tahun yang secara acak diberikan ciclenoside dengan dosis 40 g atau 160
g selama 1 tahun, menyimpulkan bahwa penggunaan ciclenoside tidak berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan anak, bahkan dengan dosis maksimal, jika dibandingkan dengan
anak yang menggunakan plasebo. Peneliti menjelaskan bahwa hal ini mungkin terjadi akibat
teknik inhalasi yang kurang, sehingga hanya sedikit obat yang terdeposisi di dalam paru. 12
22
asma yang
terbuktimemiliki
efek
burukpada
pertumbuhansetaradengankortikosteroid
inhalasidosis tinggi.14
Anak-anak
danremajayang
diberikan
kortikosteroid
jangka
panjang
baik
penyakit
Ada142anakyang
mencapaitinggi
rata9,2tahunpengobatanbudesonidepadadosis
kumulatifadalah1,35g(kisaran,
yangpernah
0,41-3,99g)
menerimakortikosteroid
ketinggiandewasatercapai.
dewasasetelahrata-
harianrata-rata412mg.
dan
inhalasi,
18anak-anak
dan
51saudara
Berartidosis
kontroldengan
asma,
sehatjugadiikutisampai
Anak-anakbudesonideyang
diobatimencapaitinggi
anak-anakkontrol.Tinggi
pengobatanbudesonideataudosis
dewasatidak
dipengaruhiolehdurasi
kumulatifbudesonide.Tingginilai
standar
deviasi(SDS)
bahwakeparahanasmamempengaruhipertumbuhan.Selanjutnya,
dewasatergantungsecara
pengobatanbudesonide.Tingkat
signifikan
pertumbuhansecara
tinggi
padaketinggianSDSsebelum
signifikan
berkurangselama
24
BAB III
KESIMPULAN
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka waktu yang panjang pada anak
penderita asma hampir selalu menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan.Pemberian
kortikosteroid tidak mempunyai efek samping terhadap tumbuh kembang anak selama dosis
yang diberikan sesuai dan dengan cara yang benar.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegeman, RM, Behrman RE., Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pedriatics 18th Edition.2007. Elsevier: Philadelphia.
2. Supriyatno,
2013
[terhubung
berkala].
11. Aalderen WMC, Sprikkelman AB. Inhaled corticosteroids in childhood asthma: the
story continues. Eur J Pediatr 2011; 170:709-718.
12. Skoner DP, Maspeo J, Banerji D. Assessment of the long-term safety of inhaled
ciclenoside on growth in children with asthma. Pediatrics 2008; 121:e1-14.
13. Stuart FA, Segal TY, Keady S. Adverse Psylogical Effects of Corticosteroids in
Children and Adolescents.Arch Dis Child 2005;90:500-506
14. "Do Inhaled Corticosteroids Inhibit Growth in Children?" American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine, Vol. 164, No. 4 (2001), pp. 521-535.
15. Erceg D et al. Inhaled corticosteroids used for the control of asthma in a real-life
setting do not affect linear growth velocity in prepubertal children. Med Sci Monit
2012; 18(9):CR564-568.
16. Sharek ,PJ, Bergman DA. The Effect of Inhaled Steroids on The Linear Growth of
The Children With Asthma : A Meta Analysis
17. The Effect of Long-term Steroid Therapy on Linear Growth of Nephrotic Children.
Iran J Pediatr 2011; 21(1)21-27
18. Carlsen KH, Gerritsen J. Inhaled Steroid in Children : Adrenal Supression and Growth
Impairment.
19. Eftimiou J, Barnes PJ. Effect of Inhaled Corticosteroids on Bones and Growth.
27