Anda di halaman 1dari 30

I.

Pendahuluan

Osilator adalah untai yang menghasilkan ragam gelombang


keluaran tanpa sumber sinyal eksternal. Satu-satunya masukan bagi
osilator adalah catu daya dc. Maka osilator dapat dipandang sebagai
pembangkit sinyal. Osilator bertugas sebagai rangkaian yang bisa
mengkonversikan sinyal masukan DC menjadi sinyal yang berayun
secara periodis. Suatu osilator dapat hampir secara murni
menghasilkan gelombang sinusoidal dengan frekuensi tetap,
ataupun gelombang yang hanya dengan harmonik. Osilator
umumnya digunakan dalam pemancar dan penerima radio dan
televisi, dalam radar dan dalam berbagai sistem komunikasi.
Berdasarkan jumlah gerbangnya bisa diklasifikasikan dua buah osilator,
yaitu:

Osilator satu gerbang


Prinsip kerjanya adalah dipergunakannya tahanan yang bernilai
negatif yang bertujuan untuk mengkompensasikan kerugian yang
ada pada rangkaian itu.
Komponen semikonduktor yang dipergunakan: dioda tunel, etc.

Osilator dua gerbang


Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan rangkaian feedback,
yang akan mengumpan balik sinyal keluaran ke gerbang masukan
dari rangkaian penguat sehingga terbentuk feedback positif.
Gambar osilator dua gerbang:

Pengumpan balik
Prinsip-prinsip Dasar Osilator
Dalam suatu osilator, suatu resistansi negatif diberikan untuk kompensasi
kehilangan-kehilangan (kebocoran) dalam rangkaian. Dalam osilator
umpan-balik, umpan balik positif dari luar cukup untuk membuat
perolehan keseluruhan menjadi tak terhingga dan memberikan resistensi
negatif yang diperlukan.

Dalam suatu osiltor tidak ada sinyal yang diberikan dari luar. Sinyal
awal untuk menyulut (trigger) osilasi biasanya diberikan oleh tegangan
derau. Tegangan derau muncul sewaktu catu daya dihidupkan. Karena
spektrum frekuensi derau sangat lebar, osilator selalu memiliki tegangan
komponen pada frekuensi yang benar untuk bekerjanya osilator.
Berdasarkan metode pengoperasiannya osilator dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu osilator balikan dan osilator relaksasi. Masing-masing
kelompok memiliki keistimewaan tersendiri. Adapun osilator tersebut,
yaitu :
Osilator Balikan (Feedback Oscillator)
Pada osilator balikan, sebagian daya keluaran dikembalikan ke
masukan yang miasalnya dengan menggunakan rangkaian LC.

Osilator Armstrong
Osilator Armstrong merupakan hasil penerapan osilator LC.
Rangkaian dasar dibuat dengan memberikan panjar maju pada
sambungan emitor-basis dan panjar mundur pada kolektor.
Osilator Hartley

Pada osilator ini dipergunakan tiga buah komponen non-resistif: dua


buah induktor, yang didapat dari sebuah induktor yang di-tap, dan
sebuah kapasitor C. Melalui induktor di-tap ini sebagian dari sinyal
keluarannya diumpan balikkan ke gerbang input dari penguat.
Osilator Colpitts
Osilator Collpits adalah padanan dari osilator Hartley, yang mana
sekarang kita menggunakan dua buah kapasitor dan sebuah
induktor, melalui salah satu kapasitor ini sebagian sinyal akan
diumpan balikkan ke input dari rangkaian penguat
Osilator Kristal
Kristal osilator digunakan untuk menghasilkan isyarat dengan
tingkat kestabilan frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada osilator
ini terbuat dari quartz atau Rochelle salt dengan kualitas yang baik.
Material ini memiliki kemampuan mengubah energy listrik menjadi
energi mekanik berupa getaran atau sebaliknya. Kemampuan ini
lebih dikenal dengan piezoelectric effect.
Osilator Pierce
Osilator ini adalah merupakan modifikasi dari osilator Colpitts.
Osilator Relaksasi
Osilator relaksasi merespon piranti elektronik dimana akan bekerja pada
selang waktu tertentu kemudian mati untuk periode waktu tertentu.
Kondisi pengoperasian ini berulang secara mandiri dan kontinu. Osilator ini
biasanya merespon proses pemuatan dan pengosongan jaringan RC atau
RL.

Bridged-T
Twin-T
Penggeser fase
Pada frekuensi osilasi tegangan input dan output penguat berbeda
fase 180 derajat
Perbedaan fase diperoleh dari jaringan tangga RC tiga tingkat
Menggunakan umpan balik tunggal

Mengukur Beda Fase


Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
Dengan Osiloskop Dual Trace
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua
dihubungkan pada kanal B dari osiloskop.
Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk tegangan kedua sinyal
tersebut, dimana beda fasanya dapat langsung dibaca dengan cara
f = Dt/T*360

Dengan Metoda Lissajous


Sinyal pertama dihubungkan pada
dihubungkan pada input X osiloskop

input

Y,

dan

sinyal

kedua

Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus,
atau ellips dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua
sinyal tersebut dengan

Mengukur Frekuensi
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:

Cara Langsung

Sinyal yang akan dihubungkan pada input Y osiloskop


Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari
dimana: f = 1/T dengan T = periode

gambar,

Dengan Osiloskop Dual Trace


Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator
dengan frekuensi yang diketahui dihubungkan pada kanal B

Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal


yang diukur sama dengan perioda sinyal generator. Pada
keadaan ini, frekuensi generator sama dengan frekuensi sinyal
yang diukur

Dengan Metoda Lissajous


Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada input Y, sedangkan
generator dengan frekuensi yang diketahui dihubungkan pada
input X

Frekuensi generator kemudian diubah, sehingga pada layar


didapat suatu lintasan ini, yaitu:

Cara ini hanya mudah dilakukan untuk perbandingan frekuensi


yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya)

Dengan Metoda Cincin Modulasi


Generator dengan frekuensi tertentu, dihubungkan pada input Y
melalui rangkaian menggeser fasa, sedangkan input X
dihubungkan dengan sinyal yang merupakan super posisi dari
sinyal generator dan sinyal yang akan diukur

Pada layar akan didapat lintasan berbentuk ellips atau lingkaran


dengan puncak-puncak (lihat gambar). Bila jumlah puncak pada
gambar adalah n, maka:

Metoda ini biasa digunakan pada perbandingan frekuensi yang


besar, dimana metoda lissajous sukar digunakan

II.

Alat dan Bahan

Alat :
1.
2.
3.
4.
5.

Papan untai(Bread board)


Penyedia daya
Multimeter
Osiloskop
AFG

Bahan
1. Resistor

a) R1

= 68 K

b) R2

= 12 K

c) RC

= 3,3 K

d) RE

= 270

e) R

= 1,5 K

f) R
= 1,5 K
2. Kapasitor
a) C1
= 100 nF
b) C2
= 100 nF
c) C3
= 100 nF
d) CE
= 47 F/25 V
3. Transistor Fcs 9013 dengan Hfe 143 kali
4. Kabel sebagai jumper

III.

Gambar Rangkaian
Rangkailah komponen-komponen di atas menjadi rangkaian di bawah
ini pada papan untai (bread board)

A. Pengujian Tegangan DC dan Bentuk Gelombang


Osilator Geser Phase
Pada rangkaian ini akan dilakukan pengujian untuk mencari
beda potensial yaitu pada Vcc, V1, V2, VC dan VE dengan
menggunakan multimeter. Kemudian akan dilanjutkan pengujian
bentuk gelombang yang terjadi di titik Vout1, Vout2, Vout3 dan
Vout4 dengan menggunakan osiloskop.
Sebelumnya kita harus mencari besar Vcc terlebih dahulu.
Caranya adalah dengan menghubungkan V DC+ dan V DC - ke catu
daya DC pada papan power supply. Kemudian hubungkan Vout1
pada osiloskop dan hubungkan juga groundnya. Atur besar
tegangan keluaran dari power supply sampai didapatkan bentuk
gelombang sinusoidal yang paling sempurna pada osiloskop. Bila
sudah ketemu, ukur besar Vcc menggunakan multimeter dan catat
hasilnya. Vcc ini akan digunakan terus sampai pengujian
selanjutnya.

Rangkaian di atas termasuk osilator jenis R-C yang terdiri atas


tiga tingkatan R-C. Di mana suatu Vinput yang masuk akan
mengalami pergesaran fase sebesar 180. Rangkaian R-C
merupakan penggeser fase sekaligus filter tegangan yang
melewatinya. Ketika transistor konduksi, tegangan collector
menurun. Fase tegangan collector digeser 180 derajat oleh
kombinasi resistor dan kapasitor sehingga basis transistor
mendapat tegangan feedback positip, membuat transistor saturasi.
Akibat saturasi tegangan bias basis transistor menurun sampai
transistor cut-off. Ketika transistor cut-off tegangan collector
transistor naik dan proses yang sama berulang. Output transistor
berupa gelombang sinusoidal.
V1 merupakan tegangan pada R1, cara mengukurnya adalah
dengan menghubungkan probe merah pada hubungan R1 dengan
RC sedangkan probe hitam pada hubungan R1 dan basis transistor.
V2 merupakan tegangan pada V2, cara mengukurnya adalah
dengan menghubungkan probe merah pada hubungan R2 dengan
basis transistor sedangkan probe hitam pada hubungan R2 dengan
RE. VC merupakan beda potensial antara kolektor transistor dan
ground. VE merupakan beda potensial antara emiter transistor dan
hubungan RE dan CE.
Selain itu, pengukuran juga dapat dilakukan secara matematis.
Untuk mengukur V1 dapat menggunakan rumus:

V1

R1
Vcc
R2 R2

Untuk mengukur V2 dapat menggunakan rumus:

V2

R2
Vcc
R2 R2

Besarnya V2 = VB, maka besar VE dapat dihitung dengan rumus:

VE VB 0.7
Kemudian dapat dicari VC dengan mencari IE terlebih dahulu

IE

VE
RE

Karena IE = (+1)IB, maka dapat dianggap IE IB IC. Maka


untuk menghitung VC,

VC Vcc IC RC

B. Pengujian Lissajous Osilator Geser Fase


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besar frekuensi
dari osilator yang dibuat dengan cara membandingkan dengan
frekuensi keluaran AFG. Dari perbandingan itu akan muncul pola
Lissajous.
Untuk melakukan pengujian ini hubungkan channel A dari
osiloskop ke AFG dan channel B osiloskop ke Vout1. Jangan lupa
hubungkan pula groundnya. Posisikan kenob dan tombol-tombol
CRO pada posisi yang bertanda X-Y. Kemudian atur frekuensi AFG
sampai pola yang diinginkan ketemu.

Misalkan frekuensi dari channel A (yaitu dari AFG) adalah a


sedangkan b adalah frekuensi dari channel B (yaitu dari osilator),
maka a/b adalah perbandingan frekuensi dari kedua channel yang
akan membuat pola Lissajous. Bila a/b=1 ditemukan maka frekuensi
yang dikeluarkan oleh AFG akan sama dengan frekuensi osilator.
Jadi, itulah frekuensi dari osilator yang dibuat.

C. Pengujian Beda Fase Osilator Geser Fase


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui beda fase dari
Vout1 dengan Vout1, Vout1 dengan Vout2, Vout1 dengan Vout3.

Posisikan kenob CRO pada posisi X-Y. Untuk mencari beda fase
Vout1-Vout1 hubungkan channel A dari osiloskop ke Vout1 dan
channel B juga ke Vout1. Untuk mencari beda fase Vout1-Vout2
maka channel A tetap pada Vout1 sedangkan channel B
dihubungkan ke Vout2. Untuk mencari beda fase Vout1-Vout3 maka
channel A dihubungkan ke Vout1 dan channel B dihubungkan ke
Vout3. Kemudian akan tampak gambar pada layar CRO. Dari
gambar tersebut dicari nilai Ym dan Yo. Ym adalah nilai sumbu y
tertinggi (puncak) dari gambar yang dihasilkan. Sedangkan Yo
adalah nilai sumbu y tertinggi ketika gambar memotong sumbu y.

sin 1
Nilai beda fase kemudian dapat dicari dengan rumus

Yo
Ym

IV.

Hasil Pengujian

A. Pengujian Tegangan DC dan Bentuk Gelombang Osilator


Geser Phase
Pengujian Tegangan DC Osilator Geser Fase (dengan multimeter):
Vcc = 5,24 Volt
V1 = 4,5 Volt
V2 = 0,744 Volt
VC = 2,2 Volt
VE = 0,145 Volt
Pengujian
Vout1
Vout2
Vout3
Vout4

Gelombang Osilator Geser Fase (dengan CRO):


= 2,5 Vpp
= 0,5 Vpp
= 92,8 mVpp
= 50,8 mVpp

Gambar Gelombang:

Vout1 = 2,5 Vpp

Vout2 = 0,5

Vpp

Vout3 = 92,8 Vpp

Vout4 = 50,8
Vpp

B. Pengujian Lissayous Osilator Geser Fase


No
.

Gambar dan perbandingan

Frekuensi AFG

225 Hz

1 banding 1
2

680 Hz

1 banding 3

340 Hz

2 banding 3

300 Hz

3 banding 4

C. Pengujian Beda Fase Osilator Geser Fase


Gambar Vout1 Vout1

Yo

=0V

Ym

= 0,6 V

Yo

= 0,56 V

Ym

= 0,64 V

Gambar Vout1 Vout2

Gambar Vout1 Vout3

Yo

= 0,4 V

Ym

= 0,62 V

V.

Analisis

A. Pengujian Tegangan DC dan Bentuk Gelombang Osilator


Geser Phase
Vcc dicari dengan menghubungkan Vout1 dengan CRO. Kemudian
dicari gelombang sinusoidal yang paling sempurna. Dari hasil
pengamatan diperoleh Vcc sebesar 7,72 volt. Selanjutnya dapat
dicari V1 dengan rumus:

V1

R1
Vcc
R2 R2

V1

68
5,24
68 12

V1

68
5,24
80

V 1 4,454
volt
Dari hasil pengukuran diperoleh V1 = 4,5 volt
Kemudian mencari besar V2:

V2

R2
Vcc
R2 R2

V2

12
5,24
68 12

V2

12
5,24
80

V 2 0,786
volt
Dari hasil pengukuran diperoleh V2 = 0,744 volt.
Besarnya VB = V2, maka besar VE dapat dihitung dengan cara:

VE VB 0.7

VE 0,768 0.7
VE 0,068
volt
Dari hasil pengukuran diperoleh VE = 0,145 volt.
Kemudian dapat dicari VC dengan mencari IE terlebih dahulu

IE

VE
RE

IE

0,068
270

IE 2,52 10 4
A
Karena IE = (+1)IB, maka dapat dianggap IE IB IC. Maka
untuk menghitung VC,

VC Vcc IC RC
VC 5,24 2,52 10 4 3300
VC 4,4
volt
Dari hasil pengukuran diperoleh 2,2 volt.
Dari hasil perhitungan di atas terdapat selisih yang cukup besar
terutama pada perhitungan VC. Selisihnya mencapai setengah dari
hasil perhitungan. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan pada
saat pengukuran, terutama pada saat pengukuran VE. Dapat
terlihat bahwa meskipun selisih antara pengukuran dan perhitungan
VE terlihat kecil, namun apabila dibandingkan terlihat bahwa hasil
pengukuran mencapai lebih dari dua kali hasil perhitungan. Hal
inilah yang menyebabkan VC perhitungan menjadi lebih besar, dua
kali lebih besar daripada pengukuran.
Kemudian, dilakukan pengujian bentuk gelombang osilator geser
fase pada titik-titik tertentu yang telah ditentukan yaitu pada Vout
1, Vout 2, Vout 3 dan Vout 4. Pengujian ini dilakukan menggunakan
CRO untuk memperoleh bentuk gelombang yang dihasilkan dan
nilai tegangan peak to peak yang dihasilkan.

Dari hasil pengujian, terlihat bahwa besar tegangan peak-to-peaknya semakin kecil dari Vout1 ke Vout2, Vout3 dan Vout4. Hal ini
disebabkan adanya 3 buah kapasitor pada rangkaian tersebut,
dimana Vout 1 merupakan keluaran dari transistor, Vout 2
merupakan keluaran C1, Vout 3 keluaran C2, Vout 4 keluaran dari
C4. Sedangkan untuk bentuk gelombang yang dihasilkan dari
masing-masing keluaran semua berbentuk gelombang sinusoidal.

B. Pengujian Lissayous Osilator Geser Fase


Pola lissajous ini didapat dengan membandingkan frekuensi dari
AFG dengan frekuensi dari osilator yang digunakan. Sehingga
dengan pola lissajous ini, frekuensi yang dihasilkan oleh rangkaian
osilator geser fase ini dapat diketahui. Pengujian pertama dilakukan
dengan membandingkan frekuensi AFG dan frekuensi osilator pada
Vout 1 dengan perbandingan 1 : 1. Bila frekuensinya sudah tepat
maka bentuk pola lissajous yang ditampilkan berbentuk oval
tunggal. Dengan begitu frekuensi yang ditunjukkan oleh AFG akan
sama dengan frekuensi osilator. Pada pengujian ini, dengan
perbandingan 1 banding 1, didapat hasil 225 Hz. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa frekuensi osilator itu sendiri adalah 225
Hz. Hasil ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mencari pola
lissajous berikutnya.
Untuk mencari pola lissajous dengan perbandingan 1 banding 3
maka frekuensi AFG dapat dihitung dengan cara:

FAFG

3
225 675
1

Hasil pengukuran 680 Hz


Untuk perbandingan 2 banding 3, maka:

FAFG

3
225 337,5
2

Hasil pengukuran 340 Hz


Untuk perbandingan 3 banding 4, maka:

FAFG

4
225 300
3

Hasil pengukuran 300 Hz

C. Pengujian Beda Fase Osilator Geser Fase


Dari hasil pengujian di atas, maka dapat dihitung beda fase antara
kedua tegangan output yang diuji dengan persamaan :

sin 1

Yo
Ym

1. Beda fase antara Vout1 Vout1

sin 1

Yo
0
sin 1
0
Ym
0,6

Pada pengujian beda fase antara dua sumber tegangan yang


sama maka beda fasenya adalah nol karena berasal dari sumber
yang sama sehingga gelombang sinusnya pun sama.
2. Beda fase antara Vout1 Vout2

sin 1

Yo
0,56
sin 1
61,04
Ym
0,64

Pada osilator penggeser fase ini perbedaan fase dari Vout1 dan
Vout4 setelah tiga fase penggeseran adalah 180. Vout4 adalah
Vout terakhir yang telah mengalami 3 kali pergeseran fase. Maka
untuk masing-masing tingkat akan terjadi pergeseran sebesar
180 : 3 = 60. Sehingga beda fase antara Vout1 dan Vout2
adalah 60.
3. Beda fase antara Vout1 Vout3

sin 1

Yo
0,4
sin 1
40,18
Ym
0,62

Atau
= 139,82
Demikian halnya perbedaan antara Vout1 dan Vout3 akan
mengalami pergeseran sebesar 120 karena telah mengalami
pergeseran sebanyak 2 tingkat. Pada hasil pengukuran diperoleh
139,82. Hal ini mungkin terjadi karena ada ketidakakuratan
dalam pengukuran yang menyebabkan adanya selisih hasil
pengukuran dengan perhitungan .

VI.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Osilator
adalah
suatu
rangkaian
elektronik
yang
dapat
membangkitkan gelombang secara periodik.
2. Osilator geser fase adalah sebuah osilator yang menggunakan
jaringan resistor-kapasitor dalam mengumpan balik transistor untuk
membangkitkan pergesaran fase yang dibutuhkan.
3. Pola lissajous merupakan pola perbandingan frekuensi AFG dengan
frekuensi osilator. Dengan pola ini, akan diketahui frekuensi osilator
yang dibuat.
4. Beda fase antara dua tegangan output pada rangkaian osilator geser
fase dapat dihitung dengan rumus

=sin1

Yo
Ym

merupakan titik potong gelombang pada sumbu


merupakan titik maksimum/puncak gelombang.

, dengan Yo
Y

dan

Ym

VII.

Jawaban Pertanyaan

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi frekuensi pada osilator yang


Anda uji?

Jawab:
Besar C1,C2 dan C3 dan besar R
Karena frekuensi osilator dapat dihitung dengan

2. Sebutkan beberapa osilator yang anda ketahui?

Jawab:
Phase-Shift Oscillators (Osilator Geser Fase)
Wien-Bridge Oscillator
Colpitts Oscillator
Hartley Oscillator
Clapp Oscillator
Crystal Oscillator
3. Sebutkan komponen eletronis yang dapat menimbulkan frekuensi
sesuai dengan speknya ?

Jawab:
Komponen elektronis yang dapat menimbulkan frekuensi sesuai
speknya adalah kondensator.
4. Rancanglah osilator dengan frekuwnsi 1500 Hz.

Jawab:
frekuensi dapat dihitung dengan

Maka osilator dengan frekuensi tersebut dapat dibuat dengan R


sekitar 1,89 k dan C sebesar 1 pF

Anda mungkin juga menyukai