Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal

karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal
dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir
kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah
pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal
menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang
secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan
menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi
kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran
rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari
hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi renal.

1.2 . RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari Hidronefrosis?
2. Apakah etiologi dari Hidronefrosis?
3. Apakah tanda dan gejala yang muncul pada penderita Hidronefrosis?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit Hidronefrosis?
5. Apakah penyakit komplikasi yang bisa muncul pada penderita Hidronefrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penderita Hidronefrosis?

7. Apakah diagnosis keperawatan yang dapat dimunculkan pada kasus


Hidronefrosis?
8. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien hidronefrosis?
2.2 . TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan hidronefrosis
2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pengertian dari hidronefrosis

b.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang etiologi dari hidronefrosis

c.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang patofisiologi dari hidronefrosis

d.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang manifestasi klinik pada pasien

hidronefrosis
e.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang

pemeriksaan

pada pasien

hidronefrosis
f.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pengkajian dan penatalaksanaan
dari hidronefrosis
g.

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatandari hidronefrosis

3.2 . MANFAAT
Mahasiswa dapat memahami asuhan keparawatan hidronefrosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi.
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat.
Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
( Smeltzer & Bare,2002 )
Hidronefrosis

adalah obstruksi aliran kemih

proksimal

terhadap

kandung

kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter
yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal. (Sylvia, 1995)
Hidronefrosis

adalah

pembengkakan ginjal yang

terjadi

sebagai

akibat

akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya
penyumbatan disuatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calyces, serta atrofi progresif dan
pembesaran kistik ginjal, dapat juga disertai pelebaran ureter (hidroureter).
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi
hebal pada parenkim ginjal (Price, 1995: 818).

2.2. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
1.

Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke pelvis renalis terlalu tinggi.

2.

Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah.

3.

Batu di dalam pelvis renalis.

4.

Penekan pada ureter oleh : jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya

abnormal,tumor.
5.

Hedronefrosis juga dapat terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah ureteropelvik

atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:

a. Batu di dalam ureter.


b. Tumor di dalam atau di dekat ureter.
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan.
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter.
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,
rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid).
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih).
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya.
h. Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran
prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi
ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan akibat pembesaran rahim tertekan
ureter. Perubahan hormonal akan memeperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi
ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan
berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin
tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot
ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu
akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi
kerusakan yang menetap.
2.3.

PATOFISIOLOGI
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau fungsional dari

suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana saja di sepanjang saluran
urine dari ginjal sampai ke meatus uretra.

Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai di filtrasi glomerular,


fungsi tubular, Dn aliran darah ginjal. Laju filtrasiglomerulus (GFR) menurun secara
signifikan dalam hitungan jam setelah obstruksi akut. Penurunan signifikan dapat bertahan
selama berminggu minggu setelah relief obstruksi. Selain itu, kemampuan tubular ginjal
untuk mengangkut natrium, kalium, dan proton, serta berkonsentrasi dan untuk mencairkan
urine sangat terganggu.
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan durasi dan luasnya
obstruksi. Pada gangvuan fungsional yang terjadi bersifat reversible dengan sedikit
perubahan anatomis. Sementara itu, pada kondisi gangguan kronis akan mengakibatkan atrofi
tubulus mendalam dan kehilangan nefron permanen. Peningkatan tekanan ureter juga
menghasilkan refluk pyelovenous dan pyelolymphatic. Perubahan bruto dalam saluran kemih
bergantung pada durasi, derajat, dan tingkat obstruksi. Dalam sistem pengumpulan intrarenal,
derajat dilatasi diatasi oleh parenkim ginjal.

2.4. MANIFESTASI KLINIS


Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan, Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi
maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:
1.

Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

2.

Gagal jantung kongestif.

3.

Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi)

4.

Pruritis (gatal kulit).

5.

Butiran uremik (kristal urea pada kulit).

6.

Anoreksia, mual, muntah, cegukan.

7.

Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.

8.

Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)


Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan

menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang
panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan
(hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggul).
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena
penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Air kemih dari 10%
penderita mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di
dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air
kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus). Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala
saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini
kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan
ureteropelvik terlalu sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan
menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal.

2.5.

WOC

Batu urether, tumor di dalam atau dekat urether,


penyempitan urether akibat cacat bawaan, cidera, infeksi,
terapi penyinaran, pembedahan, kelainan pada otot atau
saraf di kandung kemih atau urether, pembentukan jaringan
fibrosa di dalam atau sekeliling urether akibat pembedahan,
rontgen, atau obat-obatan (terutama metisergit), ureterokel
(penonjolan ujung bawah urether ke dalam kandung kemih,
kanker kandung kemih, pembesaran prostat

Obstruksi
akut

Kolik
renalis/nyeri
pinggang

Terjadi obstruksi
sebagian atau total

Urin mengalir
balik ke ginjal

Urine keluar
sedikit
MK: Gangguan
Eliminasi Urine

Kehamila
n
Pembesaran
pada rahim
Urethe
r
tertek
Perubahan
hormonal

Memperburuk dan
mengurangi kontraksi
urether

MK: Nyeri Akut


Yang secara normal urin mengalir ke kandung
kemih, ini terjadi perubahan dimana urin
kembali ke ginjal

HIDRONEFR
OSIS

B3 (Brain)
Urin
mengalir
balik ke
Kadar urine
dalam ginjal
meningkat

B4 (Bladder)

Urine reflaks
ke pelvis
ginjal
Penekanan pada
medulla ginjal atau
pada sel ginjal

Masuk ke dalam
pembulu darah

Masuk ke dalam
otak

Gangguan fungsi
ginjal

B5 (Bowel)

Lama-kelamaan
terjadi gagal
ginjal

Peningkata
n urea
dalam
ginjal

Peningkatan urea
dalam darah

Masuk ke
peredaran darah

pruritis
Bersifat racun dalam
tubuh
Mual,munta
h

MK: Gagal ginjal


Penurunan
kesadaran

B6
(Bone}

System pencernaan
(lambung)

MK: Resiko
Cidera
Ureum bertemu
dengan HCL

MK: Gangguan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh

Lesi pada kulit

MK: Gangguan
Integritas kulit

2.6. PEMERIKSAAN
1.

Pemeriksaan fisik

Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba, dengan hidronefrosis
bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi.
2.

Laboratorium

Urinalisis, pyuria menunjukkan adanya infeksi. Hematoriamikroskopik menunjukkan adanya


batu atau tumor
Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosisnmungkin menunjukan infeksi akut.
Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar
BUN dan kratinin. Selain itu hiperkalimia dapat menjadi kondisi yang mengancanm
kehidupan.
3.

Pyelograpi intravena(IVP)

Pyelograpi intravena ini berguna untuk mengidentifikasikeberadaan dan penyebab


hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab yang paling mudah yang
dapat mengidentifikasi berdasarkan IVP.
4.

CT scan

Memiliki peran penting dalam evaluasi dan hidroureter. Proses retroperitroneal penyebab
obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan baik melalui CT
2.7. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
a.

Batu ginjal

b. Sepsis
c.

Hipertensi renovaskuler

d. Nefropati obstruktif
e.

Infeksi

f.

Pielonefritis

g. Ileus paralitik

2.8.

PENGKAJIAN dan PENATALAKSANAAN


Peran pengobatan hidronefrosis dan hidroureter terbatas mengontrol rasa sakit dan

pengobatan atau pencegahan infeksi. Sebagian besar kondisis pasien memerlukan tindakan
invasive atau intervensi bedah dengan prognosis pascabedah yang baik. Intravena bedah.
Teknik yang dilakukan pada pasien dengan hidronefrosis tergantung pada etiologi. Secara
umum , intervensi bedah dilakukan segera bila terapat adanya tanda-tanda infeksi pada
saluran perkemihan karena infeksi dengan hidronefrosis memberikan predisposisi penting
terjadinya kondisi sepsis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada tanggal 15 Maret Tn. N (50 tahun) datang ke RS Universitas Airlangga dengan
keluhan hidronefrosis dextra. Pendidikan SLTA, pekerjaan sopir truk .Keluhan utama
hematuria disertai perut dan punggung terasa nyeri sejak 1,5 bulan yang lalu, hilang dan
timbul menjalar (skala nyeri 5). Pasien mengatakan adanya riwayat batu ginjal 4 tahun yang
lalu. Klien terlihat tampak pucat dan cemas. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
minum serta BAK sedikit. Pasien terlihat menahan nyeri dan saat dikaji datanya oleh
perawat. Riwayat penyakit keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik : komposmentis, TD
130/90 mmHg, N 110 x/mnt, RR 25 x/mnt, S 37 oC konjungtiva pucat.
3.1. Pengkajian

3.2.

Ruang
Diagnosa
Tanggal Pengkajian
Jam
Pengkajian Kasus

: Kelas 3 RS Universitas Airlangga


: Hidronefrosis
: 6 November 2012
: 10.00

1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Nama klien
: Tn. N
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 50 tahun
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Sopir Truk
Suku/bangsa
: Jawa/ Indonesia
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien mengalami hematuria (kencing darah)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami hematuria disertai perut dan punggung terasa nyeri sejak
1,5 bulan yang lalu, hilang dan timbul (skala nyeri 5).
Skala nyeri PQRST yaitu :
P (palliative/provocative)
: Sakitnya bertambah berat ketika pasien
bekerja sebagai sopir dan ketika istirahat
Q (quality/quantity)

(sering duduk ).
: Klien merasa nyeri pada abdomen bagian
bawah yang dirasakan bersifat tumpul dan

R (region)

hilang timbul.
: Abdomen kanan bawah

S (scale)
: Skala nyeri 5 (1-10)
T (time)
: Nyeri dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah menderita batu ginjal 4 tahun yang lalu dengan
riwayat operasi litotomi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan (B1) :
RR: 25x/menit, vesikuler
b. Sistem kardiovaskuler (B2)
TD : 130/90 mmHg, N : 110x/menit, Akral hangat CRT<2, T : 37 oC
c. Sistem Persarafan (B3 : Brain)
GCS 456, Konjungtiva anemis
d. Sistem Perkemihan (B4)
Kencing merah. Produksi urin warna merah (hematuria). Stunsel +. Kandung
kemih nyeri tekan +
Intake oral 1500 ml/hari BB = 52 kg
Urin Output = 25cc/jam
IWL klien = 15 x BB 15x52 = 780 cc/24 jam
IV line : 250cc/hari
Balance cairan = Intake output
Balance cairan intake = output
Balance cairan = (1500+250) (25 x 24)+780)
Balance cairan= 1750-1380 = 400 cc
Balance cairan = 400 cc (lebih dari kebutuhan tubuh)
e. Sistem Pencernaan (B5)
BB sekarang: 52 kg, TB 171 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 60 kg. Tidak
nafsu makan.Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB
selama 5 hari. Mual +, muntah +.
IMT = BB / (TB)2
IMT = 52 / (1,71)2 IMT = 52/2,9 = 17,9 kurus
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )
Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
A. Laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

9,1
14,800
24
289.000

12-18
4.000-10.000
37-48
150.000-400.000

gr/dl
mm3
%
mm3

60
1,9

20-40
0,3-1,5

mg/dl
mg/dl

Pemeriksaan Darah
Hb
Leukosit
PVC
Trombosit
Pemeriksaan Kimia
Ureum
Kreatinin

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

9,1
13.700
27
304.000

12-18
4.000-10.000
37-48
150.000-400.000

gr/dl
mm3
%
mm3

60
1,9

20-40
0,3-1,5

mg/dl
mg/dl

Pemeriksaan Darah
Hb
Leukosit
PVC
Trombosit
Pemeriksaan kimia
Ureum
Kreatinin

3.3.

Analisa Data Kasus

Tanggal

Data

6-10-2012

DS:
Klien mengeluhkan nyeri

Etiologi
Terjadi obstruksi
sebagian atau total

abdomen bagian bawah

dan pinggang
Nyeri hilang timbul
Dirasakan sejak 1,5

bulan yang lalu


DO:
Pasien terlihat menahan

nyeri
P: Sakitnya bertambah
berat ketika pasien
bekerja sebagai sopir dan
ketika istirahat (sering

duduk )
Q :Nyeri seperti ditusuk
benda tumpul dan hilang

timbul.
R: Abdomen kanan

bawah
S: Skala nyeri 5 (1-10)

Obstruksi akut
Kolik renalis/nyeri

Masalah
Keperawatan
Nyeri akut

T: Nyeri dirasakan hilang


timbul sewaktu-waktu.

6-10-2012

DS:
Klien mengeluh edema,

kelemahan / keletihan
DO :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 110 x/menit
RR: 25x/menit
Kulit dingin
CRT < 2 detik
Haluaran urin:
250ml/hari < normal

500-1000 cc/hari
Intake cairan: 1500

ml/hari
Dari penghitungan IWL
klien, Balance cairan
klien = +400 cc (lebih

dari kebutuhan tubuh


-Klien tampak lemah
-Tampak adanya oedem
pada bagian abdomen

Terjadi obstruksi
sebagian atau total

Urine keluar sedikit


Retensi urine

Gangguan perubahan
pola eliminasi urin.

6-10-2012

DS:
-Klien mengatakan mual

saat makan
DO:
-Klien hanya
menghabiskan 1/3 porsi

makan
-Klien tampak lemas

IMT ; 17,9 kurus

Peningkatan urea
dalam ginjal

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh.

Masuk ke peredaran
darah
Bersifat racun dalam
tubuh
System pencernaan
(lambung)
Ureum bertemu
dengan HCL
Mual,muntah

3.4 Diagnosa Keperawatan Kasus


1. Gangguan perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan penurunan fungsi
renal
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia,mual,muntah.
3.5 Intervensi Keperawatan Kasus
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tanggal &

Tujuan &

waktu

Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

6-10-2012
12.00

Tujuan: Setelah

1. Observasi TTV.

1. Mengidentifikasi keadaan

dilakukan

2. Ajarkan teknik relaksasi

klien dan menentukan

tindakan

dan manajemen nyeri.

intervensi lanjut.

keperawatan 1x2

3. Anjurkan teknik distraksi

2. Salah satu cara untuk

jam rasa nyeri

nyeri.

mengalihkan perhatian tidak

klien teratasi.

4. Kolaborasi pemberian

fokus pada nyerinya.

terapi : cefeperazone,ranitidin,

3. Meninggalkan ekspansi

ondancentron.

paru sehingga O2 yang

Kriteria Hasil :
TTV Dalam

masuk maksimal.

batasan normal:

4. Sebagai terapi kolaboratif

-RR : 22x/menit

penghilang nyeri.

-Skala nyeri
berkurang dari 5
menjadi 0.
-TD : 120/800
mmHg
-N : 80 x/menit
-Wajah tampak
rileks.

2. Perubahan pola eleminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf


perkemihan.
Tanggal &

Tujuan &

waktu

Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

6-10-2012
12.00

Tujuan: Setelah di

1 . Kaji pola berkemih dan

1 . Mengetahui fungsi ginjal.

lakukan tindakan

catat produksi urine tiap 6

2 . Membantu menampung

keperawatan

jam.

pengeluaran urine.

dalam waktu 1x24 2 . Anjurkn keluarga untuk

3 . Agar tidak terjadi ruam

jam pola eliminasi memakaikan pampers.

popok.

optimal sesuai

3 . Sarankn keluarga untuk

4 . Bladder training

dengan kondisi

segera mengganti pampers

membantu peningkatan

klien.

bila sudah terasa penuh,

kemampuan dari pola

bersihkan area bekas

eliminasi urin pada klien

Kriteria hasil:

pampers.

yang mengalami gangguan

produksi urine

4 . Lakukan bladder training

komunikasi eliminasi urin.

50cc/jam, klien

sesuai dengan usia klien.

5 . Untuk melancarkan urine.

dapat melakukan

5 . Kolaborasi dengan tim

eliminasi urin

medis dengan pemberian

dengan atau tanpa

terapi obat.

pemasangan
kateter

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia,mual,muntah.
Tanggal &
waktu
6-10-2012
12.00

Tujuan &

Intervensi

Rasional

Kriteria hasil
Tujuan: Setelah

1 . Awasi konsumsi makanan

1 . Mengidentifikasi

dilakukan

atau minuman.

kekurangan nutrisi.

perawatan selama

2 . Perhatikan adanya mual

2 . gejala yang menyertai

1 x 24 jam klien

dan muntah.

akumulasi toksin endogen

akan

3 . Berikan makanan sedikit

yang dapat mengubah atau

mengkonsumsi

tapi sering.

menurunakan pemasukan dan

secara tepat

4 . Berikan perawatan mulut

memerlukan intervensi.

jumlah kebutuhan

sering.

3 . Porsi lebih kecil dapat

kalori atau nutrisi

5 . Kolaborasi dengan ahli

meningkatkan masuknya

yang

gizi dengan pemberian diet.

terprogramkan.

makanan.
4 . Menurunkan
ketidaknyamanan stomatitis

Kriteria hasil:

oral dan rasa tidak disukai

- peningkatan

dalam mulut yang dapat

berat badan.

mempengaruhi pemasukan

-Turgor kulit baik.

makanan.

-mengkonsumsi

makanan sesuai

. Menjaga pola diet


klien.

program.

3.6.

Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa

1. Nyeri akut

Tgl &
waktu
6-10-2012

berhubungan
dengan proses
penyakit.

Implementasi
1. Mengobservasi TTV.

Tgl &
Waktu
6-10-2012

-TD : 120/80mmHg
12.00

-N: 80x/mnt

Evaluasi
S: Pasien mengatakan
nyeri berkurang.

14.00

O: - Skala nyeri 0

-RR: 22xmnt

Wajah tampak

rileks
TTV
TD: 120/80mmHg
RR: 22x/mnt
N: 80x/mnt
S: 36c

-S: 36c
-Skala nyeri 5 menjadi 0
2. Mengajarkan teknik
relaksasi dan manajemen
nyeri seperti : Nafas dalam.
3. Menganjurkan teknik
distraksi seperti: Membaca
koran, menonton tv,
menciptakan suasana nyaman.
4. Mengkolaborasi pemberian
terapi :
cefeperazone,ranitidin,
ondancentron.

P:
P: Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
Q: Nyeri seperti ditusuk
benda tumpul dan hilang
timbul.
R: Nyeri tidak menjalar
ke area lain.
S: 5 menjadi 0

T: Nyeri dirasakan hilang


timbul sewaktu-waktu.
P: Intervensi dihentikan

Diagnosa
2. Perubahan

Tgl &

Implementasi

waktu
6-10-2012 1. Mengkaji pola berkemih

pola eleminasi
urin

Tgl &

Evaluasi

Waktu
7-10-2012

S: Produksi urine normal.

dan catat produksi urine.


12.00

1500cc

O : TTV normal :
12.30

-TD:120/80mmHg

berhubungan

2. Menganjurkn keluarga

-N: 80x/mnt

dengan

untuk memakaikan pampers.

-RR: 22x/mnt

kelumpuhan

3. Menyarankn keluarga

-S: 36c

saraf

untuk segera mengganti

-1500cc

perkemihan.

pampers bila sudah terasa

A: Masalah teratasi.

penuh, bersihkan area bekas

P: Intervensi dihentikan.

pampers.
4. Lakukan bladder training
sesuai dengan usia klien.
5. Mengkolaborasikan dengan
tim medis dengan pemberian
terapi obat.

Diagnosa
3. Perubahan nutrisi

Tgl & waktu


6-10-1012

kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan

Implementasi
1 . Mengawasi

Tgl & Waktu


7-10-1012

konsumsi
12.30

makanan atau

Evaluasi
S: Nafsu makan
pasien

13.00

bertambah.

dengan

minuman.

O: TTV:

anoreksia,mual,muntah

2.

- TD:

Memperhatikan

120/80mmHg

adanya mual dan

- N: 80x/mnt

muntah.

- RR : 22x/mnt

3 . Memberikan

- S: 36c

makanan sedikit

- Porsi makan 1

tapi sering.

piring habis

4 . Memberikan

- Tidak terasa

perawatan mulut

mual dan tidak

sering.

muntah.

5.

A: Masalah

Mengkolaborasi

teratasi

dengan ahli gizi

P: Intervensi di

dengan

hentikan.

pemberian diet.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal
akibat adanya obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir
balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan baik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak
(Smeltzer & Brenda, 2001).
Menurut David Ovedoff (2002) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1. Tekanan membalik akibat obstruksi congenital.
2. Obstruksi pada perbatasan ureteropelvis (uretropelvic junction), penyempitan ureter atau
kompresi ekstrinsik didapat.
3. Batu atau neoflasma dalam ureter pada perbatasan ureteropelvis dalam vesika, pada leher
kandung kemih, atau prostat.

4. Berkaitan dengan terapi radiasi atau fibrosis retroperitoneal.


5. Menyebabkan atoni, fibrosis, dan hilangnya daya peristaltik.
6. Atrofi parenkim ginjal, terutama tubulus kemudian tekanan kembali ke tubulus proksimal
dan glomerolus.
Menurut David Ovedoff (2002) tanda dan gejala hidernefrosis adalah:
1. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang
2. Kolik menunjukan adanya batu
3. Demam dan menggigil bila terjadi infeksi
4. Mungkin terdapat hipertensi
5. Beberapa penderita tidak menunjukan gejala
Tujuan dari rencana keperawatan adalah diharapkan pada evaluasi didapatkan
penurunan stimulus nyeri, penurunan risiko infeksi pascabedah, penurunan kecemasan, dan
mempersiapkan klien secara optimal untuk dilakukan pembedahan.
Untuk

intervensi

pada

masalah

keperawatan

pemenuhan

informasi,

ketidakseimbangan nutrisi, perubahan pola miksi, dan kecemasan dapat disesuaikan pada
masalah yang sama pada pasien batu ginjal.
Untuk intervensi pada masalah keperawatan risiko tinggi infeksi, dapat disesuaikan
dengan masalah yang sama pada pasien trauma ginjal.
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai
berikut (1) Penurunan skala nyeri, (2) Tidak terjadi infeksi pada luka pascabedah, (3) Asupan
nutrisi terpenuhi, (4) Terpenuhinya informasi kesehatan, (5) Kecemasan berkurang.
4.2 Saran
Agar bisa melakukan asuhan keperawatan profesional pada kasus hidronefrosis.
Sudah sepantasnya rekan-rekan mahasiswa terlebih dahulu memahami pengertian, tanda dan
gejala hingga penatalaksanaan pada kasus hidronefrosis. Selain itu agar mampu memberikan
aplikasi di pelayanan keperawatan mahasiswa harus memahami penatalaksanaan dari masingmasing kasus hidronefrosis. Pemahaman tentang sebuah kasus akan sangat membantu
mahasiswa dalam pengembangan ilmu keperawatan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC


Price,sylvia,A,1995, patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa:peter
anugerah. Edisi 4, jakarta:EGC
Price. Sylvia anderson,2001. Patofisiologi vol 2. Jakarta:EGC
RN, swearingen.2001. keperawataan medikal bedah edisi 2. Jakarta: EGC
Robins, stanley L,2001. Patofisiologi II edisi 4. Jakarta:EGC

Smeltzer, suzanene C,2001. Buku ajar keperawatan medikal bedal brunner and
suddarth. Alih bahasa :agung waluyo (et al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai