Penatalaksanaan preeklampsia
Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia
dan pertolongan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan
dengan trauma minimal (Manuaba, 2010). Prinsip penatalaksanaan preeklampsia menurut
Maryunani dan Yulianingsih (2012) adalah:
a.
b.
c.
d.
Rawat jalan
Ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak harus
mutlak selalu tirah baring. Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang
fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 gr natrium atau 4-6 gr NaCl (garam
dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya dan roboransia prenatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi,
sedatif dan dilakukan pemeriksaan laboratorium hemoglobin, hematokrit, fungsi hati, urin
lengkap dan fungsi ginjal (Prawirohardjo, 2010).
b.
2 minggu; (2) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat; (3) kenaikan
berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama dua kali berturut-turut (2 minggu)
(Prawirohardjo, 2010). Evaluasi sistemik yang dilakukan mencakup pemeriksaan terinci
diikuti pemantauan setiap hari untuk mencari temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium dan pertambahan berat yang pesat. Dilakukan juga evaluasi
terhadap pertumbuhan janin dan volume cairan amnion, baik secara klinis maupun dengan
ultrasonografi (USG) (Cunningham, 2006).
c.
2.
darah.
d. Setelah 24 jam sejak dimulai perawatan medisinal, tidak ada perbaikan.
Janin
Pemberian MgSO4 disertai beberapa persyaratan yaitu: (1) Harus tersedia antidotum,
yaitu kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc); (2) Frekuensi pernafasan 16 kali/menit; (3)
Produksi urin 30 cc/jam (0,5 cc/kgBB/jam); (4) Refleks patella (+). Pemberiannya juga
bisa dihentikan apabila: (1) Ada tanda-tanda intoksikasi; (2) Setelah 24 jam pasca persalinan;
(3) Dalam 6 jam pasca persalinan, sudah terjadi perbaikan (normotensif) (Martaadisoebrata
dkk., 2005).
2.
Antihipertensi
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists labetalol dan
hidralazin intravena adalah pengobatan pertama pada hipertensi dalam kehamilan dan wanita
postpartum dengan onset akut. Diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit sampai
tekanan darah turun. Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg
intramuskular setiap 2 jam. Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan: (1) Nifedipin dosis
oral 10 mg yang diulang setiap 30 menit; (2) Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal,
jika tekanan darah tidak membaik dalam 10 menit, dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg
intravena.
3.
Obat-obatan lain
Diuretikum, tidak diberikan kecuali bila ada edema paru, payah jantung kongestif, dan
edema anasarka. Dapat juga diberikan antipiretik bila ada demam, antibiotik bila ada infeksi
dan antinyeri bila pasien gelisah karena kesakitan (Martaadisoebrata dkk., 2005).
2.1.9
Komplikasi preeklampsia
Komplikasi yang terjadi tergantung berat atau ringannya penyakit tersebut. Berikut
a.
b.
c.
d.
iskemia miokardium.
e. Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.
2. Penyulit Janin
Intrauterine fetal growth restriction (IUGR).
Sindroma distres nafas.
Kematian janin intrauterin.
Cerebral palsy.
Solusio plasenta, prematuritas, sepsis, dll