Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk
disetujui oleh Engineer.
B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari
pabrik.
C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi,
jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.
1.6. Kondisi Kerja :
A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan
pemancangan.
B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.
C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan
pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang
ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil
mungkin.
D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap
interval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau
bahan lain yang disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0
m.
PASAL 2 - BAHAN-BAHAN/PRODUKSI
2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan
jenis tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh
Engineer.
2.2. Bahan-bahan tiang.
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
Jenis tiang yang dipakai adalah Tiang Beton Precast Prestress dengan ukuran 40cm x
40cm dan 35m x 35cm persegi dan panjang seperti ditunjukkan pada gambar-gambar
struktur.
B. Beton
Mutu beton minimum yang dipakai adalah fc' - 41.5 MPa (Cylinder), yang harus
sudah dicapai pada waktu pemancangan.
PASAL 3 - PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan
mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan saling mengganggu.
B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat
persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua
kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan
metode harus ditanggung oleh Kontraktor.
C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu
ke waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.
D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak
terganggu.
E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat
persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang
telah direncanakan.
F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.
G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah
terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas
lainnya.
H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau
membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu
maupun setelah pemancangan.
3.2. Pemancangan Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel
hammer type). Dalam pemilihan "driving diesel hammer" haruslah dari berat yang
memadai agar tidak merusak tiang.
"Hammer" harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 3500 kg (Kobe - 35
type).
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan
didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih dari
20 mm untuk 10 pukulan terakhir.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang
benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan pada gambar.
4. Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan adalah
75 mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu
harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang
berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya
kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih
dari 2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.T. (Pile Integrated Test)
atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.
C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya
(heave check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan
pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada
masing-masing tiang segera setelah selesai pemancangan.
2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok
selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang
tersebut harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan
sampai pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28 0
25
50 Cycle 1
25
0
50
75
100 Cycle 2
75
50
0
50
100
125
150 Cycle 3
125
100
50
0
50
100
150
175
200 Cycle 4
150
100
50
0
A - beban ditahan selama minimum 1 jam dan sampai settlement < 0.25 mm per jam
(max. 2 jam). A jam 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20
menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit
A B = beban ditahan selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam settlement yang terjadi >
0.25 mm per jam, maka beban ditahan selama max. 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
24 jam
Bila kegagalan terjadi sebelum mencapai 200% dari beban rencana, maka beban harus
diturunkan perlahan-lahan dan hati-hati dengan suatu tingkatan tidak lebih dari 20%
dari beban kerja permenit sampai penurunan mencapai < 0.25 mm per jam. Kemudian
mengikuti langkah B sampai akhir dari prosedur. 2. Percobaan pembebanan lateral
axial harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3966-90. Prosedur
pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya Penahanan
Beban Jadwal pembacaan Perge-rakan lateral (dalam menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 0 25 50 25 0 50 75 100 50 0 50 100
125 150 75 0 50 100 150 170 180 190 200 150 100 50 0 - 10 10 10 10 10 15 20 10 10
10 10 20 20 10 10 10 10 10 20 20 20 60 10 10 10 10 - 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 05-10 0-5-10-15 0-5-10-15-20 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20
0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-1020-30-40-50-60 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 3. Percobaan pembebanan tarik axial
harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3689-90 Prosedur
Pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya Penahanan
Beban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 0
25 50 Cycle 1 25 0 50 75 100 Cycle 2 75 50 0 50 100 125 150 Cycle 3 125 100 50 0
50 100 150 175 200 Cycle 4 150 100 50 0 A = Beban ditahan selama minimum 1 jam
dan sampai pergerakan keatas dari tiang < 0.25 mm per jam (max. 2 jam). 1 jam 20
menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A A 20
menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A B = Beban ditahan
selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam pergerakan keatas dari tiang adalah > 0.25
mm per jam, maka beban ditahan selama 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam
F. Prosedur pembacaan
1. Percobaan Pembebanan Vertikal
Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
- Selanjutnya setiap 1/2 jam selama 10 jam.
- Selanjutnya setiap 1 jam.
- Pada pembebanan akhir (0% beban rencana), pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 1 jam selama 4 jam pertama
- Setiap 2 jam sesudahnya sampai 8 jam.
- Selanjutnya setiap 4 jam.
2. Percobaan Pembebanan Lateral
Pembebanan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan setiap 10 menit.
G. Laporan Percobaan Pembebanan
Laporan hasil percobaan dikirim kepada pengawas yang ditunjuk untuk persetujuan,
terdiri dari :
1. Nama proyek dan lokasi
2. Laporan penyelidikan tanah dan catatan pelaksanaan pemancangan tiang percobaan
3.5. Pembersihan :
Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah, kelebihan
beton, keluar dari lokasi atau proyek seperti ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk
tanpa biaya tambahan.
TIANG PANCANG
BAB II
tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik bebanvertikal (dan tekuk) maupun
beban lateral (Bowles, 1991).
Defenisi Tanah Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran
mineral dengan atautanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan
mudah dipisahkansatu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan
batuan, baik secarafisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan
induk yang merupakanmaterial asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi
penyebab terjadinyapelapukan batuan tersebut.Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan
lempung digunakan dalam teknik sipiluntuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi
alam, tanah dapat terdiri dari dua ataulebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula
kandungan bahan organik.Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan dibelakang material
unsurutamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanaudengan
material utamanya adalah lempung dan sebagainya.Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat.
Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifatsifat teknis tanah.Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh
air atau udara. Bilarongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh.
Bila rongga terisiudara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (
partially saturated \). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar
airnya nol (Hardiyatmo, 1996).
Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnyaditentukan oleh
tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalamzone tanah yang lunak yang berada
diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancangsampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang
dapat mendukungbeban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitastiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang beradadibawah ujung tiang (Gambar 1).
Tiang gesek ( friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukanoleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2Tahanan gesek dan
pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnyadiperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.(b)
Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil SondirDiantara perbedaaan tes
dilapangan, sondir atau cone penetration test
berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yangsangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes
tersebut dapat dipercaya dilapangan denganpengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah
dasar. CPT atau sondir ini dapat jugamengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan
kekuatan dan karakteristik daritanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang ( pile), data tanah
sangat diperlukan dalammerencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang
sebelumpembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang.Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu= Qb+ Qs= qbAb+ f.As........................................................... (2.1)
Dimana :
Qu= Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
b= Kapasitas tahanan di ujung tiang.Q
s= Kapasitas tahanan kulit.q
b= Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.A
b= Luas di ujung tiang.f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As= Luas kulit tiang pancang.Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit
(Qu) dipakai Metode Aokidan De Alencar.Aoki dan Alencar mengusulkan untuk
memperkirakan kapasitas dukung ultimit daridata Sondir.
BAB III
PEMBAHASAN
Lokasi peninjauan perbaikan tanah lunak jln. Jendral sudirman disamping kantor
pekerjaan umum. Dari pekerjaan konstruksi yang saya tinjau. Didapat bahwa perkerasan
tanah yang digunakan adalah tiang pancang. Secara umum tiang pancang dapat
diklasifikasikan dari segi bahan yang terdiri dari tiang pancang bertulang, tiang pancang
pratekan. Tiang pancang yang digunakan dalam pelaksanaan:
-
teknik pemancangan dilakukan dengan palu jatuh diesel hammer. Tiang pancang
digunakan karena pengerjaan nya lebih cepat dan efektif digunakan di daerah RIAU. Dari
segi teori tiang pancang akan berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung
yang mampu memikul beban konstruksi diatasnya serta memberikan keamanan pada
konstruksi tersebut. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat, maka harus diketahui
sifat dan karakteristik tanah. Untuk itu perlu dilakukan penyelidikan geoteknik terhadap
tanah. Ada dua jenis penyelidikan geoteknik, yaitu penyelidikan lapangan dan penyelidikan
laboratorium. Penyelidikan lapangan meliputi penyondiran dan pengeboran. Penyondiran
bertujuan untuk mengetahui perlawanan konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan
indikasi dari kekuatan tanah pada kedalaman tertentu serta dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung lapisan tanah. Standar penetration test (SPT) bertujuan untuk
mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan
secara visual dan untuk pengambilan contoh tanah terganggu dan tidak terganggu untuk
penyelidikan di laboratorium mengenai sifat-sifat fisik dan karakteristik tanah yang semuanya
dapat digunakan untuk memperoleh daya dukung. Sehingga tidak diragukan lagi jika tiang
pancang menjadi pilihan Penyondiran bertujuan untuk mengetahui perlawanan konus dan
hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan tanah pada kedalaman tertentu
serta dapat digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah. Standar penetration test
(SPT) bertujuan untuk mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna
tanah melalui pengamatan secara visual dan untuk pengambilan contoh tanah terganggu dan
tidak terganggu untuk penyelidikan di laboratorium mengenai sifat-sifat fisik dan
karakteristik tanah yang semuanya dapat digunakan untuk memperoleh daya dukung.
Banyak permasalahan yang terjadi pada proses pemancangan mulai dari awal
pemancangan sampai akhir pemancangan misalnya pergerakan tanah pondasi, kerusakan
tiang dan ukuran penahan kerusakan tersebut, penghentian pemancangan tiang, dan pemilihan
peralatan. Sebagai contoh, pada saat alat pancang mengangkat tiang pancang, sering terjadi
patah dan retak ditengah akibat kurang baiknya tulangan yang ada pada tiang pancang.
Untuk perhitungan daya dukung tiang pancang dapat dilakukan dengan beberapa
metode dan mungkin akan ditemukan perbedaan ataupun persamaan. Hal ini sangat penting
dilakukan karena setelah dilakukan pengujian hasil yang diperoleh belum memberikan suatu
nilai khusus yang tetap khususnya pada tanah kohesif yang meningkat.
3.1 CARA PEMANCANGAN
1. Pemancangan Tiang Beton
Titik-titik pancang yang ada di laut atau sungai, di pedomani dengan titik-titik ukur di darat.
Tiang pancang sebelum dipancang diberi garis-garis strip 10 cm pada bagian atasnya, untuk
keperluan pengamatan settlement terakhir yang diperlukan ( misalnya bila sepuluh pukulan
terakhir penurunanya 10 cm, berarti kedalaman pemancangan dianggap cukup).
Ditetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, sedemikian agar tiang yang sudah
selesai dipancang tidak mengganggu proses pemancangan tiang berikutnya.
Khusus untuk tiang pancang yang cukup rapat dan menyebabkan large soil displacement,
untuk menghindari heaving dari tiang yang sudah dipancang, urutan pemancangan harus dari
tengan ke arah luar. Tiang pancang yang menyebabkan large soil displacement adalah yang
berbentuk masif atau pipa dengan ujung tertutup (close ended).
2. Beberapa Masalah Pemancangan
Pada saat pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang, ada beberapa masalah
yang timbul, di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut:
a.
Karena pemancangan tiang, tanah pondasi dapat bergerak, karena sebagian tanah yang
digantikan oleh tiang akan bergeser, dan sebagai hasilnya kadang-kadang terjadi bahwa
bangunan-bangunan yang berada didekatnya akan bergerak dalam arah mendatar maupun
dalam arah vertikal, tergantung pada kesempatan yang dimilikinya.
tetapi setidak-tidaknya tiang tersebut harus dapat dipancangkan sampai ke pondasi. Jika tanah
cukup keras dan tiang tersebut cukup panjang, tiang tersebut harus dipancangkan dengan
penumbuk (hammer) yang cukup kuat terhadap kerusakan akibat gaya tumbukan hammer
tersebut.
Pada ganbar tersebut diperlihatkan berbagai macam bentuk kerusakan pada tiang, dan
perlu diperhatikan disini bahwa kerusakan pada tiang beton sering diakibatkan oleh tegangan
tarik atau tegangan geser.
Dalam hal ini kepada tiang ataupun ujung tiang dapat dibentuk sedemikian rupa
sehingga mampu memperbesar ketahanan tiang tersebut. Gambar tersebut memperlihatkan
bentuk ujung tiang pipa baja, dan tiang beton prategng, berturut-turut. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa daya dukung tiang pancang dapat berkurang walaupun pemancangan
menjadi lebih mudah, tergantung pada perubahan bentuk ujung tiang tersebut.
c.
prinsip 2-3 kali panjang diameter tiang diukur dari batas lapisan tanah pendukung atau sekitar
2-3 meter. Karena tebal lapisan pendukung berbeda-beda di setiap tempat, maka
pemancangan yang diakibatkan oleh gaya tumbuk sampai kedalaman yang diisyaratkan atau
direncanakan seperti di atas harus dihindari.
Untuk tiang beton prategang sulit sekali memancangkan tiang tersebut sampai
sedalam lebih dari 2m pada lapisan berlempung yang mempunyai harga N yang lebih besar
10-15; atau pada lapisan berpasir yang mempunyai harga N > 30.
Untuk tiang pipa baja sulit sekali memancangkan tiang tersebut sampai kedalaman 2m
pada lapisan berlempung yang mempunyai harga qu lebih besar dari 10 kg/cm2 (harga N
sekitar 10-15).bila lapisan tanah pendukung tidak begitu tebal, pemancangan tiang dapat
dihentikan pada kedalaman sekitar setengah dari tebal lapisan tanah pendukung tersebut.
Bila suatu tiang pancang yang ujungnya terbuka dipancangkan ke dalam tanah
pondasi dan hampir-hampir tak mungkin bagi kita untuk mengetahui kapan ujung tiang
mencapai lapisan pendukung, maka suatu batang melintang yang terdapat pada tiang tersebut
akan mempermudah mencapai lapisan pendukung, karena segera setelah ujung tiang
menembus lapisan pendukung, derajat penetrasinya akan menurun secara tiba-tiba. Begitu
lapisan pendukung bagi tiang pipa baja tercapai, biasanya harga N untuk lapisan pendukung
akan lebih besar dari 30 untuk lapisan berpasir atau lebih dari 20 untuk lapisan berlempung.
d.
Pemilihan Peralatan
Titik-titik pemancangan yang tepat. Bila pemancangan di darat dapat dipasang patok-patok
pada titik pemancangan, tetapi bila pemancangan di laut, maka titik-titik pancang diarahkan
dengan titik-titik tetap di darat dengan bantuan theodolite.
Batas-batas toleransi yang diperkenankan tidak boleh dilampaui, baik pergeseran horizontal
maupun kemiringannya.
Pemancangan harus dihentikan pada saat-saat yang tepat. Bila tiang sudah tidak dapat lagi
dipancang masuk, maka pemancangan harus segera dihentikan, agar tiang tidaj rusak/patah.
Sebaliknya bila tiang masih dapat masuk dengan mudah walaupun elevasi rencana telah
tercapai, maka harus dihentika sementara untuk keperluan penyambungan tiang.
Siapkan dan tetapkan jenis struktur penyambung tiang pancang, termasuk peralatan yang
diperlukan seperti misalnya alat las.
Prosedur Proses Pemancangan
Pertama tim surveyor menentukan titik-titik dimana tiang pancang akan diletakkan,
penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah ditentukan oleh perencana.
Jika sudah fix titik mana yang akan dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang
sudah bisa dilakukan.
Peralatan dan Bahan yang harus disiapkan untuk pekerjaan tiang pancang antara lain
Pile (tiang pancang), Alat Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer),
Service Crane.
Proses pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk dipasangkan ke
alat pancang menggunakan service crane. Dengan Service crane tiang dipasangkan ke alat
pemancang dimana biasa alat pemancang sudah berada tepat diarea titik pancang.
Setelah Pile Terpasang dan posisi alat sudah berada pada titik pemancangan, maka
pemancangan siap dilakukan. Alat pancang yang digunakan dapat berbeda - beda jenisnya.
Seperti Diesel Hammer atau Hydraulic Hammer. Beda keduanya adalah Diesel Hammer
bersifat memukul sehingga pasti terdengan suara bising.. dueng..duengg..dueng... dan
terkadang meminbulkan getaran, getaran ini dapat mengakibatkan bangunan disekitar
menjadi retak jika jarang antara bangunan dan daerah pemancangan terlalu dekat, sementara
itu hydraulic hammer bersifat menekan, jadi pengaruh suara dan getaran relatif kecil.
Bedanya yang lain adalah penggunaan Hydraulic hammer lebih mahal.
Pemancangan dihentikan jika sampai mencapai tanah keras, indikasi jika
pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari hammer sudah mental tinggi,
biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu
maka segera dilakukan pembacaan kalendering.
Pembacaan ini dilakukan pada alat pancang sewaktu memancang. Jika dari bacaan
tinggi bacaan sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka pemancangan sudah siap dihentikan.
Itu artinya tiang sudah menencapai titik tanah keras, tanah keras itulah yang menyebabkan
bacaan kalenderingnya kecil yaitu 1 cm atau kurang. Jika diteruskan dikhawatirkan akan
terjadi kerusakan pada tiang pancang itu sendiri seperti pada topi tiang pancang atau badan
tiang pancang itu sendiri. Pembacaan 1 kalendering dilakukan dengan 10 pukulan.
R
W
P
H
S
K
N
Dari grafik kita ambil yang 10 pukulan atas. Didapatkan S dari 10 pukulan terakhir
adalah 2cm. jadi S = 2/10 = 0.2 cm. Sedangkan reboundnya (K) ada 10. Diambilkan
rata-rata K. dari grafik terbaca K sekitar : 0.9cm.
Untuk menentukan berat ram bisa dilihat pada spesifikasi alat. Biasanya
dituliskan berat piston misalkan 2,5Ton atau 3,5 Ton. Sedangkan untuk mengetahui
tinggi jatuh ram dengan cara melihat ring yang tampak saat pemukulan dan
mengkonversikan ke table dan mengetahui jenis hammer yang dipakai misal K25
atau K35. Misalkan saat kalendering ring yang muncul E sedangkan tipe hammer
K25 maka tinggi jatuh ram adalah 2.197 mm = 219,7 cm.
Rpakai = ef.R.(1/SF)
Eytelwein Formula
Gates Formula
google_ad_section_start(name=default)
DayaDukungDenganDataKalendering
POSTEDBYSUPEROMANGON17.49
NOCOMMENTS
[ifgtemso9]><xml><w:WordDocument><w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom><w:TrackMoves/><w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/><w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/><w:LidThemeOther>ENUS</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>XNONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>XNONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility><w:BreakWrappedTables/><w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/><w:UseAsianBreakRules/><w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/><w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/><w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/><w:CachedColBalance/></w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel><m:mathPr>
<m:mathFontm:val="CambriaMath"/><m:brkBinm:val="before"/><m:brkBinSub
m:val=""/><m:smallFracm:val="off"/><m:dispDef/><m:lMarginm:val="0"/>
<m:rMarginm:val="0"/><m:defJcm:val="centerGroup"/><m:wrapIndent
m:val="1440"/><m:intLimm:val="subSup"/><m:naryLimm:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]
Kadangkalaukitadilapangantentukitaakanmenemukanbanyakmasalah,termasuk
dalampemancangansebuahpondasi.
Biasaanyahasilpemancanganakandisajikandengandata10pukulanterakhir(final
set)
Lalukitaberfikirapagunanyadataini,kitakansudahmenghitungpondasinya?
Biasaanyadatainibisadipergunakanuntukmengecekperhitungansecarateoritis
terhadapdatalapangan.
Berikutadalahcaraperhitungannya:
R=((2WH/S+K)*(W+N2P/W+P))RumusHiley
R=((2WH/S+K)*(W/W+P))RumusCobelco
Ket:
R=Kapasitasdayadukungbatas(ton)
W=BeratpaluatauRam(Ton)
P=Berattiangpancang(Ton)
H=Tinggijatuhram(M)
S=PenetrasitiangpancangpadasaatpenumbukkanterakhirSET(cm)
K=Rataratauntuk10pukulanterakhir(cm)
N=Koefrestitusi*
0,40,5untukpalubesicor,tiangbetontanpahelm
0,30,4untukpalulandasankayu
0,250,3untuktiangkayu
AgarRdapatdijadikanhitunganyangamanmakarumusdiatasdigunakanfactor
keamananjugaefisiensihammer,sehingga
Rpakai=efR(1/SF)
Ket
Ef=0,80.9untukdieselhammer
0,70,9untukdrophammer
0,70,85untuksingle/doubleactinghammer
SF=biasanyatergantungdarikitasebagaiperencanaakantetapiperusahaanpancang
jugamenggunakanfactorkeamaanan(SF)tersendiri.Misalnya2,53,0
Sampaisiniduluyapembahasannyanantikitacobahitungcontohsoalnya
Janganlupaketikaperusahaanmemancangbiasanyaadamanualpemancangannya,
tinggaldimintasajamanualnyajikatidakadabolehgunakanrumusrumusdiatas