ACARA II
KADAR AMILOSA BERAS
Disusun Oleh:
Kelompok 8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Arvian Kurnia
Fadlillah Arosyd
Iriana Adigani
Miftachul Ikhas
Putri Apriliani
Rufik Dwi Kurniawati
Vera Indria Sari
H3113020
H3113039
H3113054
H3113061
H3113075
H3113083
H3113094
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Karakteristik fungsional pati untuk aplikasi bahan pangan sangat
ditentukan oleh karakteristik kimianya. Pati merupakan homopolimer
glukosa dengan ikatan D-glikosidik yang tersusun dari amilosa dan
amilopektin. Pada umumnya, pati mengandung 2530% amilosa dan 70
75% amilopektin. Amilosa merupakan homoglikan D-glukosa dengan ikatan
-(1,4) dari struktur cincin piranosa, yang membentuk rantai lurus terdiri
dari 500-2000 unit glukosa. Umumnya amilosa dikatakan sebagai linier dari
pati. Berat molekul amilosa beragam tergantung pada sumber dan metode
ekstraksi yang digunakan, biasanya sekitar 250.000 (untuk 1500 unit
anhidroglukosa).
Amilopektin seperti halnya amilosa juga mempunyai ikatan -(1,4)
pada rantai lurusnya, serta ikatan -(1,6) pada titik percabangannya Ikatan
percabangan tersebut berjumlah sekitar 45% dari seluruh ikatan yang ada
pada amilopektin. Bobot molekul amilopektin berkisar antara 10. Pati
jagung terdiri dari 73% amilopektin dan 27% amilosa. Namun demikian,
ada pula varietas jagung yang tersusun seluruhnya (100%) dari amilopektin
yaitu jenis waxy/glutinous corn. Sebaliknya, varietas jagung yang
dinamakan high-amylose corn mengandung amilosa dalam jumlah yang
tinggi (50-75%). Secara alami, bentuk asli pati merupakan butiran-butiran
kecil yang sering disebut granula.
Secara mikroskopik, campuran molekul dalam granula pati
berstruktur linier dan bercabang tersusun membentuk lapisan-lapisan tipis
yang berbentuk cincin atau lamela, dimana lamela tersebut tersusun terpusat
mengelilingi titik awal yang disebut hilus atau hilum. Letak hilum dalam
granula pati ada yang di tengah dan ada yang di tepi. Granula pati dari
golongan tanaman Graminae (beras, jagung, dan gandum) mempunyai
hilum yang terletak di tengah
2. Tujuan
Praktikum teknologi pengolahan tepung mie dan pasta acara II yaitu
Kadar Amilosa Berasbertujuan untuk :
b. Pipet 1 ml
c. Pipet 10 ml
d. Propipet
e. Panci
f.
Kompor
i. Tabung reaksi
j. Alat vortex
k. Alat penjepit
l. Alat penjepit
Penimbangan sebanyak 40 g
m. Stopwatch
n. Penangas air
1 ml ethanol
2. Bahan 95%, 9 ml
a. TepungNaOH
beras
b. Tepung tapioka
c. Tepung jagung
d. Amilosa murni (amilosa kentang)
e. Ethanol 95%
Pendinginan
f. Larutan NaOH
Pemindahan ke labu takar
g. Aquadest
h. Asam asetat
i. Larutan iod
3. Cara kerja
Aquades
t
Penambahan
Penggojogan
Pendiaman 20 menit
Aquades
t
b. Penentuan kadar amilosa
1 ml sam asetat, 2
ml larutan iod dan air
sampai tanda tera
Penambahan
d
Penggojogan
Pendiaman 20 menit
Pengukuran absorbansi pada 625 nm
y = a + bx
a = -0.0019
b = 0,226
r = 0,977
y = - 0,0019 + 0,226x
Kadar
Absorbansi amilosa
(mg)
FP
Amilosa
(%)
0.359
1.580
20
31.6
0.352
1.549
20
30.93
0.343
1.509
20
30.8
0.487
2.146
20
42.92
0.240
1.033
20
21.06
0.670
2.513
20
50.26
7
8
Tapioka
Tepung
Beras
Tepung
Beras
100
0.416
1.832
20
36.64
100
0.268
1.195
20
23.9
oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan
tebal larutan.
Menurut Triyati (1985), susunan peralatan Spektrofotometer meliputi
sumber radiasi/cahaya, monokromator, sel absorpsi, detektor dan pencatat.
Sumber cahaya dipergunakan untuk pengukuran absorpsi. Sumber cahaya ini
harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan
pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti
harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai.
Kekuatan sinar radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan. Sumber
Cahaya Tampak yang paling umum dipakai adalah lampu Wolfram. Sedangkan
sumber radiasi Ultra-violet biasa dipergunakan lampu Hidrogen atau
Deuterium yang terdiri dari tabung kaca dengan jendela dari kwartz yang
mengandung Hidrogen dengan tekanan tinggi. Oleh karena kaca menyerap
radiasi Ultra-violet, maka sistim optik Spektrofotometer Ultra-Violet dan sel
harus dibuat dari bahan kwartz. Monokromator dipergunakan untuk memisahkan radiasi ke dalam komponen-komponen panjang gelombang dan dapat
memisahkan bagian spektrum yang diinginkan dari lainnya. Sel absorpsi
dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk daerah Sinar
Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara pemakaian dan
pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada
dinding sel akan mengurangi transmisi. Detektor dipergunakan untuk
menghasil-kan signal elektrik. Dimana signal elektrik ini sebanding dengan
cahaya yang diserap. Signal elektrik ini kemudian dialirkan ke alat pengukur.
Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari detektor,
yang dinyatakan dengan angka.
Menurut Underwood (1990), kurva standar merupakan standar dari
sampel tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk
sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya
sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Terdapat dua metode untuk
membuat kurva standar yakni dengan metode grafik dan metode least square.
Menurut Aliawati (2013), penetapan kadar berdasarkan reaksi antara amilosa
kemudian
dilakukan
pengukuran
absorbansi
larutan
dengan
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan analisis yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Standardisasi amilosa dilakukan untuk mendapatkan kurva standar yang
menunjukkan hubungan antara nilai penyerapan cahaya dengan konsentrasi
amilosa.
2. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik dan terdiri
dari 2 fraksi yaitu amilosa dan amilopektin.
3. Prinsip uji amilosa yaitu pati akan bereaksi dengan iod dengan adanya
iodida yang akan membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat,
yang akan terlihat pada konsentrasi-konsentrasi iod yang sangat rendah.
4. Alat Spektrofometer adalah alat digunakan untuk menentukan komposisi
suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya.
5. Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan
sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan.
6. Penentuan kadar amilosa dengan cara mencari absorbansi kemudian
dimasukkan pada persamaan kurva standar.
7. Persamaan kurva standar yang diperoleh adalah y = -0,0019 + 0,226x.
8. Kadar amilosa dengan urutan tertinggi sampai terendah yaitu tepung
singkong sebesar 50% pada kelompok 6; tepung jagung sebesar 37,34%
pada kelompok 10 dan tepung beras sebesar 36,64% pda kelompok 7.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar amilosa tepung yaitu sifat pati dari
tepung dan kondisi tepung yang meliputi kadar air dalam tepung dan umur
simpan.
DAFTAR PUSTAKA
Akpa, et al. 2012. Modification of Cassava Starch for Industrial Uses.
International Journal of Engineering and Technology Vol. 2 (6).
Aliawati, Gusnimar. 2013. Tehnik Analisis Kadar Amilosa dalam Beras. Buletin
Tehnik Pertanian. Vol. 8. No. 2
Bassett, J., et al. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Belitz HD, Grosch W. 1999. Food Chemistry. Springer, Berlin.
Chung, Hyun Jung. Qiang Liu., Laurence Lee., Dongzhi Wei. 2011. Relationship
between the structure, physicochemical properties and in vitro
digestibility of rice starches with different amylose contents. J. Food
Hydrocolloids.
Herawati, Heny. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 30. No. 1.
James, Joyce. 2006. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga.
Yogyakarta.
Lestari, Fatma. 2007. Bahaya Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Leszczynski, Waclaw. 2004. Resistant Starch : Classification, Structure,
Production. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences Vol. 13 (54).
Lukman, Anita., Deni Anggraini., Noveri Rahmawati., Nani Suhaeni. 2013.
Pembuatan dan Uji Sifat Fisikokimia Pati Beras Ketan Kampar yang
Dipragelatinasi. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(2), 67-71.
Makfoeld, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Mir, J. A., Srikaeo, K., Garca, J. 2013. Effects of amylose and resistant starch on
starch digestibility of rice flours and starches. International Food
Research Journal 20(3): 1329-1335.
Muhandri, Tjahja., Hamigia Zulkhaiar., Subarna., Budi Nurtama. 2012. Komposisi
Kimia Tepung Jagung Varietas Unggul Lokal dan Potensinya untuk
Pembuatan Mi Jagung Menggunakan Ekstruder Pencetak. Jurnal Sains
Terapan Edisi II Vol-2 (1).
Mukti, Kusnanto W. 2009. Analisis Spektroskopi Uv-Vis Penentuan Konsentrasi
Permanganat (KMnO4). Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Niken H, Ayuk., Dicky Adepristian Y. 2103. Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari
Pati Kentang. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2
Simanjuntak, Tiurma P T. 2014. Komponen Gizi dan Terapi Pangan Ala Papua.
Deepublish. Yogyakarta.
Thumrongchote, Duangrutai. Toru Suzuki., Kalaya Laohasongkram., Saiwarun
Chaiwanichsiri. 2010. Properties of Non-glutinous Thai Rice Flour:
Effect of rice variety. Research Journal of Pharmaceutical, Biological
and Chemical Sciences.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Oseana, Volume X, Nomor 1 : 39 47.
Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Erlangga.
Jakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan:
Kelompok 8 (Tepung Beras)
Persamaan : y = - 0,0019 + 0,226x
Diketahui : y = - 0,0019 + 0,226x
y = 0,268
FP = 20
Ditanya : kadar amilosa = .......?
Jawab : y
= - 0,0019 + 0,226x
0,268
= - 0,0019 + 0,226x
0,268 + 0,0019
= 0,226x
= 0,27 / 0,226
= 1,195 mg
kadar amilosa =
x 100%
x 100%
= 23,9%
LAMPIRAN GAMBAR