Anda di halaman 1dari 2

Materi Formularium Nasional

Soal No. 2
Penatalaksanaan Syok Anafilaksis
Pada kasus ini pasien tampak sesak, perabaan kulit terasa lembab dan dingin,
tekanan darah 80/50 mmHg, serta kesadaran mulai menurun. Pasien mengalami
keadaan ini setelah disuntik streptomisin. Berdasarkan gejala yang dialami
pasien mengalami syok anafilaksis.
Adapun penanganan pertama yang diberikan pada pasien syok anafilaksis :
Mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen yang diduga
menyebabkan reaksi anafilaksis
Pindahkan pasien ketempat yang aman (Baringkan pasien pada alas yang
keras)
Posisikan pasien secara terlentang dengan posisi tungkai lebih tinggi dari
kepala (30 derajat) untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah
Tindakan selanjutnya adalah penilaian A, B, C :
Airway / penilaian jalan nafas. Jalan nafas harus dijaga tetap bebas agar
tidak ada sumbatan sama sekali.
Breathing support segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas spontan, baik melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung.
Circulation support yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (arteri
karotis atau arteri femoralis), segera lakukan kompresi jantung.
Obat-obatan
Adrenalin merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaksis.
Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan
pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan meningkatkan aktivitas otot jantung.
Pemberian adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas, paha, ataupun
sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilahn pertama pada syok
anafilaksis.

Adrenalin

memiliki

onset

yang

cepat

setelah

pemberian

intramuskuler. Pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih


cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Pemberian adrenalin 0,5 ml
larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01 ml/kg BB untuk anakanak. Dosisi ini dapat dulang beberapa kali 5-15 menit, samapai tekanan darah
dan nadi menunjukkan perbaikan.

Adrenalin sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali pada keadaan


tertentu saja misalnya pada saat syok (mengancam nyawa) ataupun selama
anestesia. Pada saat pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi
dan absorbsi injeksi muskular yang beanr-benar diragukan, adrenalin mungkin
diberikan dalam injeksi intravena lambat dengan dosis 500mcg (5ml dari
pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) diberikan dengan kecepatan 100
mcg/menit dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan.
Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis, obat-obat
yang sering dimanfaatkan adalah antihistamin, kortikosteroid dan bronkodilator.
Terapi Cairan
Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan intravena untuk
koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskuler sebagai
tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaksis. Cairan intravena seperti larutan
isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan
untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel.

Soal No. 4
Obat yang diberikan pada kasus ini adalah salbutamol
Mekanisme kerja dan manfaat obat salbutamol:
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2
adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang
produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek
utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan
terjadinya relaksasi otot bronkus. Salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman
karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka bisa digunakan untuk
pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit jantung atau tekanan
darah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai