Anda di halaman 1dari 54

2.

Karakteristik Sampel
a. Balita
Tabel 1. Deskripsi Keluarga Balita berdasarkan jumlah keluarga dan pendidikan ibu di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)
Variabel

Jumlah Keluarga

4 Orang

30

83.3

> 4 Orang

16.7

Pendidikan Ibu

SD

8.3

SMP

25

SMA

16

44.4

Peguruan Tinggi

16.7

Lain-lain
2
5.6
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 1 Variabel Jumlah keluarga yang memiliki 4 Orang sebesar
83,3 % dan yang > 4 Orang sebesar 16,7 %. Sedangkan variabel tingkat pendidikan ibu yang
lulus SD sebesar 8,3%, SMP sebesar 25%, SMA sebesar 44,4%, Perguruan Tinggi sebesar 16,7%,
dan lainnya sebesar 5,6%.
Tabel 2. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin balita di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)
Variabel

24 Bulan

36

100

> 24 Bulan

Umur

Jenis Kelamin

Laki laki

17

47.2

Perempuan

19

52.8

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 2 Variabel umur yang memiliki 24 Bulan sebesar 100 %.
Sedangkan variabel jenis kelamin laki-laki sebesar 47,2% dan perempuan sebesar 52,8%.

Tabel 3. Deskripsi Status Gizi balita berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB (n = 36)
Variabel

Status gizi balita berdasarkan BB/U

BB Sangat Lebih

BB Lebih

5.6

BB Normal

31

86.1

BB Kurang

8.3

BB Sangat Kurang

Status gizi balita berdasarkan PB/U

Tinggi

Normal

20

55.6

Pendek

22.2

Sangat Pendek

22.2

Status gizi balita berdasarkan BB/PB

Sangat Gemuk

5.6

Gemuk

8.3

Resiko Gemuk

11.1

Normal

23

63.9

Kurus

11.1

Sangat Kurus
0
0
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 3 Variabel status gizi balita berdasarkan BB/U yang memiliki
kategori BB lebih sebesar 5,6 %, BB normal sebesar 86,1 %, dan BB kurang sebesar 8,3 %. Status
gizi balita berdasarkan PB/U yang memiliki kategori normal sebesar 55,6%, pendek sebesar 22,2
%, dan sangat pendek sebesar 22,2%. Status gizi balita berdasarkan BB/PB yang memiliki
kategori sangat gemuk sebesar 5,6%, gemuk sebesar 8,3%, resiko gemuk sebesar 11,1%, normal
sebesar 63,9%, dan kurus sebesar 11,1%.

Tabel 4. Frequency Asupan Makan Balita (n = 36)

Variabel

X SD

Minimum

Maximum

1.0466E3 347.31473

446.90

1754.50

38.8667 15.50323

11.05

72.80

Asupan vitamin A

9.7324E2 1292.56101

33.45

6347.90

Asupan Kalsium

5.8756E2 437.66087

126.45

2298.20

Asupan Energi Balita


Asupan Protein

Asupan Zat besi


10.1625 12.16249
1.60
73.30
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 4 frekuensi asupan makan balita yang memiliki kategori asupan
energi minimum sebesar 446,90 dan maximum sebesar 1754,50. Asupan protein minimum 11,05
dan maximum 72,80. Asupan vitamin A minimum sebesar 33,45 dan maximum sebesar 6347,90.
Asupan kalsium minimum sebesar 126,45 dan maximum sebesar 2298,20. Dan asupan zat besi
minimum sebesar 1.60 dan maximum sebesar 73,30.
Tabel 5. Deskripsi Asupan Zat Gizi Balita dan Dibandingkan Dengan Nilai AKG (n = 36)
Variabel

Energi (kalori)

Baik

27

75

Kurang

25

Protein (gr)

Baik

32

88.9

Kurang

11.1

Vit A (SI)

Baik

29

80.6

Kurang

19.4

Baik

29

80.6

Kurang

19.4

Fe (mg)

Ca (mg)

Baik

22

61.1

Kurang

14

38.9

Kesimpulan : berdasarkan tabel 5 deskripsi asupan zat gizi Balita dan dibandingkan dengan nilai
akg yang memiliki variabel energi dengan kategori baik sebesar 75% dan kurang sebesar
25%. Protein yang memiliki kategori baik sebesar 88,9% dan kurang sebesar 11,1%. Vit A yang
memiliki kategori baik sebesar 80,6% dan kurang sebesar 19,4%. Fe yang memiliki kategori
baik sebesar 80,6% dan kurang sebesar 19,4%. Serta Ca yang memiliki kategori baik sebesar
61,1% dan kurang sebesar 38,9%.

Tabel 6. Distribusi Kebiasaan Makan Balita, Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita,
Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita, Kesehatan Diri Balita dan Kesehatan Lingkungan
Keluarga Balita ( n = 36)
Variabel

Kebiasaan makan

Baik

11

30.6

Kurang

25

69.4

Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita

Baik

12

33.3

Kurang

24

66.7

Keterampilaan gizi dan kesehatan ibu balita

Baik

10

27.8

Kurang

26

72.2

Kesehatan diri balita

Baik

29

80.6

Kurang

19.4

Kesehatan lingkungan keluarga balita

Baik

20

55.6

Kurang

16

44.4

Kesimpulan : berdasarkan tabel 6 distribusi kebiasaan makan balita, pengetahuan gizi dan
kesehatan

ibu balita, keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita, kesehatan diri balita dan

kesehatan lingkungan keluarga balita yang memiliki variabel kebiasaan makan dengan kategori
baik sebesar 30,6% dan kurang sebesar 69,4%. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita yang
memiliki kategori baik sebesar 33,3% dan kurang

sebesar 66,7%. Keterampilan gizi dan

kesehatan balita yang memiliki kategori baik sebesar

27,8% dan kurang sebesar 72,2%.

Kesehatan diri balita yang memiliki kategori baik sebesar 80,6% dan kurang sebesar 19,4%.
Serta kesling keluarga balita yang memiliki kategori baik sebesar 55,6% dan kurang sebesar
44,4%.

Tabel 7. Diskripsi Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Balita ( n = 36)

Variabel

2.8

Tingkat Sosial Ekonomi

Miskin

Tidak Miskin
35
97.2
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 7 Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Balita yang memiliki
kategori miskin sebesar 2,8% dan tidak miskin sebesar 97,2%.

b. Bumil
Tabel 8. Deskripsi Keluarga Ibu Hamil berdasarkan jumlah keluarga dan pendidikan ibu hamil di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
Variabel

Jumlah Keluarga

4 Orang

11

91.7

> 4 Orang

8.3

Pendidikan Ibu

SD

8.3

SMP

41.7

SMA

33.3

Peguruan Tinggi

16.7

Lain-lain
0
0
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 8 Variabel Jumlah keluarga yang memiliki 4 Orang sebesar
91,7 % dan yang > 4 Orang sebesar 8,3 %. Sedangkan variabel tingkat pendidikan ibu yang
lulus SD sebesar 8,3%, SMP sebesar 41,7%, SMA sebesar 33,3%, dan Perguruan Tinggi sebesar
16,7%.
Tabel 9. Deskripsi Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan LILA (n = 36)
Variabel

8.3

Status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

KEK

NON KEK
11
91.7
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 9 Status gizi ibu hamil berdasarkan LILA terdapat kategori KEK
sebesar 8,3% dan NON KEK sebesar 91,7%.

Tabel 10. Frequency Asupan Makan Ibu Hamil (n = 36)

Variabel

Mean

Minimum

Maximum

Energi

1.1830E3 300.76233

741.35

1772.00

Protein

49.2083 14.79192

25.50

81.60

Kalsium

3.8894E2 277.41600

65.40

952.30

Vitamin A

9.1598E2 526.15582

55.25

1708.40

Vitamin C

99.5208 150.99445

.50

511.70

Serat

37.0542 56.54911

3.70

158.80

1.2556E2 151.55839

3.50

551.55

A.Folat

Fe
7.2083 3.97022
3.10
15.60
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 10 frekuensi asupan makan ibu hamil yang memiliki kategori
asupan energi minimum sebesar

741,35 dan maximum

sebesar 1772,00. Asupan protein

minimum 25,50 dan maximum 81,60. Asupan kalsium minimum sebesar 65,40 dan maximum
sebesar 952,30. Asupan vit A minimum sebesar 55,25 dan maximum sebesar 1708,40. Asupan vit
C minimum sebesar 0,50 dan maximum sebesar 511,70. Asupan serat minimum sebesar 3,70 dan
maximum sebesar 158,80. Asupan asam folat minimum sebesar 3,50 dan maximum sebesar
551,55. Asupan zat besi minimum sebesar 3,10 dan maximum sebesar 15,60.
Tabel 11. Deskripsi Asupan Zat Gizi Ibu Hamil dan Dibandingkan Dengan Nilai AKG (n = 12)
Variabel

Energi (kalori)

Baik

8.3

Kurang

11

91.7

Protein (gr)

Baik

50

Kurang

50

Ca (mg)

Baik

16.7

Kurang

10

83.3

Vit A (SI)

Baik

75

Kurang

25

Vit C (mg)

Baik

33.3

Kurang

66.7

16.7

Serat (gr)

Baik

Kurang

10

83.3

Asam Folat (mg)

Baik

8.3

Kurang

11

91.7

Baik

Kurang

12

100

Fe (mg)

Kesimpulan : berdasarkan tabel 11 deskripsi asupan zat gizi Ibu Hamil dan dibandingkan dengan
nilai akg yang memiliki variabel energi dengan kategori baik sebesar 8,3% dan kurang sebesar
91,7%. Protein yang memiliki kategori baik sebesar 50% dan kurang sebesar 50%. Ca yang
memiliki kategori baik sebesar 16,7% dan kurang sebesar 83,3%. Vit A yang memiliki kategori
baik sebesar 75% dan kurang sebesar 25%. Vit C yang memiliki kategori baik sebesar 33,3%
dan kurang 66,7%. Serat yang memiliki kategori baik sebesar 16,7% dan kurang sebesar 83,3%.
Asam folat yang memiliki kategori baik sebesar 8,3% dan kurang sebesar 91,7%. Serta Fe yang
memiliki kategori kurang sebesar 100%.

Tabel 12. Distribusi Kebiasaan Makan Ibu Hamil, Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil,
Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil, Kesehatan Diri Ibu Hamil dan Kesehatan
Lingkungan Keluarga Ibu Hamil ( n = 12)
Variabel

Kebiasaan makan

Baik

Kurang

12

100

Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil

Baik

16.7

Kurang

10

83.3

Keterampilaan gizi dan kesehatan ibu hamil

Baik

8.3

Kurang

11

91.7

Kesehatan diri ibu hamil

Baik

10

83.3

Kurang

16.7

Kesehatan lingkungan keluarga ibu hamil

Baik

75

Kurang

25

Kesimpulan : berdasarkan tabel 12 distribusi kebiasaan makan Ibu Hamil, pengetahuan gizi dan
kesehatan ibu hamil, keterampilan gizi dan kesehatan ibu hamil, kesehatan diri ibu hamil dan
kesehatan lingkungan keluarga ibu hamil yang memiliki variabel kebiasaan makan dengan
kategori kurang sebesar 100%. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil yang memiliki
kategori baik sebesar 16,7% dan kurang sebesar 83,3%. Keterampilan gizi dan kesehatan ibu
hamil yang memiliki kategori baik sebesar 8,3% dan kurang sebesar 91,7%. Kesehatan diri ibu
hamil yang memiliki kategori baik sebesar 83,3% dan kurang sebesar 16,7%. Serta kesling
keluarga ibu hamil yang memiliki kategori baik sebesar 75% dan kurang sebesar 25%.

Tabel 13. Diskripsi Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Ibu Hamil ( n = 12)
Variabel

16.7

Tingkat Sosial Ekonomi

Miskin

Tidak Miskin
10
83.3
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 13 Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ibu hamil yang memiliki
kategori miskin sebesar 16,7% dan tidak miskin sebesar 83,3%.

c. Lansia
Tabel 14. Deskripsi Keluarga Lansia berdasarkan jumlah keluarga dan pendidikan Lansia di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
Variabel

Jumlah Keluarga

4 Orang

50

> 4 Orang

50

Pendidikan Ibu

SD

11

91.7

SMP

SMA

8.3

Peguruan Tinggi

Lain-lain
0
0
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 14 Variabel Jumlah keluarga yang memiliki 4 Orang sebesar
50 % dan yang > 4 Orang sebesar 50 %. Sedangkan variabel tingkat pendidikan ibu yang lulus
SD sebesar 91,7%, serta SMA sebesar 8,3%.

Tabel 15. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin lansia di Kelurahan
Sepang Simin (n = 12)
Variabel

Umur Lansia

Usia pertengahan

Usia lanjut

58.3

Usia tua

33.3

Usia sangat tua

8.3

Jenis Kelamin

Laki laki

33.3

Perempuan

66.7

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 15 Variabel umur yang masuk kategori usia lanjut sebesar
58,3%, usia tua sebesar 33,3%, dan usia sangat tua sebesar 8,3%. Sedangkan variabel jenis
kelamin laki-laki sebesar 33,3% dan perempuan sebesar 66,7%.
Tabel 16. Deskripsi Status Gizi Lansia berdasarkan IMT (n = 12)
Variabel

Status gizi lansia berdasarkan IMT

Kelebihan BB tingkat berat

Kelebihan BB tingkat ringan

Normal

50

Kekurangan BB tingkat ringan

Kekurangan BB tingkat berat


6
50
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 16 Variabel status gizi lansia berdasarkan IMT yang memiliki
kategori BB normal sebesar 50% dan kekurangan BB tingkat berat sebesar 50%.

Tabel 17. Frequency Asupan Makan Lansia (n = 12)

Variabel

X SD

Minimum

Maximum

Energi

9.9546E2 201.51050

666.90

1297.90

Protein

44.2792 13.65641

22.65

66.70

Serat

14.7542 22.24329

1.70

66.20

Kalsium
2.5816E2 154.45670
96.50
645.15
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 17 frekuensi asupan makan lansia yang memiliki kategori
asupan energi minimum sebesar

666,90 dan maximum

sebesar 1297,90. Asupan protein

minimum 22,65 dan maximum 66,70. Asupan serat minimum sebesar 1,70 dan maximum sebesar
66,20. Serta Asupan kalsium minimum sebesar 96,50 dan maximum sebesar 645,15.

Tabel 18. Deskripsi Asupan Zat Gizi lansia dan Dibandingkan Dengan Nilai AKG (n = 12)
Variabel

Energi (kalori)

Baik

8.3

Kurang

11

91.7

Protein (gr)

Baik

50

Kurang

50

Ca (mg)

Baik

8.3

Kurang

11

91.7

Serat (gr)

Baik

Kurang

12

100

Kesimpulan : berdasarkan tabel 18 deskripsi asupan zat gizi lansi dan dibandingkan dengan nilai
akg yang memiliki variabel energi dengan kategori baik sebesar 8,3% dan kurang sebesar
91,7%. Protein yang memiliki kategori baik sebesar 50% dan kurang sebesar 50%. Ca yang
memiliki kategori baik sebesar 8,3% dan kurang sebesar 91,7%. Serta Serat yang memiliki
kategori kurang sebesar 100%.

Tabel 19. Distribusi Kebiasaan Makan Lansia, Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Lansia,
Keterampilan Gizi dan Kesehatan Lansia, Kesehatan Diri Lansia dan Kesehatan Lingkungan
Keluarga Lansia ( n = 12)
Variabel

Kebiasaan makan

Baik

50

Kurang

50

Pengetahuan gizi dan kesehatan lansia

Baik

Kurang

12

12

eterampilaan gizi dan kesehatan lansia

Baik

25

Kurang

75

Kesehatan diri lansia

Baik

58.3

Kurang

41.7

Kesehatan lingkungan keluarga lansia

Baik

66.7

Kurang

33.3

Kesimpulan : berdasarkan tabel 19 distribusi kebiasaan makan lansia, pengetahuan gizi dan
kesehatan lansia, keterampilan gizi dan kesehatan lansia, kesehatan diri lansia dan kesehatan
lingkungan keluarga lansiayang

memiliki variabel kebiasaan makan dengan

kategori baik

sebesar 50% dan kurang sebesar 50%. Pengetahuan gizi dan kesehatan lansia yang memiliki
kategori kurang sebesar 12%. Keterampilan gizi dan kesehatan lansia yang memiliki kategori
baik sebesar 25% dan kurang sebesar 75%. Kesehatan diri lansia yang memiliki kategori baik
sebesar 58,3% dan kurang sebesar 41,7%. Serta kesling keluarga lansia yang memiliki kategori
baik sebesar 66,7% dan kurang sebesar 33,3%.
Tabel 20. Diskripsi Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Lansia ( n = 12)
Variabel

16.7

Tingkat Sosial Ekonomi

Miskin

Tidak Miskin
9
83.3
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 20 Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ibu hamil yang memiliki
kategori miskin sebesar 16,7% dan tidak miskin sebesar 83,3%.

3.

Hubungan Antar Variabel


a. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur

1) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita


Tabel 21. Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)

Kebiasaan Makan
Kurang
Baik
Jumlah

Status Gizi (BB/U)


Malnutrisi
Normal
n
%
n
%
4
16
21
84
1
9,1
10
90,9
5
13,9
31
86,1

Total
n
25
11
36

P Value
%
100
100
100

0,581

Kesimpulan :
Berdasarkan Tabel 21 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita Berdasarkan
BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kebiasaan makan kurang presentasi kejadian
malnutrisi lebih tinggi yaitu 16% dibandingkan pada balita yang memiliki kebiasaan makan
baik yaitu dengan presentasi 9,1 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,581yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi balita
berdasarkan BB/U dan dari penelitian yang dilakukan Sausan pada tahun 2012 juga
mengatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi balita yaitu
dengan nilai koefisien korelasi Spearman 0,119, nilai tersebut tidak mendekati 1 yang
berarti hubungan kedua variabel berlawanan. Penyebab masalah status gizi pada balita
kemungkinan besar adalah kurangnya asupan makan pada balita

2) Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita


Tabel 22. Hubungan asupan energi dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Asupan energi
Malnutrisi
Normal
n
%
n
%
Kurang
1
11,1
8
88,9
Baik
4
14,8
23
85,2
Jumlah
5
13,9
31
86,1

Total
n
9
27
36

P Value
%
100
100
100

0,781

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 22 Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan energi kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih rendah yaitu 11,1% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
energi baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 14,8 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,781yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi balita berdasarkan
BB/U pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sunarto tahun 2013 juga mengatakan
bahwa tidak ada hubungan antara asupan energy dengan status gizi pada balita dengan p =
0,317 penyebab yang mempengaruhi status gizi balita adalah karena balita sering
mengkonsumsi chiki dan permen yang memiliki nilai gizi sangat rendah

3) Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita


Tabel 23. Hubungan asupan protein dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)

Status Gizi (BB/U)


Total
Asupan protein
Malnutrisi
Normal
P Value
n
%
n
%
n
%
Kurang
1
25
3
75
4
100
Baik
4
12,5
28
87,5
32
100
0,496
Jumlah
5
13,9
31
86,1
36
100
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 23 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan protein kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 25% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
protein baik yaitu dengan presentasi 12,5 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,496 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein

dengan status gizi balita

berdasarkan BB/U dan dari penelitian yang dilakukan oleh Muchlis., et al. 2012 mengatakan
juga bahwa tidak hubungan antara asupan protein dengan status gizi bb/u dengan nilai p =
0,587.

4) Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita


Tabel 24. Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Asupan Vitamin
Malnutrisi
Normal
A
n
%
N
%

Total
n

P Value
%

Kurang
1
14,3
6
85,7
7
100
Baik
4
13,8
25
86,2
29
100
0,973
Jumlah
5
13,8
31
86,2
36
100
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 23 Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut Umur,

pada balita yang memiliki asupan vitamin A kurang

presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 14,3% dibandingkan pada balita yang
memiliki asupan vitamin A baik yaitu dengan presentasi 13,8 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,973 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
berdasarkan BB/U dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufiqurrahman.,et al juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
dengan nilai p= 0,22 yang mempengaruhi status gizi balita kemungkinan besar adalah status
menyusui

5) Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Balita


Tabel 25. Hubungan asupan zat besi dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Asupan Zat Besi
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
3
17,6
14
82,4
Baik
2
10,5
17
89,5
Jumlah
5
13,9
31
86,1

Total
N
17
19
36

P Value
%
100
100
100

0,537

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 25 Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan zat besi kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 17,6% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
zat besi baik yaitu dengan presentasi 10,5%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,537 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi balita
berdasarkan BB/U dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setijowati., et al.tahun 2012
juga menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi tingkat konsumsi
zat besi dengan status gizi dapat disebabkan karena hubungan antara tingkat konsumsi zat
besi dengan status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi namun juga dari
jenis makanan sumber zat besi dan seng yang dikonsumsi berdasarkan porsi dan jumlah
bahan inhibitor yang dikonsumsi

6) Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita


Tabel 26. Hubungan asupan kalsium dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Asupan kalsium
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
10
71,4
4
28,6
Baik
6
27,3
16
72,7
Jumlah
16
44,5
20
55,5

Total
N
14
22
36

P Value
%
100
100
100

0,956

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 26 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan kalsium kurang presentasi

kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 71,4% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
kalsium baik yaitu dengan presentasi 27,3%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,956 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan status gizi balita
berdasarkan BB/U dan penelitian yang dilakukan oleh Walimah tahun 2007 juga menyatakan
bahwa asupan kalsium tidak memiliki hubungan deng status gizi balita dengan nilai p=0,724
penyebab yang mempengaruhi status gizi adalah pendapatan keluarga

7) Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kesehatan Dengan Status Gizi Balita


Tabel 27. Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan status gizi balita berdasarkan
bb/u di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Pengetahuan gizi
Total
Malnutrisi
Normal
dan kesehatan
n
%
N
%
N
%
Kurang
4
16,7
20
83,3
24
100
Baik
1
8,3
11
91,7
12
100
Jumlah
5
13,9
31
86,1
36
100

P Value
0,496

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 27 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan


Status Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pengetahuan
gizi dan kesehatan kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 16,7%
dibandingkan pada balita yang memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik yaitu dengan
presentasi 8,3%.

Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,496 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan status gizi
balita berdasarkan BB/U menurut penelitian Arofah tahun 2012 juga mengatakan bahwa
tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan ibu dengan statuus gizi dengan
nilai p=0,206

8) Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 28. Hubungan Pendidikan Ibu Balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Pendidikan Ibu
Malnutrisi
Normal
balita
n
%
N
%
Rendah
1
8,3
11
91,7
Tinggi
4
16,7
20
83,3
Jumlah
5
13,9
31
86,1

Total
N
12
24
36

P Value
%
100
100
100

0,496

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 28 Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pendidikan ibu balita
rendah presentasi kejadian malnutrisi lebih rendah yaitu 8,3% dibandingkan pada balita yang
memiliki pendidikan ibu balita tinggi yaitu dengan presentasi 16,7%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,496 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu balita dan kesehatan dengan status
gizi balita berdasarkan BB/U menurut penelitian yang dilakukan oleh wiyogowati

didapatkan bahwa pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan status gizi dengan nilai
p=0,435 yang mempengaruhi status gizi adalah pendapatan rumah tangga

9) Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita
Tabel 29. Hubungan keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan status gizi balita
berdasarkan bb/u di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Keterampilan
Status Gizi (BB/U)
Total
Malnutrisi
Normal
Gizi dan
n
%
N
%
N
%
Kesehatan Ibu
Kurang
4
15,4
22
84,6
26
100
Baik
1
10
9
90
10
100
Jumlah
5
13,9
31
86,1
36
100

P Value

0,676

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 29 Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita
Dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki
keterampilan gizi dan kesehatan ibu kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu
15,4% dibandingkan pada balita yang memiliki keterampilan gizi dan kesehatan ibu yaitu
dengan presentasi 10%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,676 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan
status gizi balita berdasarkan BB/U

10) Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 30. Hubungan kesehatan diri balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Kesehatan diri
Malnutrisi
Normal
balita
n
%
N
%
Kurang
2
28,6
5
71,4
Baik
3
10,3
26
89,7
Jumlah
5
13,9
31
86,1

Total
N
7
29
36

P Value
%
100
100
100

0,211

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 30 Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kesehatan diri kurang
presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 28,6% dibandingkan pada balita yang
memiliki kesehatan diri balita yaitu dengan presentasi 10,3%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,211 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan diri balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/U

11) Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 31. Hubungan kesehatan lingkungan balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/u
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Kesehatan
Malnutrisi
Normal
lingkungan balita
n
%
N
%
Kurang
3
18,7
13
81,3
Baik
2
10
18
90
Jumlah
5
13,9
31
86,1

Total
N
16
20
36

P Value
%
100
100
100

0,451

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 31 Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status


Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kesehatan lingkungan
kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 18,7% dibandingkan pada balita yang
memiliki kesehatan lingkungan yaitu dengan presentasi 10%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,451 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan balita dengan status gizi
balita berdasarkan BB/U

12) Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 32. Hubungan Pendapatan keluarga balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/u
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/U)
Pendapatan
Total
Malnutrisi
Normal
P Value
keluarga balita
n
%
N
%
N
%
Miskin
0
0
1
100
1
100
Tidak miskin
5
14,3
30
85,7
35
100
Jumlah
5
13,9
31
86,1
36
100
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 32 Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status
Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pendapatan keluarga
tidak miskin presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 14,3%.

b. Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur

1) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita


Tabel 33. Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Kebiasaan makan
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
13
52
12
48
Baik
3
2,3
8
72,7
Jumlah
16
44,4
20
55,6

Total
N
25
11
36

P Value
%
100
100
100

0,169

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 33 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kebiasaan makan kurang
presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 52% dibandingkan pada balita yang memiliki
kebiasaan makan yaitu dengan presentasi 2,3%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,169
yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan balita dengan status gizi
balita berdasarkan PB/U dan dari penelitian yang dilakukan Sausan pada tahun 2012 juga
mengatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi balita yaitu
dengan nilai koefisien korelasi Spearman 0,119, nilai tersebut tidak mendekati 1 yang berarti
hubungan kedua variabel berlawanan. Penyebab masalah status gizi pada balita kemungkinan
besar adalah kurangnya asupan makan pada balita

2) Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita


Tabel 34. Hubungan asupan energi dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)

Asupan energi
Kurang
Baik
Jumlah

Status Gizi (PB/U)


Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
6
66,7
3
33,3
10
37,1
17
62,9
16
44,4
20
55,6

Total
N
9
27
36

P Value
%
100
100
100

0,121

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 34 Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan energi kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 66,7% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
energi yaitu dengan presentasi 37,1%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,121 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sunarto tahun 2013 juga
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energy dengan status gizi pada balita
dengan p=0,317 penyebab yang mempengaruhi status gizi balita adalah karena balita sering
mengkonsumsi chiki dan permen yang memiliki nilai gizi sangat rendah

3) Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita


Tabel 35. Hubungan asupan protein dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di Kelurahan
Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Asupan protein
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
3
75
1
25

Total
N
4

P Value
%
100

0,192

Baik
Jumlah

13
16

40,6
44,4

19
20

59,4
55,6

32
36

100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 35 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan protein kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 75% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
protein baik yaitu dengan presentasi 40,6%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,192 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein

balita dengan status gizi balita

berdasarkan PB/U dari penelitian yang dilakukan oleh Muchlis., et al. 2012 mengatakan juga
bahwa tidak hubungan antara asupan protein dengan status gizi pb/u dengan nilai p = 1,00.

4) Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita


Tabel 36. Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Total
Asupan vitamin A
Malnutrisi
Normal
P Value
n
%
N
%
N
%
Kurang
3
42,8
4
57,2
7
100
Baik
13
44,8
16
55,2
29
100
0,925
Jumlah
16
44,4
20
55,6
36
100
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 36 Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan vitamin A kurang

presentasi kejadian malnutrisi lebih rendah yaitu 42,8% dibandingkan pada balita yang
memiliki asupan vitamin A baik yaitu dengan presentasi 44,8%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,925 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufiqurrahman.,et al juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
dengan nilai p= 0,22 yang mempengaruhi status gizi balita kemungkinan besar adalah status
menyusui

5) Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Balita


Tabel 37. Hubungan asupan zat besi dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Asupan zat besi
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
10
58,8
7
41,2
Baik
6
31,6
13
68,4
Jumlah
16
44,4
20
55,6
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 37 Hubungan Asupan

Total

P Value

N
%
17
100
19
100
0,537
36
100
Zat Besi Dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan zat besi kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 58,8% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
zat besi baik yaitu dengan presentasi 31,6%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,537 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat besi balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U

6) Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita


Tabel 38. Hubungan asupan kalsium dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Asupan kalsium
Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
Kurang
10
71,4
4
28,6
Baik
6
27,3
16
72,7
Jumlah
16
44,4
20
55,6

Total
N
14
22
36

P Value
%
100
100
100

0,009

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 38 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan

PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki asupan kalsium kurang

presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 71,4% dibandingkan pada balita yang
memiliki asupan kalsium baik yaitu dengan presentasi 27,3%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,009 yang
berarti bahwa ada hubungan antara asupan kalsium
berdasarkan PB/U

balita dengan status gizi balita

7) Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kesehatan Dengan Status Gizi Balita


Tabel 39. Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan status gizi balita berdasarkan
pb/u di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Pengetahuan gizi
Total
Malnutrisi
Normal
dan kesehatan
n
%
N
%
N
%
Kurang
11
45,8
13
51,2
24
100
Baik
5
41,7
7
58,3
12
100
Jumlah
16
44,4
20
55,6
36
100

P Value
0,813

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 39 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan


Status Gizi Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pengetahuan
gizi dan kesehatan kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 45,8%
dibandingkan pada balita yang memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik yaitu dengan
presentasi 41,7%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,813 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita dengan
status gizi balita berdasarkan PB/U menurut penelitian Arofah tahun 2012 juga mengatakan
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan ibu dengan statuus gizi
dengan nilai p=0,351

8) Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 40. Hubungan Pendidikan Ibu Balita dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)

Pendidikan ibu
Rendah
Tinggi
Jumlah

Status Gizi (PB/U)


Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
5
45,8
7
51,2
12
50
12
50
17
47,2
19
52,8

Total
N
12
24
36

P Value
%
100
100
100

0,813

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 40 Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pendidikan ibu rendah
presentasi kejadian malnutrisi lebih rendah yaitu 45,8% dibandingkan pada balita yang
memiliki pendidikan ibu tinggi yaitu dengan presentasi 50%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,813 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara Pendidikan ibu

dengan status gizi balita

berdasarkan PB/U menurut penelitian yang dilakukan oleh wiyogowati didapatkan bahwa
pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan status gizi dengan nilai p=0,435 yang
mempengaruhi status gizi adalah pendapatan rumah tangga

9) Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita
Tabel 41. Hubungan keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan status gizi balita
berdasarkan pb/u di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Keterampilan gizi
Total
Malnutrisi
Normal
dan kesehatan ibu
n
%
N
%
N
%
Kurang
10
38,5
16
61,5
26
100
Baik
6
60
4
40
10
100
Jumlah
16
44,4
20
55,6
36
100

P Value
0,244

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 41Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita
Dengan Status Gizi Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki
Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih rendah
yaitu 38,5% dibandingkan pada balita yang memiliki Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu
lebih tinggi yaitu dengan presentasi 60%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,244 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan
status gizi balita berdasarkan PB/U

10) Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 42. Hubungan kesehatan diri balita dengan status gizi balita berdasarkan pb/u di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Kesehatan diri
Malnutrisi
Normal
balita
n
%
N
%
Kurang
1
14,3
6
85,7
Baik
15
51,7
14
48,3
Jumlah
16
44,4
20
55,6

Total
N
7
29
36

P Value
%
100
100
100

0,074

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 42 Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kesehatan diri kurang
presentasi kejadian malnutrisi lebih rendah yaitu 14,3% dibandingkan pada balita yang
memiliki kesehatan diri lebih tinggi yaitu dengan presentasi 51,7%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,074 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan diri balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U

11) Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 43. Hubungan kesehatan lingkungan balita dengan status gizi balita berdasarkan pb/u
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)

Kesehatan
lingkungan balita
Kurang
Baik
Jumlah

Status Gizi (PB/U)


Malnutrisi
Normal
n
%
N
%
9
56,3
7
43,7
7
35
13
65
16
44,4
20
55,6

Total
N
16
20
36

P Value
%
100
100
100

0,202

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 43 Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status


Gizi Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki kesehatan lingkungan
kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 56,3% dibandingkan pada balita yang
memiliki kesehatan lingkungan lebih rendah yaitu dengan presentasi 35%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,202 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan balita dengan status gizi
balita berdasarkan PB/U

12) Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 44. Hubungan Pendapatan keluarga balita dengan status gizi balita berdasarkan pb/u
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (PB/U)
Pendapatan
Malnutrisi
Normal
keluarga balita
N
%
N
%
Miskin
1
100
0
0

Total
N
1

P Value
%
100

Tidak miskin
Jumlah

15
16

42,8
44,4

20
20

57,2
55,6

35
36

100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 44 Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status


Gizi Balita Berdasarkan PB Menurut Umur, pada balita yang memiliki pendapatan keluarga
miskin presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 100% dibandingkan pada balita yang
memiliki pendapatan keluarga tidak miskin lebih rendah yaitu dengan presentasi 42,8%.
c. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Panjang Badan
1) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita
Tabel 45. Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Kebiasaan makan
Malnutrisi
Normal
balita
N
%
N
%
Kurang
9
36
16
64
Baik
4
36,4
7
63,6
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
25
11
36

P Value
%
100
100
100

0,983

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 45 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki kebiasaan makan presentasi kejadian
malnutrisi lebih rendah yaitu 36% dibandingkan pada balita yang memiliki kebiasaan makan baik
lebih tinggi yaitu dengan presentasi 36,4%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,983yang berarti
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan balita dengan status gizi balita berdasarkan
BB/PB dan dari penelitian yang dilakukan Sausan pada tahun 2012 juga mengatakan tidak ada
hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi balita yaitu dengan nilai koefisien korelasi
Spearman 0,119, nilai tersebut tidak mendekati 1 yang berarti hubungan kedua variabel
berlawanan. Penyebab masalah status gizi pada balita kemungkinan besar adalah kurangnya
asupan makan pada balita
2) Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita
Tabel 46. Hubungan asupan energi dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Asupan Energi
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
3
33,3
6
66,7
Baik
10
37
17
63
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
9
27
36

P Value
%
100
100
100

0,841

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 46 Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki asupan energi presentasi kejadian
malnutrisi lebih rendah yaitu 33,3% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan energi
baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 37%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,841 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sunarto tahun 2013
juga mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energy dengan status gizi pada
balita dengan p=0,317 penyebab yang mempengaruhi status gizi balita adalah karena balita
sering mengkonsumsi chiki dan permen yang memiliki nilai gizi sangat rendah

3) Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita


Tabel 47. Hubungan asupan protein dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Asupan Protein
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
2
33,3
2
66,7
Baik
11
37
21
63
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
4
32
36

P Value
%
100
100
100

0,192

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 47 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki asupan protein presentasi kejadian
malnutrisi kurang lebih rendah yaitu 33,3% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
energi baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 37%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,192 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB dari penelitian yang dilakukan oleh Muchlis., et al. 2012 mengatakan

juga bahwa tidak hubungan antara asupan protein dengan status gizi bb/pb dengan nilai p =
0,587.

4) Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita


Tabel 48. Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Asupan vitamin A
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
2
28,6
5
71,4
Baik
11
37,9
18
62,1
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
7
29
36

P Value
%
100
100
100

0,644

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 48 Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan

BB Menurut PB, pada balita yang memiliki asupan vitamin A presentasi

kejadian malnutrisi kurang lebih rendah yaitu 28,6% dibandingkan pada balita yang memiliki
asupan vitamin A baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 37,9%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,644 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufiqurrahman.,et al juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
dengan nilai p= 0,22 yang mempengaruhi status gizi balita kemungkinan besar adalah status
menyusu

5) Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Balita


Tabel 49. Hubungan asupan zat besi dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Asupan zat besi
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
6
35,3
11
64,7
Baik
7
16,8
12
63,2
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
17
19
36

P Value
%
100
100
100

0,923

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 49 Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki asupan zat besi presentasi kejadian
malnutrisi kurang lebih tinggi yaitu 35,3% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
zat besi baik lebih rendah yaitu dengan presentasi 16,8%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,923 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat besi balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setijowati., et al.tahun 2012 juga
menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi tingkat konsumsi zat
besi dengan status gizi dapat disebabkan karena hubungan antara tingkat konsumsi zat besi
dengan status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi namun juga dari jenis
makanan sumber zat besi dan seng yang dikonsumsi berdasarkan porsi dan jumlah bahan
inhibitor yang dikonsumsi

6) Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita


Tabel 50. Hubungan asupan kalsium dengan status gizi balita berdasarkan BB/PB di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Asupan kalsium
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
6
42,8
8
57,2
Baik
7
31,8
15
68,2
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
14
22
36

P Value
%
100
100
100

0,501

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 50 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki asupan kalsium presentasi kejadian
malnutrisi kurang lebih tinggi yaitu 42,8% dibandingkan pada balita yang memiliki asupan
kalsium baik lebih rendah yaitu dengan presentasi 31,8%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,501 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB dan penelitian yang dilakukan oleh Walimah tahun 2007 juga
menyatakan bahwa asupan kalsium tidak memiliki hubungan deng status gizi balita dengan
nilai p=0,724 penyebab yang mempengaruhi status gizi adalah pendapatan keluarga

7) Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kesehatan Dengan Status Gizi Balita


Tabel 51. Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan status gizi balita berdasarkan
BB/PB di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Pengetahuan gizi
Total
Malnutrisi
Normal
P Value
dan kesehatan
N
%
N
%
N
%
Kurang
7
29,2
17
70,8
24
100
Baik
6
50
6
50
12
100
0,220
Jumlah
13
36,1
23
63,9
36
100
Kesimpulan : berdasarkan Tabel 51 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan
Status Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki pengetahuan gizi
dan kesehatan presentasi kejadian malnutrisi kurang lebih rendah yaitu 29,2% dibandingkan
pada balita yang memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik lebih tinggi yaitu dengan
presentasi 50%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,220 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB menurut penelitian Arofah tahun 2012 juga mengatakan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan ibu dengan statuus gizi dengan nilai
p=0,955.

8) Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 52. Hubungan Pendidikan Ibu Balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/pb di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Pendidikan ibu
Malnutrisi
Normal
balita
N
%
N
%
Rendah
1
8,3
11
91,7
Tinggi
12
50
12
50
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
12
24
36

P Value
%
100
100
100

0,014

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 52 Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki pendidikan ibu presentasi
kejadian malnutrisi kurang lebih rendah yaitu 8,3% dibandingkan pada balita yang memiliki
pendidikan ibu baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 50%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,014 yang
berarti bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan status gizi balita
berdasarkan BB/PB menurut penelitian yang dilakukan oleh wiyogowati didapatkan bahwa
pendidikan ibu memiliki hubungan dengan status gizi dengan nilai p=0,0435

9) Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita

Tabel 53. Hubungan keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan status gizi balita
berdasarkan bb/pb di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Keterampilan gizi
Status Gizi (BB/PB)
Total
Malnutrisi
Normal
dan kesehatan
N
%
N
%
N
%
balita
Kurang
9
36,6
17
65,4
26
100
Baik
4
40
6
60
10
100
Jumlah
13
36,1
23
63,9
36
100

P Value

0,763

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 53 Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Ibu Balita
Dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki
keterampilan gizi dan kesehatan presentasi kejadian malnutrisi kurang lebih rendah yaitu
36,6% dibandingkan pada balita yang memiliki keterampilan gizi dan kesehatan baik lebih
tinggi yaitu dengan presentasi 40%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,763 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara keterampilan gizi dan kesehatan ibu balita dengan
status gizi balita berdasarkan PB/U

10) Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 54. Hubungan kesehatan diri balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/pb di
Kelurahan Sepang Simin (n = 36)

Kesehatan diri
balita
Kurang
Baik
Jumlah

Status Gizi (BB/PB)


Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
2
28,6
5
71,4
11
37,9
18
62,1
13
36,1
23
63,9

Total
N
7
29
36

P Value
%
100
100
100

0,644

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 54 Hubungan Kesehatan Diri Balita Dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki kesehatan diri presentasi
kejadian malnutrisi kurang lebih rendah yaitu 28,6% dibandingkan pada balita yang memiliki
kesehatan diri baik lebih tinggi yaitu dengan presentasi 37,9%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,644 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan balita dengan status gizi balita
berdasarkan PB/U

11) Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 55. Hubungan kesehatan lingkungan balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/pb
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Kesehatan
Malnutrisi
Normal
lingkungan balita
N
%
N
%
Kurang
6
37,5
10
62,5

Total
N
16

P Value
%
100

0,877

Baik
Jumlah

7
13

36,8
36,1

13
23

68,4
63,9

19
36

100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 55 Hubungan Kesehatan Lingkungan Balita Dengan Status


Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki kesehatan lingkungan
presentasi kejadian malnutrisi kurang lebih tinggi yaitu 37,5% dibandingkan pada balita yang
memiliki kesehatan lingkungan baik lebih rendah yaitu dengan presentasi 36,8%.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,877 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan balita dengan status gizi
balita berdasarkan PB/U

12) Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status Gizi Balita


Tabel 56. Hubungan Pendapatan keluarga balita dengan status gizi balita berdasarkan bb/pb
di Kelurahan Sepang Simin (n = 36)
Status Gizi (BB/PB)
Pendapatan
Malnutrisi
Normal
keluarga balita
N
%
N
%
Miskin
0
0
1
100
Tidak miskin
13
37,3
22
62,8
Jumlah
13
36,1
23
63,9

Total
N
1
35
36

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 56 Hubungan Pendapatan Keluarga Balita Dengan Status


Gizi Balita Berdasarkan BB Menurut PB, pada balita yang memiliki pendapatan keluarga
presentasi kejadian malnutrisi tidak miskin lebih tinggi yaitu 37,3%.

d. Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan LILA


1) Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 57. Hubungan asupan energi dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Energi
KEK
NON KEK
n
%
n
%
Kurang
1
9,1
10
90,9
Baik
0
0
1
100
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
11
1
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 57 Hubungan Asupan energi Dengan Status Gizi ibu hamil
berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan energi kurang presentasi kejadian

KEK lebih tinggi yaitu 9,1% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan energi baik
yaitu dengan presentasi 0 %.
2) Hubungan Asupan Protein Dengan Status Ibu Hamil
Tabel 58. Hubungan asupan protein dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Protein
KEK
NON KEK
N
%
n
%
Kurang
1
16,7
5
83,3
Baik
0
0
6
100
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
6
6
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 58 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi ibu hamil
berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan protein kurang presentasi kejadian
KEK lebih tinggi yaitu 16,7 % dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan energi
baik yaitu dengan presentasi 0 %.

3) Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Ibu Hamil


Tabel 59. Hubungan asupan Kalsium dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Kalsium
KEK
NON KEK
N
%
n
%
Kurang
1
10
9
90
Baik
0
0
2
100
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
10
2
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 59 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan kalsium kurang presentasi
kejadian KEK lebih tinggi yaitu 10% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan
kalsium baik yaitu dengan presentasi 0 %.
4) Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 60. Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Vitamin
KEK
NON KEK
A
N
%
N
%

Total
N

P Value
%

Kurang
Baik
Jumlah

0
1
1

0
11,1
8,3

3
8
11

100
88,9
91,7

3
9
12

100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 60 Hubungan Asupan Vitamin A Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan Vitamin A kurang presentasi
kejadian KEK lebih rendah yaitu 0% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan
vitamin A baik yaitu dengan presentasi 11,1 %.

5) Hubungan Asupan Vitamin C Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 61. Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Vitamin
KEK
NON KEK
C
N
%
n
%
Kurang
0
0
8
100
Baik
1
25
3
75
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
8
4
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 61 Hubungan Asupan Vitamin C Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan vitamin C kurang presentasi
kejadian KEK lebih rendah yaitu 0% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan
vitamin C baik yaitu dengan presentasi 25 %.
6) Hubungan Serat Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 62. Hubungan asupan Serat dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Serat
KEK
NON KEK
N
%
N
%
Kurang
0
0
10
100
Baik
1
50
1
50
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
10
2
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 62 Hubungan Asupan Serat Dengan Status Gizi ibu hamil
berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan serat kurang presentasi kejadian

KEK lebih tinggi rendah 0% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan serat baik
yaitu dengan presentasi 50 %.

7) Hubungan Asupan Asam Folat Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 63. Hubungan asupan Asam Folat dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Asam
KEK
NON KEK
Folat
N
%
n
%
Kurang
1
9,1
10
90,9
Baik
0
0
1
100
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
11
1
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 63 Hubungan Asupan Asam Folat Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan asam folat kurang presentasi
kejadian KEK lebih tinggi yaitu 9,1% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan
kalsium baik yaitu dengan presentasi 0 %.
8) Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 64. Hubungan asupan zat besi dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Asupan Zat Besi
KEK
NON KEK
N
%
n
%
Kurang
1
9,1
11
90,9
Baik
0
0
0
0
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
12
0
12

P Value
%
100
0
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 64 Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki asupan kalsium kurang presentasi
kejadian KEK lebih tinggi yaitu 9,1% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki asupan
kalsium baik yaitu dengan presentasi 0 %.

9) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 65. Hubungan Kebiasaan Makan dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Kebiasaan Makan
KEK
NON KEK
N
%
n
%
Kurang
1
9,1
11
90,9
Baik
0
0
0
0
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
12
0
12

P Value
%
100
0
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 65 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki kebiasaan makan kurang presentasi
kejadian KEK lebih tinggi yaitu 9,1% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki kebiasaan
makan baik yaitu dengan presentasi 0 %.
10) Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kesehatan Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 66. Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
berdasarkan LILA di Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA

Pengetahuan Gizi
dan Kesehatan
Kurang
Baik
Jumlah

KEK
N
1
0
1

%
10
0
8,3

NON KEK
n
%
9
90
2
100
11
91,7

Total
N
10
2
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 66 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan


Status Gizi ibu hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi
dan kesehatan kurang presentasi kejadian KEK lebih tinggi yaitu 10% dibandingkan pada ibu
hamil yang memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik yaitu dengan presentasi 0 %.

11) Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Dengan Status Gizi Ibu Hamil
Tabel 67. Hubungan keterampilan gizi dan kesehatan dengan status gizi ibu hamil
berdasarkan LILA di Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
Keterampilan
LILA
Total
KEK
NON KEK
Gizi dan
N
%
n
%
N
%
Kesehatan
Kurang
1
9,1
10
90,9
11
100

P Value
-

Baik
Jumlah

0
1

0
8,3

1
11

100
91,7

1
12

100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 67 Hubungan Keterampilan Gizi dan Kesehatan Dengan


Status Gizi ibu hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki keterampilan gizi
dan kesehatan kurang presentasi kejadian KEK lebih tinggi yaitu 9,1% dibandingkan pada
ibu hamil yang memiliki keterampilan gizi dan kesehatan baik yaitu dengan presentasi 0 %.

12) Hubungan Kesehatan Diri Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 68. Hubungan kesehatan diri dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Kesehatan Diri
KEK
NON KEK
N
%
n
%
Kurang
0
0
2
100
Baik
1
10
9
90
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
2
10
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 68 Hubungan Kesehatan Diri Dengan Status Gizi ibu hamil
berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki kesehatan diri kurang presentasi kejadian
KEK lebih rendah yaitu 0% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki kesehatan diri baik
yaitu dengan presentasi 10 %.

13) Hubungan Kesehatan Lingkungan Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 69. Hubungan kesehatan lingkungan dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Kesehatan
KEK
NON KEK
Lingkungan
N
%
N
%
Kurang
0
0
3
100
Baik
1
11,1
8
90,9
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
3
9
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 69 Hubungan Kesehatan Lingkungan Dengan Status Gizi


ibu hamil berdasarkan LILA, pada ibu hamil yang memiliki kesehatan lingkungan kurang
presentasi kejadian KEK lebih tinggi yaitu 0% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki
kesehatan lingkungan baik yaitu dengan presentasi 11,1 %.

14) Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Ibu Hamil


Tabel 70. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
LILA
Pendapatan
KEK
NON KEK
Keluarga
N
%
n
%
Miskin
1
10
9
90
Tidak Miskin
0
0
2
100
Jumlah
1
8,3
11
91,7

Total
N
10
2
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 70 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi ibu
hamil berdasarkan LILA,

pada ibu hamil yang memiliki pendapatan keluarga kurang

presentasi kejadian KEK lebih tinggi yaitu 10% dibandingkan pada ibu hamil yang memiliki
pendapatan keluarga baik yaitu dengan presentasi 0 %.

e. Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT


1) Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 71. Hubungan asupan energi dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di Kelurahan
Sepang Simin (n = 12)
IMT
Asupan Energi
Kurang
Baik
Jumlah

Malnutrisi
N
%
5
45,5
1
100
6
50

Normal
n
%
6
54,5
0
0
6
50

Total
N
11
1
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 71 Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki asupan energi kurang presentasi kejadian
malnutrisi lebih rendah yaitu 45,5% dibandingkan pada lansia yang memiliki asupan energi
baik yaitu dengan presentasi 100 %.
2) Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 72. Hubungan asupan protein dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Asupan Protein
Malnutrisi
Normal
N
%
N
%
Kurang
4
66,7
2
33,3
Baik
2
33,3
4
66,7
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
6
6
12

P Value
%
100
100
100

0,248

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 72 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki asupan protein kurang presentasi kejadian
malnutrisi lebih tinggi yaitu 66,7% dibandingkan pada lansia yang memiliki asupan protein
baik yaitu dengan presentasi 33,3 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,248 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein lansia dengan status gizi lansia
berdasarkan IMT hal itu, sama dengan hasil penelitian Simanjuntak (2010) dan Herry (2008)
yang menyebutkan dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan
status gizi usila. Rendahnya asupan protein lansia disebabkan karena nafsu makan yang
kurang dan terjadi kesukaran dalam proses menelan akibat terjadinya proses penuaan pada
saluran cerna. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia sangat berpengaruh kebutuhan
protein.
3) Hubungan Asupan kalsium Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 73. Hubungan asupan kalsium dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Asupan Kalsium
Malnutrisi
Normal
N
%
n
%
Kurang
5
45,5
6
54,5
Baik
1
100
0
0
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
11
1
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 73 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki asupan kalsium kurang presentasi kejadian
malnutrisi lebih rendah yaitu 45,5% dibandingkan pada lansia yang memiliki asupan kalsium
baik yaitu dengan presentasi 100 %.
4) Hubungan Asupan Serat Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 74. Hubungan asupan serat dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di Kelurahan
Sepang Simin (n = 12)
IMT
Asupan Serat
Malnutrisi
N
%
Kurang
0
0
Baik
6
50
Jumlah
6
50

Normal
n
%
0
0
6
50
6
50

Total
N
0
12
12

P Value
%
0
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 74 Hubungan Asupan Serat Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT,

pada lansia yang memiliki asupan serat kurang presentasi kejadian

malnutrisi lebih rendah yaitu 0% dibandingkan pada lansia yang memiliki asupan serat baik
yaitu dengan presentasi 50 %.

5) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Lansia


Tabel 75. Hubungan Kebiasaan Makan dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Kebiasaan Makan
Malnutrisi
Normal
N
%
n
%
Kurang
3
50
3
50
Baik
3
50
3
50
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
6
6
12

P Value
%
100
100
100

1,0

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 75 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki kebiasaan makan kurang presentasi kejadian
malnutrisi sama besar yaitu 50% dengan lansia yang memiliki asupan energi baik yaitu
dengan presentasi 50 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 1,0 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan lansia dengan status gizi lansia
berdasarkan IMT
Hal itu, sama dengan hasil penelitian Nurika Ismayanti dan Solikhah (2011) yang
menyebutkan dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan dengan
status gizi. Dimana terjadi penurunan kebiasaan makan akibat perubahan fisik yang terjadi
pada lansia.
6) Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 76. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan dengan status gizi Lansia berdasarkan
IMT di Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Pengetahuan Gizi
Malnutrisi
Normal
dan Kesehatan
N
%
n
%
Kurang
6
50
6
50
Baik
0
0
0
0
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
12
0
12

P Value
%
100
0
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 76 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Dengan


Status Gizi Lansia berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki pengetahuan gizi dan
kesehatan kurang presentasi kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 50% dibandingkan pada
lansia yang memiliki asupan energi baik yaitu dengan presentasi 0 %.
7) Hubungan Keterampilan Dengan Status Gizi Lansia

Tabel 77. Hubungan Keterampilan dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di Kelurahan
Sepang Simin (n = 12)
IMT
Keterampilan
Malnutrisi
N
%
Kurang
6
66,7
Baik
0
0
Jumlah
6
50

Normal
n
%
3
33,3
3
100
6
50

Total
N
9
3
12

P Value
%
100
100
100

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 77 Hubungan Keterampilan Dengan Status Gizi Lansia


berdasarkan IMT,

pada lansia yang memiliki keterampilan kurang presentasi kejadian

malnutrisi lebih tinggi yaitu 66,7% dibandingkan pada lansia yang memiliki keterampilan
baik yaitu dengan presentasi 100 %.
8) Hubungan Kesehatan Diri Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 78. Hubungan Kesehatan Diri dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Kesehatan Diri
Malnutrisi
Normal
N
%
n
%
Kurang
4
80
1
20
Baik
2
28,6
5
71,4
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
5
7
12

P Value
%
100
100
100

0,079

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 78 Hubungan Kesehatan Diri Dengan Status Gizi Lansia
berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki kesehatan diri kurang presentasi kejadian
malnutrisi lebih tinggi yaitu 80% dibandingkan pada lansia yang memiliki kesehatan diri baik
yaitu dengan presentasi 28,6 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,079 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan diri lansia dengan status gizi lansia
berdasarkan IMT
9) Hubungan Kesehatan Lingkungan Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 79. Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Kesehatan
Malnutrisi
Normal
Linkungan
N
%
n
%
Kurang
3
75
1
25
Baik
3
37,5
5
62,5
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
4
8
12

P Value
%
100
100
100

0,221

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 79 Hubungan Kesehatan Lingkungan Dengan Status Gizi


Lansia berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki kesehatan lingkungan kurang presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 75% dibandingkan pada lansia yang memiliki
kesehatan lingkungan baik yaitu dengan presentasi 37,5 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,221 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan lansia dengan status gizi
lansia berdasarkan IMT
10) Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Lansia
Tabel 80. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan status gizi Lansia berdasarkan IMT di
Kelurahan Sepang Simin (n = 12)
IMT
Pendapatan
Malnutrisi
Normal
Keluarga
N
%
n
%
Miskin
2
66,7
1
33,3
Tidak Miskin
4
44,4
5
55,6
Jumlah
6
50
6
50

Total
N
3
9
12

P Value
%
100
100
100

0,079

Kesimpulan : berdasarkan Tabel 80 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi


Lansia berdasarkan IMT, pada lansia yang memiliki pendapatan keluarga miskin presentasi
kejadian malnutrisi lebih tinggi yaitu 66,7% dibandingkan pada lansia yang memiliki
pendapatan keluarga tidak miskin yaitu dengan presentasi 44,4 %.
Berdasarkan hasil uji chi-Square diperoleh bahwa, nilai P Value adalah sebesar 0,505 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga lansia dengan status gizi
lansia berdasarkan IMT.

Anda mungkin juga menyukai