Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Kista dermoid merupakan kista yang berasal dari ectodermal, dindingnya
dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan berisi apendiks kulit serta
biasanya terdapat pada garis fusi emrional dan pertumbuhan saclike yang
hadir pada saat lahir. Kista ini berisi struktur seperti rambut, cairan, gigi
atau kulit kelenjar yang dapat ditemukan pada atau di kulit. Kista dermoid
tumbuh lambat dan biasanya terjadi pada wajah, di dalam tengkorak, di
punggung dan di ovarium. Kista dermoid dangkal (yang dekat permukaan
kulit) pada wajah biasanya akan di angkat tanpa komplikasi.
Kista dermoid biasanya ditemukan beberapa tahun pertama kehidupan.
Akan tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada
beberapa tahun kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pada usia
dewasa.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI KISTA DERMOID
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik (choristoma) yang
dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan dermal appendages pada
dindingnya seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.
Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat.
Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara
histologis terdapat 3 varian kista dermoid, yaitu kista epidermoid, kista

dermoid, dan teratoid. Pada jenis epidermoid, kista dilapisi oleh epitel
gepeng tanpa disertai adneksa. Sedangkan pada kista dermoid, selain
dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai adneksa, seperti rambut, folikel
rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain epitel berlapis gepeng
dan adneksa juga ditemukan adanya elemen mesoderm seperti otot, tulang,
dan kartilago. Kista dermoid lebih sering dijumpai dibandingkan kista
epidermoid dengan perbandingan 2:1.

B. ETIOLOGI
Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti. Kista dermoid dapat
bersifat kongenital atau didapat. Terdapat teori yang menyatakan bahwa
kista dermoid kongenital merupakan lesi disembriogenik yang berasal dari
elemen ectoderm yang terjebak pada saat penggabungan antara arkus
brankial pertama dan kedua yang terjadi pada saat gestasi 3 sampai 4
minggu. Sedangkan kista dermoid yang didapat terjadi akibat trauma yang
menyebabkan implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam atau
karena oklusi duktus kelenjar sebasea.
C. MANIFESTASI KLINIK

Berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran 1-4 cm, mudah
digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan dibawahnya. Pada
perabaan, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal, dan secara
makroskopis isi kista berupa material keratin yang berlemak dengan
rambut, juga kada-kadang tulang, gigi atau jaringan saraf. Lokasi tumor
biasanya pada kepala dan leher, pada garis fusi embrionik kadang juga
pada ovarium.

Gambar 1. Kista dermoid pada kepala

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik

Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun kehidupan. Beberapa


nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran 1-4 cm, mudah digerakkan dari

kulit diatasnya dan jaringan dibawahnya. Pada palpasi permukaannya halus,


konsistensi lunak dan kenyal.

Histopatologi
Tampak dinding kista berupa epidermis dengan apendiksnya yang sudah
sempurna perkembangannya, sehingga sering dijumpai adanya folikel rambut
yang tumbub kedalam lumen kista. Sedangkan dermis mengelilingi kista, dan
mengandung kelenjar sebasea, kelenjar ekrin, dan kadang-kadang apokrin.
Kista dermoid berisi desquamated squamos epithelium dan keratin di lumennya
panah 1) dan dibatasi oleh keratinized stratified squamous epirhelium (panah 2
dan 3). Kunci untuk mendiagnosa kista dermoid adalah adanya struktur-struktur
adneksa seperti kelenjar sebasea (panah 4). Akar rambut, kelenjar keringat apokrin
dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain itu, lumen
juga daoat berisi hair shaft dan keratin (panah 5 dan 6).
Gambar 2. histopatologi kista dermatoid

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laparaskopi
2. Ultrasonografi
3. Foto Rontgen
4. Parasentesis

G. DIAGNOSA BANDING

Kista epidermoid
Kista epidermoid terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista daoat
diakibatkan sekutrasi dari sisa epidermal selama kehidupan emrionik,
oklusi dari unist pilosebaseus, trauma atau implantasi bedah dengan
elemen epitalial. Oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan
perkembangan kista epidermal.

Gambar 3. Kista epidermoid

Kista epidermoid (kista sebasea) adalah kumpulan material seperti keratin,


biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy didalam dinding kista.
Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras, berwarna
daging. Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu
dihilangkan kecuali menganggu secara kosmetik atau terinfeksi.
Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel
skuamos yang berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin
terlaminisasi ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan
pada kista yang ruptur. Kista yang suddah tua dapat terkalsifikasi.
Kista dermoid dan kista epidermois adalah choristoma timbul dari
permukaan ektoderm yang terjebak pada lipatan embriogenik. Kista
epidermoid hanya dibatasi oleh epitel squamous yang berhubungan dengan
keratin, sedangkan kista dermoi dibatasi oleh epitel squamos dan dermis
dengan rambut, kelenjar sebasea dan keratin.

Kista ateroma (kista sebasea)


Kista ini berasal dari akne yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi
sel-sel debris epidermis dan kristal-kristal kolesterol. Bentuknya bulat atau
lonjong, biasanya lunak, berdinding tipis batas tegas letaknya subkutan,
sedikit menonol. Yang khas pada kista ini adalah kadang-kadang dapat

dijumpai suatu bintik pada puncak penonjolan kista pada kulit yang
merupaka muara kelenjar yang tersumbat. Pada palpasi, teraba lekukan,
konsistensi tumor kistik, dapat digerakkan dari dasar melekat pada dermis
diatasnya dan tidak nyeri tekan. Ditemukan didaerah yang mengandung
kelnejar sebasea. Daerah predileksinya adalah kepala, wajah telinga, leher,
dan punggung.

Gambar 4. Kista ateroma

Lipoma
Lipoma merupakan tumor jinak jaringan lemak. Tumor ini dapat soliter
atau multipel, massa lunak, dan tidak nyeri. Lipoma tersusun dalam bentuk
lobulus yang dipisahkan oleh sekat jaringan fibrosa, terbungkus salam
kapsul tipis, mobile dan dapat digerakkan dari dasar.

Gambar 5. lipoma

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berupa pembedahan yaitu dengan ekstirpasi kista. Bila terdapat
traktus sinus maka harus dilakukan eksplorasi dan eksisi guna mencegah
rekurensi.

F. PROGNOSIS
Bila eksisi dilakukan secara komplit, maka hasilnya kuratif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rata IGA K: Tumor Jinak Kulit Muka dalam Media Dermato-Venereulogica
Indonesian. Vol. 26. No.2.1999
2. Web MD. Dermoid cyst. 2013 [updated 2013; cited 2013 5 ]; Available
from:http://webmd.boots.com/skin-problems-and treatments/guide/dermoidcyst.
3. Silver, SG, HO.VC: Benign Epithelial Tumors in Fitzpatrich T,B. Eisen, A.Z,
Wolf K, Freedbergm IM, Austen, KE; Dermatology in General Medicine, 6 th
ed, McGraw-Hill, New York,2003.
4. Koh,H.,K Bhawan J: Tumors of the Skin, in Moschella, SL Hurley,
HJ;Dermatology ed.WB Sauderns Company, Philadelphia, 1993.
5. Pringgoutomo S. HimawanS. Tjarta. Buku ajar Patologi I (umum). ED 1.
Jakarta: Sagung Seto. 2006.
6. www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai