Abstrak
Kecenderungan analisis kadar kolesterol menggunakan kit uji saat ini belum
diikuti dengan keterjangkauan harga dan sifatnya yang sekali pakai. Nanoserat
polianilin merupakan monomer yang murah dan dilaporkan dapat meningkatkan
aktivitas enzim dalam biosensor serta dapat dikembangkan sebagai matriks penyangga.
Penelitian bertujuan mengarakterisasi kinerja bioanoda yang berbasis amobilisasi
kolesterol oksidase pada pasta karbon termodifikasi nanoserat polianilin. Penelitian
menggunakan bioanoda berbasis amobilisasi kolesterol oksidase (EPKTChod+Glu).
Pemeriksaan dilakukan terhadap serangkaian pengujian yaitu pengukuran
voltamogram siklik elektroda pasta karbon (EPK) dan elektroda pasta karbon
termodifikasi (EPKT), amobilisasi enzim, uji kestabilan, optimalisasi kondisi kerja
elektroda, serta penentuan kadar kolesterol darah. Nanoserat polianilin dengan
morfologi permukaan berserat dan berongga dapat meningkatkan 0.64 mA daya hantar
listrik dari EPK. Respon EPKTChod+Glu selama 28 hari meningkat seiring
bertambahnya lama penyimpanan dalam bufer potasium fosfat dan suhu 11 oC. Respon
optimum pada pH 8 dan dalam suhu larutan elektrolit 45 oC. EPKTChod+Glu memliki
afinitas enzim-substrat dan sensitivitas yang cukup tinggi dengan Km 0.7934 mM dan
Imax 2.2743 mA. Kadar kolesterol darah hasil pengukuran bioanoda dibandingkan
dengan alat pengukuran kolesterol Mindray BS-200 dan menghasilkan ketepatan 83%
dan ketelitian 97%.
Kata Kunci: bioanoda, kolesterol, nanoserat, polianilin
Abstract
Prices of commercial cholesterol test strips are still relatively expensive and are
disposable while the analysis of cholesterol levels is important to prevent
atherosclerosis. Polyaniline nanofibres known as cheap monomer was developed as a
matrix in the manufacture of biosensors. Therefore, this study aims to test bioanode
effectivity which is coated with immobilized cholesterol oxidase. The research lasted
for five months, including measurement of cyclic voltammograms carbon paste
electrodes (CPE) and a modified carbon paste electrodes (MCPE), immobilization of
enzymes, stability testing, optimise of electrode working conditions, as well as the
determination of blood cholesterol levels. As a result, polyaniline nanofibre with
hollow and fibrous surface morphology able to improve conductance of CPE. Response
of MCPEChod+Glu for 28 days, increases with storage time in the potassium
phosphate buffer and temperature of 11 oC. The response was optimum at pH 8 and
temperature of the electrolyte solution 45 oC. MCPEChod+Glu possess the enzymesubstrate high enough affinity and senitivity to Km of 0.7934 2.2743 mM as well as Imax
of 2.2743 mA. Cholesterol blood level test with bioanode compared with common
cholesterol test device Mindray BS-200, resulting 83% in accuracy percentage and
97% in precision percentage.
Keywords: bioanode, cholesterol, nanofibre, polyaniline
1. PENDAHULUAN
Laporan WHO tahun 2002 menyebutkan penduduk Indonesia meninggal
pertahunnya akibat serangan jantung sekitar 220.372 dan stroke 123.684. Penyakit
tersebut berhubungan dengan terjadinya kerusakan pembuluh darah (arteriosklerosis).
Kadar kolesterol yang tinggi dalam bentuk LDL (Low Density Lipoprotein) dan VLDL
(Very Low Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko utama arteriosklerosis (Yang
et al. 2011). Kedua molekul tersebut merupakan pembawa kolesterol dalam darah.
Penumpukannya pada jaringan epitel pembuluh darah memicu penyempitan pembuluh
darah yang diikuti arteriosklerosis. Kolesterol juga berperan untuk mensintesis hormon
seks seperti endrogen sehingga keberadaannya dalam tubuh sangat diperlukan.
Perkembangan teknologi telah memunculkan metode dan peralatan baru untuk
mendiagnosis kadar kolesterol total yang mencakup LDL, VLDL, HDL (High Density
Lipoprotein), dan kilomikron. Metode diagnosa yang berkembang adalah biosensor
yang dianggap paling cepat, sensitif, dan spesifik (Pundir et al. 2012). Teknologi
biosensor yang berkembang di masyarakat berupa meter kit yang dilengkapi strip uji
sekali pakai dan harga yang relatif mahal. Penelitian Kurniasih (2014) melaporkan
suatu biosensor berbasis amobilisasi glukosa oksidase pada pasta karbon termodifikasi
nanoserat polianilin. Biosensor ini dapat digunakan berulang kali dan memiliki kinerja
lebih baik dibandingkan biosensor serupa yang menggunakan bahan pemodifikasi
berbeda (Busono 2010). Nanoserat polianilin memiliki daya hantar listrik
(konduktivitas) yang tinggi, stabil dalam reaksi enzimatis, dapat berperan sebagai
penjerap enzim, mudah disintesis, serta harga monomer murah. Pembentukan
polianilin menjadi nanoserat juga dapat meningkatkan luas permukaan elektroda
sehingga dapat meningkatkan kemampuannya mentransfer elektron dari reaksi redoks.
Bioanoda merupakan elektroda yang dikombinasikan dengan komponen biologis
seperti enzim dan merupakan dasar pengembangan biosensor (Wang et al. 2007).
Biosensor kolesterol yang dikembangkan memiliki prinsip kerja yang sama dengan
biosensor glukosa Kurniasih (2014). Penelitian Pundir et al. (2012) menggunakan
biosensor kolesterol dengan lapisan polianilin memiliki kinerja lebih rendah
dibandingkan biosensor glukosa Kurniasih (2014). Hal ini dapat mengindikasikan
nanoserat polianilin berpengaruh terhadap kinerja biosensor. Oleh karena itu,
penelitian terhadap peran penambahan nanoserat polianilin perlu dilakukan untuk
mendapatkan biosensor kolesterol dengan kinerja yang lebih baik.
Tujuan penelitian yakni mengarakterisasi kinerja bioanoda yang berbasis
amobilisasi kolesterol oksidase pada pasta karbon termodifikasi nanoserat polianilin.
2.3.2. Amobilisasi kolesterol oksidase pada EPKT (modifikasi Colak et al. 2012
dengan Pundir et al. 2012)
EPKT sebanyak 6 buah dibuat untuk 6 perlakuan berbeda. Tabung eppendorf
kering sebanyak 6 buah juga disiapkan dan kelimanya diisi masing-masing dengan 0.5
mg bovine serum albumin (BSA). Selanjutnya, sebanyak 15 L bufer potasium fosfat
0.1 M pH 6-8 (interval 0.5) ditambahkan ke dalam 5 tabung tersebut. Larutan kolesterol
oksidase 0.156 U/L sebanyak 25 L dan 15 L glutaraldehida 2.5% kemudian
dimasukkan ke dalam 6 tabung eppendorf dan dikocok perlahan. Selanjutnya,
campuran tersebut diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang lalu dieteteskan pada
permukaan EPKT dan dikeringkan pada suhu 11 oC. Setelah elektroda kering, elektroda
dibilas beberapa kali dengan bufer potasium fosfat yang sesuai dengan perlakuan
sebelumnya. Permukaan pasta karbon elektroda kemudian ditutup dengan membran
dialisis (diameter 10 kDa) dan kain nilon yang diikat dengan parafilm pada bagian
dinding kaca bagian luar elektroda. Ketika tidak digunakan, EPKTChod+Glu (EPKT
dengan kolesterol oksidase teramobil menggunakan glutaraldehida) disimpan dalam
lemari pendingin pada suhu 11aoC dalam bufer potasium fosfat yang sesuai.
2.3.3. Uji kestabilan elektroda
EPKTChod+Glutaraldehida dengan bufer amobilisasi potasium fosfat 0.05 M pH
7.5 diukur voltamogram sikliknya selama 5 minggu (interval 7 hari). Pengukuran
voltamogram siklik dilakukan dengan menggunakan alat potensiosta EDAQ yang
dilengkapi dengan aplikasi EChem v2.1.0. EPKTChod+Glutaradehida dimasukkan ke
dalam gelas kaca bervolume 5 mL yang telah diisi dengan 1 mL bufer potasium fosfat
0.05 M pH 7.5, 1 mL kalium ferisianida 0.1 M, dan 180 L larutan kolesterol standar
500 mg/dL. Elektroda pembanding (Ag|AgCl) dan elektroda pelengkap (Pt) juga
kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Ketiga elektroda kemudian disambungkan
dengan kabel penghubung yang sesuai. Setelah itu, pengukuran dimulai pada laju
pemayaran 100 mV/s dengan rentang 1 mA.
2.3.4. Uji aktivitas kolesterol oksidase pada EPKT (modifikasi Colak et al. 2012
dengan Pundir et al. 2012)
Penentuan pH optimum dilakukan dengan memasukkan masing-masing 1 mL
larutan bufer potasium fosfat 0.1 M pH 6.0-8.0 (interval 0.5), 1 mL larutan kalium
ferisianida 0.1 M, dan 180 L larutan kolesterol standar 500 mg/dL ke dalam dalam
gelas kaca bervolume 5 mL. Elektroda Pt dan Ag|AgCl kemudian digunakan sebagai
elektroda pelengkap dan pembanding. Voltamogram siklik yang terbentuk diamati
pada laju pemayaran 100 mV/s dengan rentang 1-2 mA. Puncak arus oksidasi pada
voltamogram siklik digunakan dalam penentuan pH optimum elektroda.
Selanjutnya, nilai pH optimum tersebut digunakan pada penentuan suhu
optimum. Mula-mula, sebanyak 1 mL larutan bufer potasium fosfat 0.1 M pH 8, larutan
kalium ferisianida 0.1 M, dan 180 L standar kolesterol 500 mg/dL, dimasukkan ke
dalam sel elektrokimia. Aktivitasnya diukur pada suhu 35-60 oC (interval 5 oC) dengan
bantuan penangas dan termometer. Voltamogram siklik yang terbentuk diamati untuk
mendapatkan nilai suhu optimum. Setelah itu, penentuan rentang konsentrasi substrat
yang dapat dideteksi oleh elektroda dilakukan pada selang 0.05-2.5 mM. Uji ini
dilakukan pada pH 8 dan suhu larutan elektrolit 34 oC.
2.3.5. Penentuan kadar kolesterol darah (modifikasi Pundir et al. 2012 dengan
Kurniasih 2014)
Sebanyak 20 L sampel darah dari probandus yang telah diketahui kadar
kolesterolnya dengan pengukuran menggunakan strip uji komersial, dilarutkan dalam
180 L akuades. Selanjutnya, sebanyak 180 L larutan sampel darah ditambahkan ke
dalam gelas piala 10 mL yang telah berisi 1 mL bufer sodium fosfat 0.1 M dan 1 mL
kalium ferisianida. Elektroda Pt dan Ag|AgCl kemudian digunakan sebagai elektroda
pelengkap dan pembanding.Voltamogram siklik yang terbentuk diamati dan
konsentrasi kolesterol sampel ditentukan dari kurva standar standar kolesterol.
2.3.6. Analisis data
0,8
0,6
Arus (mA)
0,4
0,2
0,0
-0,2
EPK
EPKT
-0,4
-0,6
-0,6
-0,4
-0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
Potensial (V)
Tabel 1. Data Potensial dan Arus Maksimum pada EPK dan EPKT
Jenis Elektroda Kerja
EPK
EPKT
0.938
0.6534
3.2. EPKTChod+Glu
Amobilisasi kolesterol oksidase bertujuan menahan pergerakan enzim secara
sebagian atau keseluruhan sementara perlakuan variasi pH dalam amobilisasi bertujuan
mengondisikan elektroda pada pH uji. Menurut Colak et al. (2012), nilai pH optimum
enzim dapat berubah akibat proses amobilisasi. EPKTChod+Glu yang dihasilkan
tampak sebagian permukaan pasta karbonnya terlapisi komponen amobil yang telah
kering (Gambar 2). Lapisan ini terbentuk akibat adsorbsi fisik komponen amobil dalam
permukaan pasta karbon (Julianus 2009).
Arus Oksidasi
Maksimum (mA)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
10
15
Hari ke-
20
25
30
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
10
pH
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
20
40
Suhu (C)
60
80
y = 0.1153ln(x) + 0.5928
R = 0.8962
0.5
1
1.5
2
2.5
Konsentrasi Standar Kolesterol (mM)
200
190
180
170
160
y = 0,6801x + 40,835
r = 0,831
150
140
140
150
160
170
180
190
200
210
220
Gambar 7. Kurva Korelasi Pengukuran Kadar Kolesterol Bioanoda dan Mindray BS-200
4. KESIMPULAN
Nanoserat polianilin dengan morfologi permukaan berserat dan berongga
didapati meningkatkan konduktansi EPK. Respon EPKTChod+Glu meningkat seiring
bertambahnya lama penyimpanan dalam bufer potasium fosfat dan suhu 11oC.
Responnya optimum pada pH 8 dan dan dalam suhu larutan elektrolit 45 oC.
EPKTChod+Glu memliki afinitas enzim-substrat dan senitifitas yang cukup tinggi
dengan Km 0.7934 mM dan Imax 2.2743 mA. Hasil pengukuran kolesterol darah dengan
bioanoda dibandingkan dengan alat Mindray dan menghasilkan nilai korelasi 0,831,
ketepatan 83% dan ketelitian 97%. Berdasarkan data tersebut, bioanoda kolesterol
oksidase termodifikasi polianilin mampu mengukur kadar kolesterol darah secara
akurat, dapat digunakan berulang kali dan memiliki performa yang stabil.
5. REFERENSI
Busono P, Subintoro, Hajiah N, M Farid W, Saor J.D. 2010. Uji sensitifitas dan
linearitas prototip disposable biosensor kolesterol berlapiskan membran polimer
pelindung. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. 1-8.
Colak O, Arslan H, Zengin H, Zengin G. 2012. Amperometric detection of glucose by
polyaniline-activated carbon composite carbon paste electrode. International
Journal Electrochemistry Science. 7: 6988-6997.
Kurniasih R. 2014. Glukosa oksidase teramobil glutaraldehida pada elektroda pasta
karbon termodifikasi nanoserat polianilin sebagai biosensor glukosa [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Li Bo, Wei W, Feng Q W, Dong ZW. 2010. Cholesterol oxidase Chol is a critical
enzyme that catalyzes the conversion of diosgenin to 4-ene-3-keto steroid in
Streptomyces virginiae IBL-14. Appl Microbiol Biotechnol. 85: 1831-1838.
Maddu A, Wahyudi ST, Kurniati M. 2008. Sintesis dan karakteristik nanoserat
polianilin. Jurnal Nano Saintek. 1(2).
Pundir CS, Jagriti N, Nidhi C, Preety, Renu S. 2012. An amperometric cholesterol
biosesor based on epoxy resin membrane bound cholesterol oxidase. Indian J
Med Res. 136: 633-640