Anda di halaman 1dari 4

3.

Dasar Teori
3.1. Fotometri Nyala
Fotometri nyala merupakan suatu cabang spektroskopi emisi. Pada spektroskopi
emisi, cuplikan tereksitasi dengan bermacam-macam usaha dan emisi radiasi oleh bahan
tereksitasi tersebut apabila kembali ke keadan energi yang lebih rendah akan diukur besarnya.
Hal ini tentunya berbeda dengan spektroskopi absorpsi, yang mana nasib dari bahan-bahan
tereksitasi tidaklah penting kecuali pada keadaan tertentu. (Day dan Underwood,1990)
Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran
besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang gelombang tertentu yang
dipancarkan oleh suatu cuplikan dalam keadaan nyala/berpijar. Besaran intensitas sinar
pancaran yang terukur sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam cuplikan dan
menjadikan besaran ini sebagai fungsi konsentrasi dari komponen cuplikan tersebut. Hal ini
menjadikan metoda fotometri nyala digunakan untuk tujuan kuantitatif dengan mengukur
besaran emisi suatu unsur secara relatif.
Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur akan
tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk
panjang gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila elektron dari atom netral keluar dari
orbitalnya ke orbital yang lebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom, ion molekul akan
kembali ke orbital semula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Prinsip dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yng
kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-tiap
unsur disebabkan karena energi kalor dari suatu nyala-nyala elektron di kulit paling luar dari
unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, yang
dibolehkan. Molekul berupa fase gas dalam keadaan tereksitasi memancarkan spektrum pita.
Bila suatu molekul berada dalam keadaan elektronik yang tereksitasi E 2, mengalami
perubahan sampai ke keadaan energy yang lebih rendah E1, maka foton energy sebanayak hv
telah dipancarkan, yaitu :
hv = E2-E1

Oleh karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk suatu
unsur logam tertentu, maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur logam tersebut
adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk analisa kualitatif unsur-unsur logam secara
reaksi nyala.
3.2. Jenis-jenis Fotometer Nyala
Fotometer nyala dibedakan atas dua jenis, yaitu filter flame fotometer dan spektro
flame fotometer. Perbedaan kedua jenis alat ini terletak pada monokromatornya, dimana filter
flame fotometer menggunakan filter sebagai monokromatornya dan spektro flame fotometer
memiliki monokromator yang berfungsi sebagai pengatur panjang gelombang. Penggunaan
filter flame fotometer hanya terbatas untuk analisa unsur Na,K dan Li sedangkan spektro
flame fotometer dapat digunakan untuk analisa lebih banyak unsur, seperti K,Ca,Mg,Sr,Ba
dll.
3.3. Bagian-Bagian Fotometer Nyala

.
Bagian-bagian Dari Fotometer Nyala Secara Umum (Sumber : Analisa Kimia Kuantitatif,1990)

Gambar di atas menunjukkan bagian-bagian dari sebuah fotometer nyala. Terlihat


bahwa suatu alat fotometer nyala terdiri dari penyuplai bahan bakar dan oksigen, pembakar,
monokromator, detektor (tabung pemfotodarab), amplifiyer dan pencatat.

Dari sumber-sumber nyala yang biasa digunakan pada spektroskopi emisi, maka nyala
api adalah yang paling sedikit membutuhkan energy dan mengeksitasi paling sedikit unsur,
yaitu sekitar 50 unsur logam. Akan tetapi bila digunakan, nyala apai memiliki cukup banyak
keuntungan disbanding eksitasi dengan busur apai atau bunga api. Nyala api yang diatur
dengan baik merupakan sumber yang jauh lebih stabil daripada busur api atau bunga api.
Suhu nyala api merupakan salah satu variabel yang penting dalam fotometri nyala.Hal
ini ditentukan oleh sifat bahan bakar dan laju penyediaannya, laju penyediaaan oksigen atau
udara dan perencanaan alat pembakar. Umumnya alat pembakar yang digunkan pada
fotometer nyala adalah pembakar Meker. Pembakar ini memenfaaatkan gas kota biasa dengan
udara yang mana hanya dapat menghasilkan temperatur nyala sebesar 1500 oC. Hal ini akan
membatasi jenis unsur yang dapat dianalisis karena hanya sedikit unsur yang dapat tereksitasi
pada temperature tersebut. Penggunaan nyala Hidrogen-Oksigen dapat memperluas
penggunaan alat karena dapat menghasilkan temperature nyala yang lebih tinggi, yaitu sekitar
2000oC.
Monokromator dan rekorder penyamaran (scanning) sangat cocok untuk menilai
pengaruh garis dasar yang timbul dari emisi latar belakang nyala api serta untuk memeriksa
garis-garis yang berasal dari beberapa unsur. Jika kepekaan tidak merupakan suatu masalah,
maka detektor yang berupa tabung fotomultipier pada fotometer nyala dapat diganti dengan
tabung foto biasa.
3.4. Gangguan-Gangguan Dalam Fotometri Menurut Sumber dan Filtratnya
a. Gangguan Spektral
Gangguan spektral yaitu gangguan yang di sebabkan oleh unsur-unsur lain yang
terdapat bersama dengan unsur yang akan dianalisa. Gangguan ini disebabkan karena
penggunaan filter untuk memilih yang akan diukur intensitasnya. Misalnya,
spektrum pita dari Ca(OH)2 akan mengganggu pancaran sinar Na pada panjang
gelombang 550 nm. Gangguan tersebut dapat dihilangkan dengan mempertinggi
pemisahan cahaya atau mengatur band width.
b. Gangguan dari sifat fisik larutan
Variasi sifat fisik dari larutan dapat memperkecil atau membesar intensitas sinar yang
akan dianalisa, sehingga intensitas yang terbaca tidak sesuai dengan konsentrasi yang
akan dianalisa, seperti

Viskositas, makin besar visikositas dari suatu larutan yang dianalisa, makin lambat
larutan tersebut mencapai nyala. Sehingga intensitas pancaran pada alat akan

semakin kecil dan tidak sesuai dengan konsentrasi unsur yang kita analisa.
Tekanan uap dan permukaan larutan, sifat ini akan mempengaruhi ukuran besar
kabut. Kabut dengan ukuran besar akan sedikit mecapai nyala, sehingga intensitas

yang terbaca pada alat akan lebih kecil dari nilai yang sebenarnya.
c. Gangguan ionisasi
Gangguan ini disebabkan karena menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi. Logam
alkali dan alkali tanah yang mudah terionisasi, akibat dari adanya ionisasi akan
mengurangi jumlah atom netral. Akibatnya intensitas dari spektrum atom akan
berkurang dan tidak sesuai dengan konsentrasi yang akan kita amati.
Nyala yang dihasilkan dari campuran oksigen dan gas akan mempunyai energi yang
dapat mengionisasi logam alkali dan alkali tanah hal ini menggakibatkan terjadinya
penurunan jumlah atom yang akan diekstraksi. Adanya atom yang lebih mudah
terionisasi akan memberikan sejumlah elektron kedalam nyala sehingga akan
mendesak ion menjadi atom.
d. Gangguan dari anion-anion yang ada dalam larutan logam.
Pada umumnya sinar dari emisi unsur-unsur akan lebih rendah apabila jumlah asam
yang relatif tinggi gangguan anion ini tidak akan nyata bila kadarnya lebih rendah dari
0,1M diatas kepekatan tersebut asam sulfat, nitrat dan fosfat akan memberikan akibat
pada penurunan sinar emisi logam.
Gangguangangguan analisa fotometri secara intensitas langsung adalah segala
gangguan atau hal dan peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi intensitas
pancaran unsur yang kita analisa, sehingga nilai intensitas pancaran yang dihasilkan
tersebut tidak lagi sesuai dengan unsur yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai