Splint 1
Splint 1
PERIODONTAL
SKRIPSI
Oleh :
karena serat yang tipis dan warna yang transparan memberikan estetik yang sangat
baik terhadap restorasi.
Evaluasi terhadap penggunaan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon
pada kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman dan Howard E.
Strassler dan Carolyn Brown terhadap kasus gigi mobiliti menunjukkan adanya
keberhasilan terhadap perawatan yang dilakukan. Stabilisasi gigi yang baik, restorasi
yang estetis dan restorasi splin yang kuat telah mampu memberikan penyelesaian
terhadap keluhan pasien.
Daftar Pustaka : 13 (2000-2009)
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
SKRIPSI
Oleh :
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing :
Tanda tangan
.............................
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
TIM PENGUJI
KETUA
ANGGOTA
.........................
.........................
.........................
Mengetahui
KEPALA BAGIAN
Zulkarnain, drg.,M.Kes
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
.......................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya
skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Bapak Ir. U. Ginting
beserta Ibu M. br Bangun yang telah mendidik dan selalu mendoakan penulis
sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Kepada kakanda dr. Destanti
Ginting, abangda Bramanta Ginting, ST, dan adikku tercinta Johanes Ginting atas
cinta kasih, dukungan, pengorbanan dan doa yang tiada henti demi kebaikan dan
kebahagian penulis.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
2.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
3.
Kepada seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalankan pendidikan.
4.
Sahabat- sahabat terbaikku, Arinda, Irene, Agita, Ina, Meinarly, Sally, Puspa,
Sabrina, Rohdo, Sry Mawar, Carolyn P, Carolyn M, Ferry, Selvia, Andi,
Thomas, dan seluruh teman-teman Angkatan 2005 atas kebersamaan,
dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama
menjalani perkuliahan.
5.
Kakak- kakak senior, adik- adik junior di FKG dan serta pihak lain yang
penulis tidak dapat sebutkan satu per satu, atas semua bantuan dan semangat
yang telah diberikan. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan
memberikan kemudahan kepada kita semua.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat
(Enamia S. Ginting)
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
BAB 1
PENDAHULUAN ............................................................................
BAB 2
4
5
8
BAB 3
BAB 4
12
13
16
22
29
30
32
BAB 5
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
14
15
16
17
17
18
18
10
19
11
19
12
19
13
20
14
20
15
21
16
23
17
24
18
25
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
19
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
25
BAB 1
PENDAHULUAN
Gigi mobiliti adalah masalah yang sering terjadi pada gigi yang dapat
berakibat terhadap hilangnya gigi dikarenakan penyakit ataupun cedera pada gingiva
atau tulang yang mendukung gigi.1 Mobiliti pada gigi dapat bersifat fisiologis ataupun
patologis. Secara klinis gigi mobiliti juga dapat dibedakan atas mobiliti reversibel
ataupun mobiliti irreversibel. Terjadinya peningkatan gigi mobiliti dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Namun terjadinya inflamasi yang diakibatkan oleh akumulasi
plak dan adanya trauma karena oklusi merupakan faktor penyebab yang paling sering
terlibat sebagai penyebab terjadinya gigi mobiliti.2
Perawatan terhadap kasus gigi mobiliti harus dilakukan dengan baik.
Diagnosa yang tepat terhadap faktor penyebab terjadinya gigi mobiliti sangat
dibutuhkan sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai. Terdapat berbagai
bentuk perawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gigi mobiliti.
Untuk kasus gigi mobiliti yang disebabkan inflamasi maka dapat dilakukan
penyingkiran terhadap faktor penyebab inflamasi seperti skeling dan penyerutan akar,
penggunaan obat lokal dan sistemik serta terapi pembedahan.3 Pada kasus gigi
mobiliti yang disebabkan karena adanya trauma karena oklusi maka harus dilakukan
penyingkiran terhadap faktor penyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan
seperti penyelarasan oklusal, perbaikan terhadap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
beberapa penelitian tersebut dan kesimpulan dari seluruh pembahasan akan dimuat
dalam bab 5.
Besarnya harapan pasien terhadap keberhasilan perawatan yang dilakukan
mendorong kita sebagai dokter gigi untuk menguasai dan tetap mengikuti
perkembangan ilmu yang ada. Dengan penulisan skiripsi ini diharapkan dapat
menambah pemahaman bagi kita terhadap penanganan kasus gigi mobiliti dan
perawatan yang dapat dilakukan agar kehilangan gigi yang terjadi akibat penyakit
periodontal dapat dihindari.
------oo00oo------
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
BAB 2
PERAWATAN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT PERIODONTAL
Gigi mobiliti adalah masalah dental yang terjadi karena penyakit ataupun
cedera terhadap gingiva dan tulang yang mendukung gigi. Masalah ini menyebabkan
nyeri akut pada gigi khususnya ketika gigi digunakan untuk mengunyah dan
memungkinkan terjadinya kehilangan gigi. Gigi mobiliti sering terjadi pada pasien
yang menderita periodontitis kronis, trauma karena oklusi dan juga pada pasien
dengan trauma karena oklusi yang disertai periodontitis kronis.1 Dalam uraian ini
akan dijelaskan mengenai pengertian gigi mobiliti, faktor penyebab terjadinya gigi
mobiliti serta perawatan yang dapat dilakukan terhadap kasus gigi mobiliti.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat mobiliti. Mobiliti ini
disebut sebagai mobiliti fisiologis. Mobiliti fisiologis paling besar terjadi di pagi hari
karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari
setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika
berkontak dengan antagonisnya.2
Batas mobiliti fisiologis ini adalah 0,15 mm. Mobiliti yang melebihi rentang
fisiologis disebut sebagai mobiliti yang abnormal atau patologis. Disebut patologis
karena melebihi batas nilai mobiliti normal yang mampu diterima oleh
periodonsium.2
Secara klinis, gigi mobiliti dapat dibedakan atas mobiliti reversibel dan
mobiliti irreversibel. Mobiliti reversibel adalah jenis mobiliti pada gigi yang terjadi
akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi. Mobiliti yang terjadi dapat berkurang
atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab. Sedangkan mobiliti
irreversibel merupakan jenis mobiliti yang ditandai dengan berkurangnya dukungan
periodonsium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun
telah dilakukan perawatan.2
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi plak dan tekanan
oklusal yang berlebihan.2
a. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak
Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan
periodontitis merupakan akibat dari akumuasi plak dan mikroorganisme yang
menempel pada gigi.3 Penjalaran inflamasi dari tepi gingiva ke struktur periodontal
pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan
pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan ini juga terjadi saku
infraboni dan kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobiliti akibat
berkurangnya tinggi tulang alveolar pendukung gigi juga tidak dapat dihindari.5
Gambar 1.
Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan, atau
pada periodonsium yang mengalami inflamasi.4 Menurut penelitian Ericcson dan
Linde, trauma oklusi yang berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan
mempercepat kehilangan perlekatan. Namun pada keadaan tanpa inflamasi, tekanan
oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya kehilangan tulang dan mobiliti
pada gigi.5
Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi:
1. Trauma karena oklusi primer
Trauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari
tekanan oklusal yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan
periodonsium yang sehat atau normal.7
2. Trauma karena oklusi sekunder
Trauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari
tekanan oklusal yang normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan
periodonsium yang inadekuat atau lemah.7
Gambar 2.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi
adalah meningkatnya derajat mobiliti gigi. Terjadinya mobiliti ini adalah sebagai
adaptasi periodonsium terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya.5 Selain itu,
tanda klinis lain yang mungkin ditemui pada pasien dengan trauma karena oklusi
adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan pada waktu pengunyahan
atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, timbulnya faset pada gigi, retaknya
enamel atau fraktur pada mahkota atau akar, dan fremitus.4
Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligamen periodontal, kerusakan
lamina dura, radiolusensi pada daerah furkasi atau pada apeks gigi yang vital dan
resorpsi pada daerah akar sering menyertai pasien dengan trauma karena oklusi.4
Untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien dengan trauma karena oklusi,
sejumlah tanda dan gejala klinis maupun radiologis harus ditemukan pada sistem
pengunyahan, namun prosedur tambahan seperti tes pulpa vital dan evaluasi terhadap
kebiasaan parafungsi dapat membantu menegakkan diagnosa.4
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
dan fremitus serta memperoleh kenyamanan dalam pengunyahan.4 Untuk itu satu atau
beberapa perawatan berikut dapat dilakukan;
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
------oo00oo------
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
BAB 3
SPLINTING PADA PERAWATAN GIGI MOBILITI
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
memperbaiki status mobiliti untuk sementara waktu tetapi tidak dapat mengurangi
mobiliti apabila alat tersebut dilepaskan.8
Menurut Tarnow dan Fletcher ada beberapa indikasi untuk mengurangi gigi
mobiliti dengan penggunaan splinting periodontal:7
1. Trauma karena oklusi primer
2. Trauma karena oklusi sekunder
3. Mobiliti progresif, migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi.
Splin provisional adalah jenis splin memiliki kegunaan yang hampir sama
dengan splin temporer. Splin ini sering digunakan untuk tujuan diagnostik atau dalam
kasus- kasus dengan hasil perawatan yang tidak dapat diperkirakan. Splin provisional
dapat digunakan selama beberapa waktu tertentu, dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun.10
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 3.
Splin provisional yang dibuat dari kawat stainless (Bernal G, Carvajal JC,
Munoz CA. A review of clinical management of mobile teeth. J Contemp
Dent Pract 2002;(3)4:6)
3. Band ortodontik
Bentuk splin temporer cekat lain adalah band ortodontik.10 Band ortodontik
terutama digunakan sebagai splin pada segmen posterior. Band stainless steel 0,005
inch dipasangkan kegigi dan dipatrikan bersama. Alternatif lain, splin dapat
dipasangkan pada model dan kemudian disemenkan ke gigi. Tepi dari band harus
dibentuk dan dipolish sehingga mampu mengurangi retensi plak dan menjaga
jaringan lunak terhadap iritasi.9
4. Splin lepasan
Biteguard akrilik yang digunakan pada perawatan bruksism dapat juga
digunakan sebagai splin. Splin ini harus menutupi permukaan oklusal gigi dan meluas
1-2mm ke permukaan oklusal gigi.9
Gambar 4.
c. Splin permanen
Splin permanen adalah jenis splin yang digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Alat ini diindikasikan apabila perawatan dengan menggunakan splin temporer
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 5.
2. Splin lingual
Splin lingual adalah bentuk splin permanen lepasan yang tidak menyebabkan
kehilangan jaringan gigi, lebih mudah dibuat dibandingkan dengan splin cekat dan
dapat diubah ataupun dilepaskan apabila diperlukan. Splin lingual yang pada
dasarnya adalah gigi tiruan sebagian lepasan terbuat dari chrom cobalt dengan
perluasan menutupi permukaan lingual gigi.9
Gambar 6.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
3. Menentukan panjang ribbon yang dibutuhkan dengan bantuan dental floss dan
memotongnya sesuai panjang yang dibutuhkan.
Gambar 7.
Gambar 8.
5. Gigi dietsa dengan etsa asam fosfor selama 30 detik, kemudian dibersihkan
dengan semprotan air selama 10 detik dan dikeringkan dengan semprotan udara.
Bahan elastomer kemudian disemprotkan ke daerah interproksimal dibawah daerah
kontak.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 9.
6. Untuk
Gigi yang akan di splint dietsa selama 30 detik (Strassler HE, Brown C.
Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):613).
meminimalkan
kelebihan
resin
komposit,
bahan
impression
Gambar 10.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 11.
Gambar 12.
10. Kelebihan resin akibat penekanan ribbon dibuang kemudian diberikan lagi
penyinaran selam 60 detik untuk tiap gigi.
11. Bila daerah perlekatan ribbon belum sempurna dan ketebalan yang didapat
belum adekuat maka penambahan bahan resin komposit flowable dapat digunakan
dan gigi di sinari lagi selama 20 detik.
12. Bahan polysiloxane dilepaskan dari daerah embrasur gingiva.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 13.
13. Dental dam juga dilepaskan. Bila komposit resin masih membutuhkan
pembentukan lebih lanjut maka dapat di selesaikan dengan finishing bur atau
diamond bur.
14. Polishing akhir dengan menggunakan pasta polish.
Gambar 14.
15. Pandangan daerah lingual gigi mobiliti telah selesai di splin dengan
menggunakan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon.
Gambar 15.
Pandangan lingual dari gigi yang telah selesai di splin dengan menggunakan
bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon (Strassler HE, Brown C.
Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):615).
hasil akhir yang dapat dicapai sehingga tujuan perawatan dengan menggunakan splin
dapat dicapai.
Untuk membahas lebih lanjut penggunaan splin sebagai alat untuk stabilisasi
gigi mobiliti maka pemakaian splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus
Polyethylen Ribbon akan di evaluasi pada Bab 4.
------oo00oo------
BAB 4
LAPORAN KASUS
PENGGUNAAN SPLINTING PADA KASUS GIGI MOBILITI DENGAN
THIN HIGH MODULUS POLYETHYLEN RIBBON
Restorasi yang fraktur dan estetik yang kurang baik menjadi masalah yang
sering timbul dalam restorasi yang menggunakan bahan resin komposit adhesif.
Seperti penelitian yang dilakukan Pollack selama 25 tahun menunjukkan keharusan
untuk melakukan perbaikan terhadap restorasi komposit akibat frakturnya restorasi di
sekitar gigi. Tetapi masalah ini sudah dapat diatasi dengan diperkenalkannya bahan
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Polyethylen fiber yang memiliki kekuatan yang sangat baik, biocompatible, estetis,
mudah untuk dimanipulasi, memiliki serat yang berwarna transparan dan yang dapat
ditanamkan kedalam bahan resin.11
Untuk membahas lebih lanjut tentang penggunaan bahan ini, dalam Bab ini
akan dikutip 2 laporan kasus yang nantinya akan menggunakan bahan ini sebagai alat
splin periodontal khususnya pada kasus gigi mobiliti akibat penyakit periodontal.
Kasus pertama seperti yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman13 dan kasus
kedua seperti yang dilaporkan oleh Howard E.Stressler, Carolyn Brown.11
Laporan Kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun dan Arya Arman
Seorang pasien wanita berumur 41 tahun dan selama lima bulan tidak
memiliki masalah terhadap kesehatanya. Pasien pertama sekali mengunjungi klinik
periodontik dikarenakan masalah mobiliti pada gigi anterior maksilanya. Pasien
tersebut memiliki hubungan oklusi klas I dengan nilai overbite/overjet yang melebihi
nilai normal dan multidiastema pada rahang atas akibat penyakit periodontal serta
gigi yang crowded di rahang bawah.
Gigi 35,45 dan 23 telah hilang dan gigi 75,85 dan 63 masih berada dalam
rahang. Uji klinis dan radiologis memperlihatkan adanya mobiliti gigi, resesi gingiva,
kehilangan tulang alveolar dalam arah vertikal dan horizontal dan ruang triangular
black pada daerah anterior maksila. Gigi insivus sentralis kanan dan insisivus lateralis
kiri mengalami ekstrusi dan protrusi akibat penyakit periodontal. Dalam pembicaraan
terhadap
pilihan
perawatan,
pasien
memutuskan
untuk
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
merestorasi
dan
Gambar 16.
Rencana perawatan yang dilakukan adalah untuk menutup ruang pada daerah
maksila dengan retrusi insisivus, intrusi periodontal pendukung gigi anterior maksila,
membentuk kembali gigi insisivus untuk memperoleh kontak permukaan yang ideal
sehingga mengurangi ruang triangular black, memperbaiki crowded pada mandibula
dengan protrusi insisivus bawah dan mengurangi enamel pada gigi insisivus bawah
untuk mendapatkan oklusi yang baik serta restorasi yang estetis.13
Gigi 12, 11, 21 dan 22 mendapatkan perawatan endodonti sebagai perawatan
pendahuluan sebelum perawatan ortodonti. Rahang atas dan rahang bawah di bonding
dengan besar kawat yang ditingkatkan mulai dari kawat Ni-Ti 0.014 meningkat
sampai 0.016 x 0.022 kawat stainless steel. Karena pasien mengalami masalah
periodontal yang berat maka penggunaan light ortodontik force menjadi pilihan.
Perawatan ortodonti aktif telah selesai dalam waktu delapan bulan dan oklusi dengan
hubungan interinsisal yang normal telah diperoleh.13
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 17.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gambar 18.
Gambar 19.
Laporan kasus yang dilaporkan oleh Howarrd Strassler dan Carolyn Brown 2:
Seorang pasien datang dengan keluhan ketidaknyamanan gigi ketika
digunakan untuk mengunyah pada daerah anterior rahang bawah. Secara radiografis,
daerah insisivus mandibula telah mengalami kehilangan tulang lebih dari 50% dengan
mobility 2, sesuai dengan indeks Miller. Pasien tersebut disarankan untuk melakukan
splinting oleh ahli periodontik akibat trauma oklusi sekunder pada daerah insisivus
mandibula. Setelah berkonsultasi dengan ahli periodontik maka diputuskan untuk
menggunakan bahan ribbon reinforced composite resin bonded splint yang
ditempatkan secara langsung, mulai dari kaninus ke kaninus pada mandibula.11
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Untuk prosedur klinis pada kasus ini, hal-hal yang dilakukan meliputi;
Gigi diisolasi dengan dental dam. Dental dam bertujuan memberikan derajat
isolasi yang baik. Selain itu, pada pasien dengan sensitivitas akar dan permukaan akar
yang tersingkap bertindak sebagai penahan terhadap air, udara dan semprotan airudara selama prosedur splinting sehingga penggunaan bahan anestesi menjadi tidak
terlalu penting.11
Kemudian
permukaan
fasial
dan
lingual
gigi
dibersihkan
dengan
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Potongan ribbon ini diisi oleh resin adhesif dari sistem bonding generasi
keempat, Tenure Sb.. Tujuannya untuk mengubah bentuk opaque dari ribbon
menjadi translusen. Kemudian ribbon dikeringkan untuk menghilangkan kelebihan
resin dengan menggunakan napkin. Ribbon di kesampingkan dahulu dan ditutupi
untuk menghalangi adanya cahaya yang masuk sampai ribbon tersebut dapat
ditanamkan kedalam resin komposit pada gigi.11
Kemudian gigi di etsa selama 30 detik dengan menggunakan gel etsa asam
fosfor (Uni Etch,d). Bahan etsa dialirkan pada semua gigi yang akan di splin.
Kemudian gigi dibersihkan dengan semprotan air-udara selama 10 detik dan
dikeringkan. Untuk mengurangi kelebihan resin komposit, maka bahan impression
dengan viskositas sedang ditempatkan pada daerah embrassur gingiva.11
Selanjutnya resin adhesif diletakkan pada permukaan enamel yang telah di
etsa termasuk permukaan fasial dan interproksimal dengan menggunakan sikat
disposable (Benda Brush). Resin komposit hibrida dengan viskositas sedang yang
terdapat dalam tube (Prisma TPHf) dikeluarkan ke permukaan fasial dari semua
daerah interproksimal gigi yang akan di splin. Permukaan fasial dibentuk dan disinari
selama 20 detik. Ribbon ditempatkan ke resin komposit dimulai dari permukaan
midlingual dari tiap kaninus dan ditekan kedalam resin komposit. Kelebihan resin
komposit yang terjadi saat ribbon di tekan harus dibersihkan sebelum dilakukan
penyinaran. Pernyinaran permukaan lingual dilakukan selama 60 detik untuk tiap
gigi. Pada saat ini, ribbon masih dapat terlihat dan belum ditutupi oleh ketebalan
yang adekuat dari resin komposit. Untuk itu, resin komposit dengan kekuatan yang
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
baik, tahan terhadap pemakaian dan memiliki daya alir yang baik di aplikasikan untuk
menghaluskan permukaan yang tidak rata pada permukaan lingual dan memberikan
ketebalan yang cukup dari komposit yang menutupi ribbon. Kemudian di lakukan
penyinaran lagi selama 20 detik.11
Bahan
dilepaskan. Pada tahap ini, bila dibutuhkan pembentukan lebih lanjut, dapat di
lakukan dengan finishing bur atau diamond bur. Permukaan lingual di polish dengan
menggunakan alumunium abrasif (Enhance,f). Polish akhir diselesaikan dengan
menggunakan pasta polish resin komposit. Tahap akhir adalah penyesuaian oklusi
dan menjadikan splin terlihat estetis.11
Splin yang baik memberikan stabilisasi terhadap gigi, meningkatkan fungsi
gigi dan memenuhi kebutuhan estetis yang diharapkan pasien. Gambaran radiografi
dari splin yang baik juga memperlihatkan perbaikan antara jaringan periodonsium
dengan gigi. 11
------oo00oo------
BAB 5
DISKUSI DAN KESIMPULAN
5.1 Diskusi
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Gigi mobiliti merupakan tanda klinis yang sering menyertai inflamasi ataupun
cedera pada gingiva dan tulang pendukung gigi. Terjadinya mobiliti pada gigi
menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan pada gigi sewaktu mengunyah. Untuk
mengurangi atau menghilangkan mobiliti yang terjadi pada gigi serta memperoleh
rasa nyaman pada waktu pengunyahan maka splinting disarankan sebagai terapi
untuk stabilisasi gigi. Pada masa yang lalu, stabilisasi langsung dan splinting gigi
dengan menggunakan teknik adhesif membutuhkan penggunaan kawat, pin dan mesh
grids. Alat-alat ini secara mekanis hanya mampu mengunci daerah disekitar restorasi
resin. Oleh karena hal ini, maka terdapat kemungkinan timbulnya tekanan yang
mempermudah terjadinya fraktur pada restorasi dan kegagalan perawatan. Ketika
perawatan dengan splin mengalami kegagalan, masalah klinis lain yang dapat terjadi
meliputi traumatik oklusi, peningkatan penyakit periodontal dan karies rekuren.11
Dengan diperkenalkannya bahan bondable, polyethylen woven ribbon,
masalah-masalah yang terjadi akibat jenis resin yang sebelumnya sudah dapat
teratasi. Efek bahan ini terhadap sifat fisik dan keberhasilan klinis menunjukkan
bahwa dengan adanya penambahan fiber mampu memperbaiki fleksural strength dan
modulus fleksural dari komposit resin. Penggunaan bahan Thin High Modulus
Poltethylen Ribbon pada kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman
dan Howard E. Strassler dan Carolyn Brown terhadap kasus gigi mobiliti
menunjukkan adanya keberhasilan terhadap perawatan yang dilakukan.
Secara klinis keberhasilan perawatan telah menunjukkan hasil setelah
digunakan selama satu tahun. Evaluasi klinis terhadap Original Ribbon Reinforced
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Ribbon yang digunakan sebagai splinting periodontal pada penelitian yang dilakukan
oleh Strassler,dkk selama 42-48 bulan juga menunjukkan keberhasilan perawatan dan
masalah seperti restorasi yang fraktur dan karies sekunder tidak ditemukan.11
5.2 Kesimpulan
Skripsi ini memaparkan tentang kasus mobiliti pada gigi yang terjadi akibat
inflamasi dan cedera terhadap periodonsium. Terdapat beberapa jenis perawatan
untuk mengatasi masalah dental ini. Splin adalah salah satu salah jenis perawatan
yang dapat digunakan untuk stabilisasi gigi mobiliti. Terdapat beberapa jenis splin
yang sering dipakai dan tiap jenis splin tersebut memiliki indikasi, keuntungan dan
kerugian yang berbeda. Pada skripsi ini, teknik splin dengan menggunakan bahan
Polyethylen Fiber yang ditambahkan kedalam resin komposit menjadi fokus utama
untuk mengatasi masalah mobiliti yang ada.
Dengan kombinasi bahan, sifat adhesif mekanis dan karakteristik estetis resin
komposit menjadi lebih baik. Perawatan yang diperoleh juga menjadi lebih efektif.
Teknik pemasangan yang mudah dan prosedur perawatan yang singkat memberi
keuntungan bagi pasien. Permukaan bahan Polyethylen Fiber yang tipis juga
menguntungkan karena tidak dibutuhkan preparasi gigi pada permukaan lingual.
Resistensi restorasi terhadap fraktur akan membantu mempertahankan
restorasi menjadi lebih lama sehingga perbaikan terhadap restorasi yang fraktur tidak
lagi menjadi kendala untuk memperoleh keadaan gigi yang stabil.
------oo00oo-----Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
1. India
dental
care.
Tooth
mobility.
http://india-dental-care.com/tooth-
mobility.html (22april2009).
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.
11. Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus
polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):610-20.
12. Ganesh M, Tandon S. Versality of ribbond in contemporary dental practice.
Trends Biomater. Artif. Organs, 2006;20(1):53-8.
13. Arhun N, Arman A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary
chairside approach. Indian Dent Res 2008;19(3):272-7.
------oo00oo------
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.