Disusun Oleh:
Dwi Cahyo Suprabowo, S.Ked
(J510155003)
CASE REPORT
SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 43 TAHUN DENGAN HAEMOROID
INTERNA
Disusun Oleh:
Dwi Cahyo Suprabowo, S.Ked
(J510155003)
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Bambang, Sp. B
( ..........................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Bamabang, Sp. B
( ..........................................)
( ...........................................)
BAB I
STATUS PASIEN
I IDENTITAS PASIEN
II
a) Nama
: Ny. K
b) Jenis Kelamin
: Perempuan
c) Umur
: 43 tahun
d) Alamat
: Ponorogo
e) Agama
: Islam
f) Suku
: Jawa
g) Pekerjaan
: Petani
h) Tanggal masuk RS
: 30 Desember 2015
i) Tanggal pemeriksaan
: 31 Desember 2015
j) Tanggal Operasi
: 31 Desember 2015
ANAMNESA
A Keluhan utama
BAB keluar darah
B Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita datang ke RSUD dr. Harjono Ponorogo dengan
keluhan BAB bercampur dengan darah. Awalnya pasien mengalami
kesulitan dalam BAB dan terus menerus mengeden sehingga keluar
darah. Keluhan tersebut dirasakan sudah 6 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan BAB bercampur darah tersebut terjadi terkadang-kadang
namun akhir-akhir ini sering keluar darah dan terasa sakit saat setelah
BAB. Pasien mengatakan bab darah tersebut darahnya berwarna merah
segar. Setelah bab biasanya terdapat benjolan yang keluar dari anus
pasien. Benjolan tersebut kecil seukuran ujung jari kelingking. Namun,
pasien mengatakan benjolan tersebut bisa hilang dengan sendirinya.
Pasien mengeluhkan setelah bab campur darah tersebut menjadi lemas
dan pantat terasa panas. Keluhan tersebut sangat mengganggu aktifitas
Riwayat Asma
: diakui
Riwayat Alergi
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Maag
: disangkal
: disangkal
Riwayat Trauma`
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E Riwayat Kebiasaan
Merokok
Konsumsi alkohol
: disangkal
: disangkal
F Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal
Sistem Respirasi
Sistem Digestivus
Sistem Urogenital
III
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 31 Desember 2015 di bangsal D
Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
A Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
Vital Sign
TekananDarah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
RR
: 18x/menit
Suhu
B Pemeriksaan fisik
a
Kepala/Leher
Simetris (+), jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom
(-), rhinorea (-), otorhea (-), leher simetris (+), deviasi trakea
(-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar getah bening (-),
normal
Perkusi
Auskultasi
wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi
: Iktus kordis teraba kuat angkat pada SIC V
- Perkusi
: Batas jantung melebar
Batas kiri jantung
Atas : SIC II sinistra di sisi lateral linea
parasternalis sinistra.
Bawah : SIC V sinistra 1 cm sisi lateral linea
midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
Atas : SIC II dextra di sisi lateral linea
parasternalis dextra.
Bawah : SIC IV dextra di sisi lateral linea
parasternalis dextra.
- Auskultasi
Suara
Jantung
I-II
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Rektum/Anal :
- Rectal Toucher : sphincter ani mencengkram kuat, mukosa
-
Ekstremitas
Atas : Clubbing finger (-), edema (-), akral
hangat.
Bawah
hangat.
IV
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A Pemeriksaan Darah Lengkap (29 Desember 2015)
Parameter
WBC
Lymph#
Mid#
Gran#
Lymph%
Mid%
Gran%
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW CV
RDW SD
PLT
MPV
PDW
PCT
CT
BT
GDA
SGOT
SGPT
UREA
CREATININ
Hasil
7,7 x 103 /L
2,6 x103 /L
0,6 x 103 /L
4,3 x 103 /L
36,7 %
8,4%
54,9 %
14,2 gr/Dl
4,75 x 106 /L
44,3 %
93,2 fL
29,9 Pg
32,1 gr/dL
17,8 %
57,0 fL
255 x 103/L
7,9 fL
15,4
2,01 %
7 menit
2 menit
106
24 U/l
20,9 U/l
22,52 mg/dl
1,2 mg/dl
Nilai Normal
4.0 10.0 103 /L
0.8 4.0 103 /L
0.1 0.9 103 /L
2.0 7.0 103 /L
20.0 40.0 %
3.0 9.0 %
50.0 70.0 %
11.0 16.0 gr/dL
3.5 5.5 103 /L
37.0 50.0 %
82.0 95.0 fL
27.0 31.0pg
32.0 36.0 gr/dL
11.5 14.5 %
35.0 56.0fL
100 300 . 103
6.5 12.0 Fl
9.0 17.0
0.108 0.282
5-11menit
1 5 menit
< 140 mg/dl
0-38 U/l
0-40 U/l
10-50 mg/dl
0,7-1,4 mg/dl
V RESUME PASIEN
- BAB bercampur dengan darah segar.
- Pasien merasakan ingin berkemih tapi tidak tuntas, sedikit-sedikit
-
VI
Nocturia
IPSS : 21 (berat)
RT: Kesan ada pembesaran prostat
USG urologi: Benigna Prostat Hiperplasia
: Haemoroid Interna
PLANNING
Planning Diagnosis
Planning Terapi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hemoroid
untuk
mencegah
terjadinya
inkontinensia
(Nisar
dan
Scholefield, 2003).
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan
penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras
secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap
bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang
mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan
menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang
tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti
kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang
10
vasokonstriksi
terjadi
bersamaan
dengan
peningkatan
11
12
perdarahan akibat ulserasi dan trombosis ( Wexner, Person, dan Kaidarperson, 2006)
b. Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang
mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak
dapat terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan
mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid tersebut telah
mengalami trombosis (Canan, 2002). Daerah perianal juga diinspeksi
untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor. Selain itu
ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus dinilai
(Nisar dan Scholefield, 2003).
c. Pemeriksaan penunjang.
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Gejala
hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum
dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk
perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula,
kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan
barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien
dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap
setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).
9. Diagnosa Banding hemoroid
Menurut Kaidar-Person dkk (2007) selama evaluasi awal pasien,
kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala seperti perdarahan rektal,
gatal pada anus, rasa tak nyaman, massa serta nyeri dapat disingkirkan.
Kanker kolorektal dan anal, dan melanoma anorektal merupakan contoh
penyebab gejala tersebut. Dibawah ini adalah diagnosa banding untuk
gejala-gejala diatas:
13
a. Nyeri
1.Fisura anal
2.Herpes anal
3.Proktitis ulseratif
4.Proctalgia fugax
b. Massa
1.Karsinoma anal
2.Perianal warts
3.Skin tags
c. Nyeri dan massa
1.Hematom perianal
2.Abses
3.Pilonidal sinus
d. Nyeri dan perdarahan
1.Fisura anal
2.proktitis
e. Nyeri, massa, dan perdarahan
Hematom perianal ulseratif
f. Massa dan perdarahan
Karsinoma anal
g. Perdarahan
1.Polips kolorektal
2.Karsinoma kolorektal
3.Karsinoma anal
10. Penatalaksanaan Hemoroid
Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan
hemoroid dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan
derajat daripada hemoroid.
Penatalaksanaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi
14
jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obatobatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010) .
Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan
serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang
mendukung hal tersebut. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid,
dan antiseptik dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman
pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari
untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat
membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta
efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya
(Acheson dan Scholrfield, 2008).
Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal
derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka
dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas ) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
15
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis yang dilakukan kepada Tn. R (48 thn) mengeluhkan sulit
kencing spontan sejak 2 minggu yang lalu, pasien merasakan ingin berkemih tapi
tidak tuntas, sedikit-sedikit ke kamar mandi (polakisuria), pancaran urin melemah
kadang hanya menetes, retensio urin (hanya bisa mengosongkan buli dengan
kateter), nocturia. IPSS ( Internasional Prostate Symptome Score) merupakan
indeks pengukuran kuantitif dari WHO (World Health Organization) yang menilai
simptom traktus urinarius bagian bawah pada pasien BPH (Yamamichi et. al,
2015). Pada anamnesis yang menggunakan instrumen IPSS didapatkan skor 21
yang mengartikan ada keluhan tentang prostat yang berat, hasil rectal toucher
yang menunjukkan adanya pembesaran prostat, serta dikonfirmasi dengan
pemeriksaan USG Urologi yang menunjukkan terdapat Benigna Prostat
16
DAFTAR PUSTAKA
Argie D. 2008. Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostate Hyperplasia).
http://argie.health.com (akses tanggal 14 Juni 2015)
Asan M., Alif S., Widodo J.P., 2008. Hubungan antara derajat intravesical
prostatic protussion dengan Q max, volume prostat, dan international
prostate symptome score pada pasien BPH dengan LUTS tanpa
komplikasi. Disertasi.
Dwindra M., Israr Y. A. 2008. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)/ Pembesaran
Prostat Jinak. Ppj. Vol 30.143-45
Kumar V., Abbas A.K., Fausto N., 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis
and Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 1048-51
Mansjuoer Akan, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran, 3rd edition,Jakarta : Media Aesculapius FK-UI, 2000
17
18