1. Definisi
Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak merangsang selaput lendir, sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah
menyebar dengan afinitas Hb 210-300 kali lebih besar daripada afinitas O2
terhadap Hb. CO dapat bersenyawa dengan logam ataupun non-logam. Misalnya
dengan klorin akan membentuk karbonil klorida (COCL). 1
2. Sumber
Gas CO ditemukan pada hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon
dan bhan organic. Sumber terpenting ialah dari kendaraan bermotor yang
menggunakan bensin sebagai bahan bakar ( spark ignition) oleh karena
camburan bahan yang terbakar mengandung bahan bakar yang lebih banyak
daripada udara. Sedangkan pada kendaraan bermotor diesel dengan
compression ignition mengeluarkan sangat sedikit CO. sumber lain dapat berupa
gas arang batu mengandung 5% CO, alat pemanas bahan bakar gas, dan
sebagainya.1
3. Farmakokinetik
CO yang serap melalui paru akan diikat oleh Hb sebagian besarnya namun
secara reversible, artinya ikatan CO dengan Hb tidak tetap, ketika CO telah
terlepas dari Hb maka sel darah merah tidak akan rusak. Sebagian kecil
mengikat diri dengan myoglobin dan protein heme lainnya. Absorsi atau ekskresi
CO ditentu oleh kadar CO dalam udara lingkungan, kadar COHb sebelum
pemaparan, lamanya pemaparan, dan ventilasi paru. Jika orang yang
mengabsorspsi CO dipindahkan ke udara bersih dan dalam keadaan istirahat
maka kadar COHb semula akan berkurang 50 % dalam waktu 4,5 jam. Dalam
waktu 6-8jam darahnya tidak mengandung COHb lagi. Inhalasi O2 dapat
mempercepat ekskresi dari CO dalam waktu 30 menit kadarnya dapar berkurang
setengah dari kadar semula. Bila penderita CO akut dipindahkan ke udara bersih
maka selianjutnya sisa COHb akan berkurang 8-10% setiap jamnya. Hal ini
penting agar dapat dimengerti mengapa kadar COHb dalam darah korban renda
atau bahkan negative saat diperiksa. Sedangkan pada korban dapat
menunjukkan gejala dana tau kelainan histopatologis yang lazim ada pada
korban keracunan CO akut.1
4. Farmakodinamik
CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing dengan O2
dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, myoglobin, sitokrom oksidase
(sitokrom a dan a3) dan sitokrom P-450, peroksidase dan katalase. Yang
palingpenting ialah reaksi CO dengan Hb dan sitokrom a3. Dengan diikatnya Hb
menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga darah menjadi
kurang kemampuannya untuk mengikat O2. Adanya COHb dalam darah
menghambat terbentuknya Oxi-Hb yang akan membuat jaringan menjadi
hypoxia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang merupakan link penting dalam
Gejala-gejala
Tidak ada
Rasa berat pada kening, mungkin sakit kepala ringsn, pelebaran
pembuluh darah subcutan, dispneu, gangguan koordinasi
20-30
Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional
30-40
sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan buram, mual dan
muntah, kollaps
40-50
sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan buram, mual dan
muntah, kollaps (lebih mungkin), pernapasan dan nadi makin
cepat, ataksia
50-60
Sinkop, pernapasan dan nadi makin cepat, koma dengan kejang
yang intermitten. Pernapasan Cheyne stokes.
60-70
Koma dengan kejang, depresi jantung pernapasan, mungkin
mati
70-80
Nadi lemah, pernapasan lambat, gagal pernapasan dan mati
Pada korban koma dapat ditemukan sianosis dan pucat, pernapasan cepat,
mungkin pernapasan Cheyne-stokes, menjelang kematian pernapasan menjadi
lambat. Nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, pupil melebar dan reaksi
cahaya menghilang, suhu badan dibawah normal, tetapi pada keadaan terminal
mungkin malah hipertermia. Pada EKG mungkin dapat ditemukan glombang T
menatar atay negative, tanda insifisiensi coroner, ekstrasistol, dan fibrilasi
atrium. Pada pemeriksaan lab mungkin dapat dijumpai lekositosis, hiperglikemia
dengan glukosuria, albuminuria, dan peninggian SGOT, MDH, dan SDH serum.
Keracunan kronik CO tidak terjadi, akan tetapi pemaparan CO berulang-ulang
1. Definisi
Sianida merupakan racun yang sangat toksik oleh karena dosis kecil sianida
dapat menyebabkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri.
Umumnya kematian akibat keracunan sianida terjadi pada kasus bunuh diri atau
pembunuhan, tetapi mungkin dapat terjadi karena kecelakaan di laboratorium,
pada fumigasi dalam pertanian dan penyemprotan pada gudang perkapalan. 1
2. Sumber
Hydrogen sianida (asam sianida, HCN) merupakan cairan jenih yang bersifat
asam, larut dalam air, alcohol dan eter memiliki titik didih 26,5 derajat C
sehingga mudah menguap pada suhu ruang. HCN memiliki aroma khas amandel
(bitter almonds). HCN dipakai dalam sintesis kimia dan fumigasi gudang-gudang
kapal untuk membunuh tikus. Garam sianida (NaCN dan KCN) dipakai dalam
pengerasan besi dan baja dan dalam proses penyepuhan emas dan perak serta
dalam fotografi. AgCN dipakai dalam pembuatan semir sepatu putih. KFerosianida digunakan dalam bidang fotografi, Acrylonittile digunakan untuk
sintesa karet. CA-Cyanimide untuk pupuk penyubur. Cyanogen (C2N2) dipakai
dalam sintesis kimiawi. Sianida juga dapat ditemukan pada biji tumbuhtumbuhan terutama biji-bijian dari genuh prunus yang mengandung glikosida
sianogenetikatau amygdalin seperti singkong liar, umbi-umbian, temu lawak,
plum, dll.1,2
3. Farmakokinetik
Garam sianida lebuh cepat diabsorpsi pada saluran pencernaan. Cyanogen
dan uap HCN diabsorpsi melalui pernapasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi
melalui kulit tetapi gas HCN lambat. Sedangkan nitril organic cepat diserap
melalui kulit contohnya glikonitril, iminodipropilnitril,dll). Sianida dapat masuk
kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi, dan kulit. Setelah diabsorbsi akan masuk
kedalam sirkulasi darah sebagai sianida yang bebas, dan tidak dapat berikatan
dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin dan akan membentuk
sianmethemoglobin. Sianida dalam tubuh akan menginaktikan beberapa enzim
oksidatif seluruh jaringan, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian
ferri hemegrop dari O2 yang dibawa oleh darah. Sianida juga reflex merangsang
pernapasan dengan bekerja pada ujung saraf sensorik sinus : (kemoreseptor)
sehingga pernapasan bertambah cepat dan menyebabkan gas racun semakin
banyak. Fe++ sitokrom oksidase dengan sianida akan membentuk fe +++ . Jika
ditambah dengan sianida akan membentuk Fe +++ sitokrom oksidase sianida.
Proses oksidase reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi Hb tidak
dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan, sehingga timbul anoksia
jaringan (anoksia histotoksik). Keadaan ini disebut keadaan paradoksal akibat
korban meninggal karena hipoksia tapi dalam darah kaya akan O2. Sianida
dioksida dalam tubuh akan menjadi sianat dan sulfosianat & dikeluarkan tubuh
melalui urin.1
4. Farmakodinamik
Takaran toksik PO utk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan takaran toksik utk
KCN/NACN sekitar 200 mg. kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama
inhalasi akan mennetukan kecepatan timbul gejala keracunan & kematian.
Sekitar 20 ppm menimbulkan gejala ringan setelah beberapa jam, 100 ppm
sangat berbahaya dalam 1 jam, 200-400 ppm meninggal dalam waktu 30 menit,
dan 2000 ppm meninggal seketika. Nilai TLV (nila ambang batas) adalah
11mg/m3 untak gas HCN, sedangkan ambang batas untuk debu sianida adalah
5mg/m3. Kadang korban keracunan sianida yang melebihi dosis letal tetapi tidak
meninggal, hal ini disebabkan adanya daya detoksifikasi tubuh yang berlebihan
dengan mengubah sianida menjadi sianat dan sulfosianat. Dapat juga
disebabkan ansiditas asam lambung yang menyebabkan garam CN yang ditelan
tidak terurai menjadi HCN atau yang dikenal sebagai imunitas Rasputin (telah
dibantah). Kemungkinan lain adalah karena penympanan sianida yang telah
lama sehingga berubah menjadi garam karbonat. 1
5. Tanda dan gejala keracunan
Pada keracunan akut yang ditelan cepat menyebabkan kegagalan
pernapasan & kematian, dapat timbul dalam beberapa menit. Dapat ditemukan
gejala gejala yang dramatis, korban mengeluh terasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, sesak napas, hipersalivasi, mual muntah, sakit kepala,
vertigo, fotofobia, tinnitus, pusing & kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis
daerah wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat & lemah, pernapasan kadang
tidak teratur, pupil dilatasi & reflex melambat, udara pernapasan berbau
amandel, dari muntahan tercium bau amandel. Menjejlang kematian, sianosis
lebih jelas, timbul kedut otot, kejang dengan inkontinensia urin & alvi. Racun
yang di inhalasi dapat menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual
muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut & kerongkongan, pusing &
kelemahan ekstremitas cepat timbul & kemudian kolaps, kejang, dan meninggal.
Keracunan keronik, korban tampak pucat, keringat dingin, pusing, rasa tidak
enak diperut, mual & kolik, rasa tertekan di dada & sesak napas. Pada keracunan
sianida kronik dapat menyebabkan goiter & hipotiroid oleh karena terbentuknya
sulfosianat. Calcium cyanimide akan menghambat aldehida oksidase, sehingga
toleransi terhadap alcohol menurun. Gejalanya berupa sakit kepala, vertigo,
sesak napas & meninggal akibat gagal napas. 1,2
6. Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Pada pemeriksan bagian luar jenasah terhadap korban mati tercium amandel
dengan menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
Sianosis pada wajah & bibir, busa keluar dari mulut, & lebam mayat berwarna
merah terang, karena darah vena kaya akan oksi-Hb. Tetapi ada pula yang
mengatakan karena terdapat Cyan-Met-Hb (Abdullah Fatteh). Warna lebam yang
merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan sianida, ditemukan
pula kasus kematian akibat sianida dengan warna lebam mayat yang berwarna
biru-kemerahan, livid. Hal ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunan.
Pada pemeriksaan bedah jenasah, dapat tercium bau amandel sat membuka
ronga dada, perut & otak serta lambung (bila racun melalui mulut). Darah, otot
& penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya hanya
ditemukan tanda asfiksia pada organ tubuh. Pada korban yang menelan garam
alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi &
berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali & pada perabaan
mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang
dapat terjadi antemortal atau posmortal. 1,2
7. Pemeriksaan Laboratorium
Uji kertas saring. Kertas saring dicelupkan kedalam asampikrat jenuh, biarkan
hingga lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan
agak mongering, kemudian teteskan Na2CO3 10% 1 tetes. Uji positif bila
terbentuk warna ungu.kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HJO3 1 %
kemudian didalam larutan kanji 1% dan keringkan. Kemudian kertas saring
tersebut dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai untuk
pemeriksaan masal pekerja yang diduga kontak dengan sianida. Caranya
dengan membasahkan kertas dengan ludah dibawah lidah. Uji positif bila
berubah menjadi warna biru, jika berwarna biru muda berarti hasilnya
meragukan, dan warna merah muda jika tidak ada keracunan. Kertas saring
dicelupkan dalam larutan KCL, dikeringkan dan dipotong-potong kecil. Kertas
tersebut dicelupkan kedalam darah korban, bila positif berubah menjadi warna
merah terang (sianmethemoglobin).1.2
Reaksi Schonbein-Pagenstecher (reaksi Guajacol), bahan yang digunakan
ialah isi lambung sebanyak 50 mg, botol erlen meyer, kertas saring, larutan
guajacol 10%, alcohol, larutan CuSO4 0,1%, dan asam tartrat (bila isi lambung
alkalis). Pada reaksi ini bila hasilnya positif akan membentuk warna biru hijau
pada kerta saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapat bila isi
lambung mengandung klorin, nitrogwn oksida atau ozon sehingga reaksi ini
hanya untuk skrinning.1
Reaksi Prussian blue. Bahan yang digunakan isi lambung didestilisasi dengan
destilator, 5 ml destilat, 1 ml NaOH 50% 3 tetes FeSO4 10% rp, 3 tetes FeCl3 5%,
HCL pekat ditetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3 hingga endapan larut dan
terbetuk warna biru berlin.1
Cara Gettler Goldbaum. Bahan yang digunakan 2 buah flange, kertas saring,
larutan FeSO4 10%, NaOH 20%. Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada
kertas saring menjadi warna biru.1
8. Pengobatan
Jika seseorang keracunan secara inhalasi dan masih hidup dapat dilakukan
langkah-langkah berikut: pindahkan orang tersebut di udara bersih, berikan amilnitrit dengan inhalasi 1 ampul (o,2 ml) tiap 5 menit, berikan pernapasan buatan
dengan 100% oksigen atau oksigen hiperbarik, ntidotum berupa natrium nitrit
3% i.v segera dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit, Natrium tiosulfat 25% i.v
diberikan setelah pemberian natrium nitrit, Hidroksokobalamin dianjurkan untuk
antidotom keracunan kronik. Pada keracunan sianida yang ditelan lakukan
tindakan darurat dengan pemberian inhalasi amil-nitrit 1 ampul dalam waktu 3
menit selama 5 menit, bilas lambung setelah pemberian antidotum nitrit dan
Daftar pustaka
1. Budiyanto, A.,Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., Idries, AM., Sidhi, dkk. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 1997: .h.87100.
2. Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum.
2008.h.289-92.