Ciri-ciri asfiksia umum yaitu lebam mayat biasanya luas dan lebih gelap akibat banyaknya
HbCO2 dan terhambatnya proses pembekuan darah. Sianosis pada mukosa bibir dan ujung-ujung
jari. Adanya busa halus, putih, terkadang kemerahan pada saluran nafas akibat fenomena kocok
(shacking phenomone) terhadap secret yang berlebihan disertai pecahnya dinding kapilersaluran
napas termasuk alveoli. Pembendungan darah vena, dengan darah yang relative encer.
Perbendungan yang disertai dengan keadaan hipoksia jaringan akan mengakibatkan pecahnya
kapiler, terutama pada jaringan penyokong longgar bermanifestasi sebagai titik perdarahan
(Tradieus spot) misalnya konjungtiva pleura, pericardium. Tanda khusus asfiksia mekanis
haruslah dimulai pada tempat kejadian perkara terutama dititik beratkan pada bagian leher,
hidung atau mulut, oleh karena asfiksia mekanik sering diasosiasikan dengan kematian yang
tidak wajar. Jenis-jenis asfiksia mekanik ialah pembekapan, penyumbatan, penjeratan,
pencekikan, dan gantung.1
Pencekikan merupakan penekanan leher dengan tangan yang akan menyebabkan dinding
saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara
pernapasan tidak dapat lewat. Pada kasusu pencekikan hamper selalu akibat pembunuhan dan
tidak mungkin akibat bunuh diri. Tanda khas yang cukup sering nampak ialah adanya kekerasan
tumpul bekas memar otot-otot jari pada leher dan tanda lecet berbentuk bulan sabit (bekas kuku).
Patahnya tulang rawan gondok atau lidah lebih sering dibandingkan gantung diri/penjeratan
(oleh karena arah dari depan).2
Ada 2 mekanisme kematian pada pencekikan , yaitu : Asfiksia terjadi akibat terhambatnya
aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian yang paling sering. Refleks vasovagal,
karena perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang mengakibatkan henti
jantung.1,2
Gambaran Post Mortem Penjeratan1-3
1
Tanda Perbendungan pada muka dan kepala karena tertekannya pembuluh darah arteri
superficialis dan vena
Tanda-tanda kekerasan pada leher biasanya bervariasi tergantung cara mencekiknya misalnya
adanya luka lecet pada kulit (kecil, dangkal, dan berbentuk bulan sabit yang berasal
penekanan kuku) merupakan petunjuk yang dapat menentukan bagaimana posisi tangan saat
mencekik.
Tanda-tanda Asfiksia
Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan edema. Sering
ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus pencekikan jika mekanismenya
asfiksia biasanya didapatkan tanda-tanda umum asfiksia.
Lebam Mayat
Lokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati. Perhatikan
jika ada memar pada korban yang merupakan tanda-tanda perlawanan dan bedakan dengan
lebam mayatnya.
Tanda-tanda Asfiksia ialah terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,
terdapat buih halus di mulut, didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang
meninggi.
Terdapat memar pada otot bagian dalam leher. Memar otot strenokleidomastoideus
lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan langsung oleh karena kontraksinya yang
kuat ketika korban melawan.
didapatkan adanya pembengkakan dan memar pada wajah yang dapat dicurigai adanya
penekanan pada bagian leher yang mengakibatkan perbendungan dari vena dan arteri. Jejas jerat
yang melingkari leher dengan simpul didaerah kiri belakang yang membentuk sudut keatas.
Sebagaimana yang diketahui jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul membentuk sudut
keatas mengindikasikan kasus gantung dengan berbagai kemungkinan cara kematian seperti
bunuh diri maupun pembunuhan yang dibuat seolah-olah bunuh diri. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan adanya sedikit resapan darah pada otot leher sisi kiri dapat dicurigai adanya tanda
kekerasan pada bagian leher sisi kiri tersebut namun tidak spesifik serta terdapat patah ujung
rawan gondok yang mengindikasikan adanya penekanan yang keras pada bagian tersebut. Sedikit
busa halus pada saluran pernafasan dan adanya sedikit bintik-bintik perdarahan pada paru-patu
dan jantung yang merupakan tanda asfiksia umum.
Daftar pustaka
1.Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum.
2008.h.151-6.
2. Budiyanto, A.,Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., Idries, AM., Sidhi, dkk. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 1997: .h.55,
59-63.
3. Staf Pengajar Bagian Forensik FKUI. Teknik Autopsi Foresik. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Indonesia; 2000: h.63.