Anda di halaman 1dari 10

HIGHLIGHT

Mengenal Proses Pengolahan Air Bersih


Published: 18.09.14 20:20:04
Updated: 18.06.15 00:19:02
Hits : 2,156
Komentar : 5
Rating : 3

Dok Pribadi/Pipa intake milik ATB.


Hampir semua dari kita pasti pernah menggunakan atau mengkonsumsi air bersih yang diolah
oleh Perusahaan Air Minum (PAM) atau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun
pernahkan tahu bagaimana PAM/PDAM tersebut mengolah air baku menjadi air bersih yang
layak konsumsi?

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Duriangkang, salah satu IPA yang dikelola oleh PT. Adhya Tirta Batam (ATB). Selain
berkeliling melihat secara langsung proses pengolahan air, saya juga berkesempatan
mengobrol cukup banyak dengan bapak/ibu yang bertugas di bagian produksi ATB.

Dok Pribadi/Salah satu bangunan intake yang dikelola ATB


Melalui obrolan-obrolan ringan tersebut saya baru tahu bahwa proses memproduksi air baku
menjadi air bersih yang layak konsumsi ternyata hanya memerlukan waktu kurang dari tiga
jam, tepatnya sekitar 180 menit. Padahal ada cukup banyak tahapan yang harus dilalui agar
air baku tersebut benar-benar layak untuk dikonsumsi sesuai dengan ketentuan World Health
Organization (WHO) ataupun Permenkes RI.

Dok Pribadi/Aerator untuk menambah oksigen di badan air.


Tahapan pertama proses pengolahan air adalah mengambil air dari dam melalui pipa intake.
Air baku yang diambil dari dam tersebut selanjutkan akan dipancarkan melalui aerator untuk
mengurangi bau seperti bau lumpur, lumut dll, menambah oksigen pada badan air, dan
mengoksidasi kandungan di badan air.

Dok Pribadi/Kotoran air yang menggumpal setelah diberi koagulan/zat kimia.


Agar bakteri di air baku tersebut mati, petugas akan membubuhkan klorin. Setelah itu, air
akan dicampur dengan beberapa zat kimia lain. Umumnya ada dua jenis kotoran yang
terkandung dalam air, yakni partikel diskrit yang secara alami dapat mengendap dengan
sendirinya dalam waktu yang cukup singkat, dan partikel koloid yang sangat kecil dan ringan
dan bila menunggu mengendap secara alami memerlukan waktu hingga 100 tahun (katanya
petugas itu =D).

Dok Pribadi/Beberapa pengunjung saat memperhatikan air pada proses


sedimentasi/pengendapan
Setelah dibubuhi zat kimia, partikel koloid maupun diskrit akan membentuk gumpalan.
Gumpalan yang umumnya berwarna coklat atau hijau tersebut akan dipisahkan dari air.
Sementara, air yang sudah terpisah dari kotoran diskrit maupun koloid akan melewati tahap
berikutnya, yakni tahap pengendapan/penjernihan.

Dok Pribadi/Air yang sudah berada dalam tahap penyaringan.


Setelah melalui tahap pengendapan/penjernihan, air baku tersebut akan melewati tahap
penyaringan. Hal tersebut dilakukan agar air benar-benar bersih, tidak ada lagi kotorankotoran kecil dan kasat mata yang lolos terdistribusikan kepada pelanggan.

Dok Pribadi/Ground tank untuk menyimpan air bersih yang sudah diolah sebelum
diditribusikan kepada pelanggan
Setelah melewati tahap penyaringan, air baku yang sudah diolah menjadi air bersih tersebut
akan disimpan di tanki penyimpanan sementara (ground tank) setelah sebelumnya kembali
dibubuhi klorin untuk memastikan kuman-kuman yang ada di dalam air mati, air yang sudah
siap konsumsi tersebut kemudian di simpan di tanki reservoir, setelah itu baru didistribusikan
kepada pelanggan, dalam hal ini pelanggan ATB yang tersebar di Pulau Batam.

Dok Pribadi/Alat untuk mengukur pembubuhan klorin pada air baku.


Untuk memastikan air yang diolah sesuai dengan standar WHO dan Permenkes RI, petugas
ATB secara berkala (biasanya setiap dua jam) akan mengambil sampel air di IPA untuk dicek,
baik kadar Ph, warna, kekeruhan, hingga hal-hal lain yang diperlukan.

Dok Pribadi/Klorin yang digunakan ATB. Bentuknya berupa gas dan disimpan di tabung
seperti gas untuk memasak, hanya saja ukurannya lebih besar.
Bahan kimia yang biasanya digunakan oleh operator penyedia air bersih di Kota Batam
tersebut berupa zat kimia koagulan seperti tawas, PAC, dan koagulan pembantu lainnya, zat
kimia untuk menaikan Ph seperti soda ash dan kapur, dan disinfektan seperti kaporit, klorin,
dan PW 55.

Dok Pribadi/Alat otomatis untuk membubuhkan bahan kimia.


Untuk memproduksi 1m3 air bersih, ATB membutuhkan biaya sekitar Rp3.500. Harga
tersebut lebih tinggi dari harga jual air bersih kepada pelanggan rumah tangga yang hanya
Rp2.000/m3 untuk 20m3 pertama.

Meski dijual lebih rendah ke pelanggan dominan, ATB masih tetap mendapatkan marjin yang
cukup untuk mengelola perusahaan air bersih tersebut karena ke pelanggan industri, niaga,
pelabuhan dll, dijual lebih tinggi. Ada subsidi dari kategori pelanggan lain sehingga tidak
terlalu memberatkan, apalagi kawasan industri di Kota Batam cukup banyak. (*

Anda mungkin juga menyukai