Indonesia
Pendahuluan
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terusmenerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang
yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta
kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian.1 Jika kita masukkan
juga kasus penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meningeal
setiap tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan
terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka
sebenarnya karena laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak dapat reliabel.1
Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu
kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana
permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan
tenaga manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor
produksi lainnya. Tanpa pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan
dan pengembangan faktor produksi lainnya, tidak akan punya arti apa-apa ditinjau dari
produktivitas kerja di perusahaan.2
Kecelakaan kerja pada manusia bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di
sisi majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan
trauma bagi keduanya: bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga,
dan kualitas hidupnya, sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu
terbuang untuk penyelidikan, dan yang terburuk biaya untuk proses hukum.3
Pembahasan
Di suatu perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, mempunyai proyek
pembangunan mall dimana karyawan yang bekerja sekitar 500 orang terdiri dari berbagai
bidang pendidikan dan jabatan. Ada sekitar 200 orang sebagai tenaga pelaksana kasar,
yang pendidikannya hanya SD yang berasal dari desa. Dari laporan tenaga kesehatan di
perusahaan tersebut, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja, terutama yang tersering
adalah tertusuk paku; padahal oleh perusahaan sudah ditetapkan pekerja yang masuk ke
kompleks pembangunan diharuskan memakai helm dan memakai sepatu khusus. Selain
itu, sudah ada sekuriti yang mengawasi pekerja tersebut, tetapi sering kali para karyawan
tidak mematuhi aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut. Sebagai
dokter di perusahaan tersebut, anda diminta untuk melakukan identifikasi kecelakaan
tersebut.
pencegahannya
sering
disertakan
dalam
program
keselamatan
kualitas hidup
- terhadap majikan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian produksi,
kemungkinan proses pengadilan.2
b. Teori Multiple Causation
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak
penyebab. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe action).7
c. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak diantara 3 (tiga)
hal yaitu korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang
kompleks. Untuk itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan,
harus diketahui karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara
detail.7
d. Teori Domino Terbaru
Teori Domino yang terbaru berkembang sekitar tahun 1969. Dalam teori tersebut
diungkapkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah adanya ketimpangan
manajemen. Teori tersebut merupakan pengembangan dari Teori Heinrich yang
menunjukkan bahwa manajemen juga ikut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
kerja.7
e. Teori Reason
Reason menyatakan bahwa kecelakaan terjadi karena adanya lubang dalam system
pertahanan. Sistem pertahanan yang dimaksud adalah pelatihan dan prosedur yang
mengatur kelamatan dan kesehatan kerja.7
f. Teori Frank E Bird Peterson
Kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energy seperti
mekanis, kimia, kinetic, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat
maupun lingkungan.
Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Derek Viner (1998) melalui Konsep Energi.
Konsep ini menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas dan
mengenai si penerima. Seperti kita ketahui bersama bahwa energy di ala mini tersaji
dalam beberapa bentuk misalnya mekanis, kimia, kinetic, radiasi, dan lain-lain. Cedera
terjadi karena energy yang mengenai penerima melebihi ambang batas kemampuan
penerima.7
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada
laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki
adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah
dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu
reaksi lebih cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan
dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah accident prone theory. Teori
ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami
kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada
dalam pribadi yang bersangkutan (ILO,1979)
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan
terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya
bekerrja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja
adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran
otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai
hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi,
lingkungan kerja yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan5
Lokasi/tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu.
Disain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat
kerja yang baik apabila lingkungan kerja aman dan sehat.
Perlatan dan perlengkapan
Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam
perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa
yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian
kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:
1. Bagian-bagian fungsional
2. Bagian-bagian operasional
Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan mengubah
konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan
menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain:
1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.
2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.
3. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.
4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.
5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.
6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.
Shift kerja
Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah
bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja
mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya
lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi
shift kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat
kerja.
Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari
jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga
kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengola-hannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit kese
lamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin,
pesawat, yang aman bagi tcnaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung
jawab dalam penyediaan alat keselamatan/pengaman/pelindung yang cocok serta
menycnangkan bagi tenaga kerja.
Tujuan keselamatan kerja, antara lain:
Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan ber-dayaguna
(efisien)2
Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan
dalam bekerja, yaitu :
Kemanusiaan
Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk
memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini
dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga
mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat.
Oleh karena itu, pengusaha mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerjanya
dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman.
Ekonomi
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi
seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya
santunan kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkahlangkah pencegahan kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada
pekerja, kontraktor juga dapat menghemat biaya yang hams dikeluarkan.
UU dan peraturan
risiko
dengan
Penilaian Resiko8
Pada dasarnya, penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan majikan untuk
dapat mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan
bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko pada saat bekerja.
Regulasi Manajemen (Management Regulations) menempatkan tanggung jawab
khusus di pundak majikan untuk :
Mengidentifikasikan bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
pekerjanya.
Melakukan penilaian risiko yang 'sesuai dan mencukupi' terhadap bahaya yang teridentifikasi.
Memutuskan apa yang 'sesuai dan mencukupi' itu berdasarkan situasi dan kondisi operasinya.
Menentukan lingkup penilaian:
semua perlengkapan, baik yang sedang dipakai maupun yang baru
material dan substansi.
Lebih memprioritaskan perlindungan terhadap seluruh angkatan kerja ketimbang perorangan.
Mempertimbangkan segala risiko dari kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi orang
yang bukan pekerja seperti agen dan para pekerja kontrak, kontraktor, tamu, dan mereka yang
datang karena tugas seperti tukang pos, karyawan perusahaan utilitas, supir pengantar, dan
sebagainya.
Investigasi Kecelakaan
Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II tentang tata
cara pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha
wajib melaporkan kecelakaan kerja yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja,
kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya
lainnya.9
Sasaran3
Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah.
Tidak untuk mencari kambing hitam.
Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang.
Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu:
- membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan sehubungan dengan
klaim yang diajukan korban
- untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan, dan sebagainya.
Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya manfaat jaminan
sosial.
Penyebab kecelakaan3
Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan cedera atau kerusakan.
Penyebab langsungbagian atau komponen yang secara aktual menyebabkan cedera
atau kerusakan.
Akar penyebabtindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak dengan penyebab
langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan melibatkan pemeriksaan urut-urutan
kejadian
dan
pengambilan
keputusan
yang
mengarah
ke
kecelakaan
dan
Manajemen K310
Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan manajemen
K3 sangat penting untuk dij alankan dengan baik dan terarah. Proses industrialisasi
yang
harus
dilakukan
suatu
dengan
melibatkan
banyak
personal,
mulai
dari
Peraturan Perundangan K3
Berikut ini peraturan-peraturan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang berlaku khususnya di Indonesia:
Keputusan Menteri Tentang K311
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : Kep. 155/MEN/1984 Tentang Penyempurnaan
Keputusan Menteri Tenaga Dan Transmigrasi Nomor Kep.125/MEN/82, Tentang
Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehtan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum No.:
Kep.174/MEN/1986. No.: 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang Diagnosis
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.197/MEN/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.: Kep.-75/MEN/2002
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.:Kep.235/MEN/2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan
Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I. No.: Kep.68/MEN/IV/2004
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
Mengenai K3 Umum dan SMK311
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mengenai Kecelakaan Kerja11
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
2. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No. : Kep. 84/BW/1998 Tentang
Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan
Mengenai Kesehatan Kerja11
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980 Tentang:
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. : Per.01/MEN/1981 Tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang Diagnosis
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi
R.I.
No.:
Kep.68/MEN/IV/2004
Tentang
Pencegahan
Dan
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas, dapat kia ketahui bahwa salah satu
faktor terjadinya kecelakaan kerja pada para karyawan yang disebutkan dalam skenario
tersebut adalah tidak mengikuti prosedur kerja yang seharusnya dan dikarenakan
kurangnya faktor pendidikan. Yang mana prosedur-prosedur tersebut sudah tentu tertulis
dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap perusahaan. Oleh
sebab itu, berdasarkan hasil pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan
Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa
Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615
2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materimateri Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya
Medika, 1995. h.71-2, 75-8
3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3.
Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8
4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower
Crane pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;
5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia;
2008
6. Suardi R. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) penting? dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.3-8
7. Teori
Kecelakaan
Kerja.
17
Oktober
2015.
Diunduh
dari:
www.dinsosnakertrans.tulungagung.go.id. 2015
8. Ridley John. Tanggung jawab manajemen dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8
9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009
10. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6,
23-34
11. Lestari MI, Efendi Y. Himpunan Peraturan Perundang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: PortalK3,com