Para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan- telah
menjelaskan makna tawakkal. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali, beliau
berkata : "Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang
ditawakkali) semata". (Ihya' Ulumid Din, 4/259)
Kedua, Dalil Syar'i Bahwa Bertawakkal kepada Allah Termasuk Kunci Rizki
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Hibban, Al-Hakim,
Al-Qudha'i dan Al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Sebagian orang mungkin ada yang berkata : "Jika orang yang bertawakkal kepada
Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari
penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki
kita datang dari langit ?"
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di
rumah atau di masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai
rizkiku datang sendiri'. Maka beliau berkata, 'Ia adalah laki-laki yang tidak
mengenal ilmu. Sungguh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.
Syaikh Abu Hamid berkata : "Barangkali ada yang mengira bahwa makna
tawakkal adalah meninggalkan pekerjaan secara fisik, meninggalkan perencanaan
dengan akal serta menjatuhkan diri di atas tanah seperti sobekan kain yang
dilemparkan, atau seperti daging di atas landasan tempat memotong daging. Ini
adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua itu adalah haram menurut hukum
syari'at. Sedangkan sya'riat memuji orang yang bertawakkal. Lalu, bagaimana
mungkin suatu derajat ketinggian dalam agama dapat diperoleh dengan hal-hal
yang dilarang oleh agama pula ?"
Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, 'Sesungguhnya
pengaruh bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja
untuk mencapai tujuan-tujuannya'.
Footnote :
1. Al-Musnad, no. 205, 1/243 no. 370, 1/313 no. 373, 1/304; Jami'ut Tirmidzi, Kitabuz Zuhud,
Bab Fit Tawakkal 'Alallah, no. 2344, no 2447, 7/7 dan lafazh ini adalah miliknya; Sunan Ibni
Majah, Abwabuz Zuhd, At-Tawakkul wal Yaqin, no 4216, 2/419; Kitabuz Zuhd oleh Ibnu Al-
Mubarak, juz IV, Bab At-Tawakkul wat Tawaddhu' no. 559, hal 196-197; Al-Ihsan fi Taqribi
Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Wara' wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar 'amma Yajibu
'alal Mar'i min Qath'il Qulubi 'anil Khala'iqi bi Jami'il Ala'iqi fi Ahwalihi wa Asbabihi no. 730,
2/509; Al-Mustadzrak 'ala Ash-Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/318; Musnad Asy-Syihab, Lau
Annakum Tatawakkaluna ala' Allah Haqqa Tawakkulihi no. 1444, 2/319; Syarhus Sunnah oleh
Al-Baghawi, Kitabur Riqaa, Bab At-Tawakkul 'ala Allah 'Aza wa Jalla no. 4108, 14/301. Imam
At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits shahih, kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini
(Jami'ut Tirmidzi, 7/8). Imam Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits dengan sanad shahih, tetapi
tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim (Al-Mustadrak 'ala Ash-Shahihain, 4/318). Imam
Al-Baghawi berkata, Ini adalah hadist hasan. (Syarhus Sunnah, 14/301). Dan sanadnya
dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir. (Lihat, Hamisyul Musnad, 1/234). Serta
Syaikh Al-Albani menshahihkannya, (Lihat, Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no. 310, jilid 1, juz
III/12).
2. Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Warra' wat Tawakkul, Dzikrul
Akhbar bin Annal Mar'a Yajibu Alaihi Ma'a Tawakkulil Qalbi Al-Ihtiraz bil A'dha Dhidda Qauli
Man Karihahu, no. 731, 2/510, dan lafazh ini miliknya; Al-Mustadrak Alash Shahihain, Kitab
Ma'rifatish Shahabah, Dzikru Amr bin Umayah Radhiyallahu 'anhu, 3/623. Al-Hafizh Adz-
Dzahabi berkata, Sanad hadist ini 'jayyid'. (At-Talkhis, 3/623). Al-hafizh Al-Haitsami juga
menyatakan hal senada dalam Ajmau'z Zawa'id wa Manba'ul Fawa'id, 10/303. Beliau berkata,
Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari banyak jalan. Dan para pembawa haditsnya
adalah pembawa hadits Shahih Muslim selain Ya'kub bin Abdullah bin Amr bin Umayah Adh-
Dhamari, dan dia adalah tsiqah (terpercaya). (Op. cit, 10/303)
Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Syaikh Dr Fadhl Ilahi, dengan edisi
Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunah hal. 28-35 terbitan Darul Haq,
Penerjemah Ainul Haris Arifin Lc
Para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan- telah
menjelaskan makna tawakkal. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali, beliau
berkata : "Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang
ditawakkali) semata". (Ihya' Ulumid Din, 4/259)
Kedua, Dalil Syar'i Bahwa Bertawakkal kepada Allah Termasuk Kunci Rizki
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Hibban, Al-Hakim,
Al-Qudha'i dan Al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Sebagian orang mungkin ada yang berkata : "Jika orang yang bertawakkal kepada
Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari
penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki
kita datang dari langit ?"
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di
rumah atau di masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai
rizkiku datang sendiri'. Maka beliau berkata, 'Ia adalah laki-laki yang tidak
mengenal ilmu. Sungguh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.
Selanjutnya Imam Ahmad berkata, 'Para sahabat juga berdagang dan bekerja
dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita'. (Dinukil dari Fathul
Bari, 11/305-306)
Syaikh Abu Hamid berkata : "Barangkali ada yang mengira bahwa makna
tawakkal adalah meninggalkan pekerjaan secara fisik, meninggalkan perencanaan
dengan akal serta menjatuhkan diri di atas tanah seperti sobekan kain yang
dilemparkan, atau seperti daging di atas landasan tempat memotong daging. Ini
adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua itu adalah haram menurut hukum
syari'at. Sedangkan sya'riat memuji orang yang bertawakkal. Lalu, bagaimana
mungkin suatu derajat ketinggian dalam agama dapat diperoleh dengan hal-hal
yang dilarang oleh agama pula ?"
Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, 'Sesungguhnya
pengaruh bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja
untuk mencapai tujuan-tujuannya'.
Footnote :
1. Al-Musnad, no. 205, 1/243 no. 370, 1/313 no. 373, 1/304; Jami'ut Tirmidzi, Kitabuz Zuhud,
Bab Fit Tawakkal 'Alallah, no. 2344, no 2447, 7/7 dan lafazh ini adalah miliknya; Sunan Ibni
Majah, Abwabuz Zuhd, At-Tawakkul wal Yaqin, no 4216, 2/419; Kitabuz Zuhd oleh Ibnu Al-
Mubarak, juz IV, Bab At-Tawakkul wat Tawaddhu' no. 559, hal 196-197; Al-Ihsan fi Taqribi
Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Wara' wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar 'amma Yajibu
'alal Mar'i min Qath'il Qulubi 'anil Khala'iqi bi Jami'il Ala'iqi fi Ahwalihi wa Asbabihi no. 730,
2/509; Al-Mustadzrak 'ala Ash-Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/318; Musnad Asy-Syihab, Lau
Annakum Tatawakkaluna ala' Allah Haqqa Tawakkulihi no. 1444, 2/319; Syarhus Sunnah oleh
Al-Baghawi, Kitabur Riqaa, Bab At-Tawakkul 'ala Allah 'Aza wa Jalla no. 4108, 14/301. Imam
At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits shahih, kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini
(Jami'ut Tirmidzi, 7/8). Imam Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits dengan sanad shahih, tetapi
tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim (Al-Mustadrak 'ala Ash-Shahihain, 4/318). Imam
Al-Baghawi berkata, Ini adalah hadist hasan. (Syarhus Sunnah, 14/301). Dan sanadnya
dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir. (Lihat, Hamisyul Musnad, 1/234). Serta
Syaikh Al-Albani menshahihkannya, (Lihat, Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no. 310, jilid 1, juz
III/12).
2. Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa'iq, Bab Al-Warra' wat Tawakkul, Dzikrul
Akhbar bin Annal Mar'a Yajibu Alaihi Ma'a Tawakkulil Qalbi Al-Ihtiraz bil A'dha Dhidda Qauli
Man Karihahu, no. 731, 2/510, dan lafazh ini miliknya; Al-Mustadrak Alash Shahihain, Kitab
Ma'rifatish Shahabah, Dzikru Amr bin Umayah Radhiyallahu 'anhu, 3/623. Al-Hafizh Adz-
Dzahabi berkata, Sanad hadist ini 'jayyid'. (At-Talkhis, 3/623). Al-hafizh Al-Haitsami juga
menyatakan hal senada dalam Ajmau'z Zawa'id wa Manba'ul Fawa'id, 10/303. Beliau berkata,
Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari banyak jalan. Dan para pembawa haditsnya
adalah pembawa hadits Shahih Muslim selain Ya'kub bin Abdullah bin Amr bin Umayah Adh-
Dhamari, dan dia adalah tsiqah (terpercaya). (Op. cit, 10/303)
Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau'il Kitab was Sunnah oleh Syaikh Dr Fadhl Ilahi, dengan edisi
Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur'an dan As-Sunah hal. 28-35 terbitan Darul Haq,
Penerjemah Ainul Haris Arifin Lc
Untuk pertanyaan, saran dan kritikan yang berkaitan dengan homepage ini, silakan hubungi kami
Tested under IE 5.x, Opera 5.x, Mozilla 0.9.x and Netscape 4.7x