Anda di halaman 1dari 6

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No.

2 Juli-Desember 2010; 8-13

Research Report
Efektivitas lama perendaman cetakan polyviniyl siloxane dalam ekstrak
daun salam terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutans
(Efefectivity of Polyvinyl Siloxanes Immersion Length in Bay Leaf Extract to
The Growth of Streptococcus mutans)
Rizqi Aulia Kusuma Andini1, Eha Djulaeha2, Mefina Kuntjoro2
1
Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Gigi
2
Staf Pengajar Departemen Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background: Polyvinyl siloxane impression materials have applications in a variety of indirect procedures in
prosthodontics and restorative dentistry. Favourable handling properties, good patient acceptance and excellent physical
properties have resulted in its popularity in todays practice. Transmission of the oral cavity bacteria can occur during the
making of impression in the patient's mouth. Oral cavity microorganisms can be brought on by making the impression
because of its adsorption on the surface of an impression. To prevent transmission of bacteria, polyvinyl siloxane impression
needs to be disinfected. Purpose: The aim of this study is to find out the soaking duration of polyvinyl siloxane impression in
the bay leaf extract (Eugenia polyantha) 25%, which is effective in inhibiting the growth of Streptococcus mutans. Method:
Sterilized polyvinyl siloxane impression, contaminated by the Streptococcus mutans, then soaked in bay leaf extract 25% for
3 minutes, 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes. As control, polyvinyl siloxane impression, contaminated by Streptococcus
mutans soaked in sterile distilled water. Then the sample put into a tube containing of BHIB (Brain Heart Infusion Broth).
Taken from each tube 0,1 ml of bacterial, and cultured on TYC (Trypton Yeast Cystein) media. After incubation, calculate the
number of Streptococcus mutans colonies. This research was conducted six times. Result: Polyvinyl siloxane impressions
soaking in bay leaf extracts 25% for 3 minutes, 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes showed decreased number of
Streptococcus mutans colonies embedded in polyvinyl siloxane impression compared with the control group. Conclusion:
The longer period of immersion polyvinyl siloxane impression in bay leaf extract 25%, hence more effective in inhibiting the
growth of Streptococcus mutans.
Keywords: polyvinyl siloxane, bay leaf extract, Streptococcus mutans
Korespondensi (correspondence): Rizqi Aulia Kusuma Andini, Mahasiswa S1, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Jln. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 47, Surabaya, 60132, Indonesia. Email: kiiqii.aulia@yahoo.com

PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan suatu penyakit
multifaktorial dimana bakteri memiliki peran yang
sangat penting, di antara sejumlah besar spesies
bakteri yang terdapat dalam plak gigi, antara lain
Actinomyces, Streptococcus, dan Lactobacilli.1
Streptococcus mutans menjadi yang paling
banyak menyebabkan gigi berlubang (karies gigi)
dari semua Streptococcus oral yang lain.
Streptococcus mutans bertahan hidup dari suatu
kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula yang
dimetabolisme dari sumber energi, mikroba
menghasilkan asam yang menyebabkan rongga
pada gigi.2
Bahan cetak polyvinyl siloxane telah dikenal
sejak tahun 1970. Sejak saat itu, polyvinyl siloxane
digunakan dalam fixed prosthodontics, removable
prosthodontics, kedokteran gigi operatif, dan
kedokteran gigi implan. Polyvinyl siloxane
disajikan dalam dua bentuk pasta (basis dan
akselerator) yang dapat diaduk secara manual

dengan spatula atau dikeluarkan dari dua cartridge


dan dicampur dalam jumlah yang sama untuk
penggunaannya. Polyvinyl siloxane sangat digemari
oleh dokter gigi dan dapat diterima dengan baik
oleh pasien karena bahan ini bersih, tidak berbau,
dan tidak berasa.3
Transmisi
bakteri
rongga
mulut
(Streptococcus mutans) dapat terjadi pada saat
pembuatan cetakan dalam rongga mulut penderita.
Mikroorganisme rongga mulut dapat terbawa pada
cetakan
oleh
karena
adanya
adsorbsi
mikroorganisme pada permukaan cetakan yang
merupakan suatu proses kimia-fisik yaitu melalui
ikatan polar-polar.4
Perlekatan bakteri (Streptococcus) pada
cetakan dapat menyebabkan infeksi silang, terutama
pada konjungtiva mata. Konjungtiva selalu
berhubungan dengan dunia luar, kemungkinan
konjungtiva terinfeksi dengan mikroorganisme
sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film pada konjungtiva yang
berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2010; 8-13


bahan-bahan yang toksik. Di samping itu tear film
juga mengandung beta lysine, lysozym, IgA, IgG
yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
kuman. Apabila terdapat mikroorganisme patogen
yang menembus pertahanan tersebut maka dapat
terjadi infeksi konjungtiva dan akhirnya terjadi
konjungtivitis.5
Salah satu kemampuan obat tradisional adalah
sebagai antibakteri. Tanaman Salam (Eugenia
polyantha) merupakan tanaman asli Asia Tenggara
yang banyak ditemukan di Burma, Malaysia dan
Indonesia. Daun dari tanaman Salam biasanya
digunakan untuk penyedap aroma masakan. Daun
Salam (Eugenia polyantha) juga dapat digunakan
sebagai obat katarak, stroke, asam urat, kolesterol,
diabetes, gatal-gatal, dan radang lambung.6
Dari suatu penelitian yang dilakukan dengan
metode eksperimental laboratorik, membuktikan
efek antibakteri infusa daun Salam (Eugenia
polyantha) secara deskriptif dengan metode
modifikasi Kirby Bauer dalam berbagai konsentrasi
terhadap Vibrio cholerae dan Escherichia coli
enteropatogen, didapatkan bahwa infusa daun
Salam (Eugenia polyantha) bersifat bakterisid
terhadap Vibrio cholerae dan Escherichia coli
enteropatogen.6
Telah dilakukan pula uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
dengan menggunakan metode bioautografi.
Penyarian bahan aktif dari serbuk daun Salam
(Eugenia
polyantha)
dilakukan
dengan
menggunakan pelarut petroleum eter, etanol dan
akuades. Dari ketiga ekstrak tersebut hanya ekstrak
daun Salam dengan pelarut akuades yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
mulai pada kadar 40%. Sedangkan yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus adalah ekstrak daun Salam dengan pelarut
etanol pada kadar 20% dan ekstrak daun Salam
dengan pelarut akuades pada kadar 40%.7
Telah diketahui manfaat ekstrak daun Salam
(Eugenia
polyantha)
dalam
menghambat
pertumbuhan
beberapa
bakteri
seperti
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dari
penelitian pendahuluan yang telah dilakukan,
diketahui bahwa ekstrak daun Salam (Eugenia
polyantha) efektif menurunkan jumlah koloni
Streptococcus mutans pada konsentrasi 25%
dengan lama perendaman 10 menit. Oleh karena
itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian
tentang pengaruh lama perendaman cetakan
polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun Salam
(Eugenia polyantha) 25% terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Waktu rendam yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain selama 3
menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit, sesuai
dengan penelitian sebelumnya, mengenai pengaruh
perendaman cetakan alginat dalam seduhan teh
hijau terhadap pertumbuhan mikroorganisme

rongga mulut, hal ini dikaitkan dengan adanya


beberapa kandungan yang sama antara daun Salam
(Eugenia polyantha) dan daun teh, antara lain
minyak atsiri, polifenol, dan tanin. Penelitian yang
akan dilakukan adalah untuk mengetahui tentang
khasiat ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha)
dalam
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus mutans pada cetakan polyvinyl
siloxane. Bentuk sediaan ini dalam bidang
prostodonsia dapat digunakan sebagai desinfeksi
cetakan, gigi tiruan akrilik atau sebagai obat
kumur.8
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental laboratoris. Lokasi penelitian ini
adalah di Laboratorium Bahan Alam Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga untuk pembuatan
ekstrak daun Salam; Klinik Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga untuk
pembuatan cetakan polyvinyl siloxane; dan
Laboratorium Mikrobiologi Bagian Oral Biology
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
untuk uji kepekaan. Sampel penelitian ini berupa
Cetakan polyvinyl siloxane yang dipotong dengan
scalpel berbentuk persegi dengan tebal dan ukuran
yang sama, yaitu 1x1 cm. Semua alat dan bahan
yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya
disterilkan dalam autoclave dengan menggunakan
suhu 121C selama 18 menit. 3,9
Untuk mendapatkan ekstrak daun Salam,
peneliti membuat dengan cara sebagai berikut Daun
Salam segar dipisahkan dari batangnya kemudian
dicuci bersih, dikeringkan, lalu digiling hingga
halus lalu ditimbang sebanyak 519 gram. Serbuk
kering daun Salam direndam dengan 2500 ml
etanol 96% sampai semua serbuk kering terendam,
selama 24 jam kemudian disaring dengan corong
Buchner dan akan didapatkan filtrat yang terpisah
dari ampasnya. Ampas tersebut direndam kembali
dengan 1750 ml etanol 96% selama 24 jam,
kemudian dilakukan perendaman kembali pada
ampas dengan 750 ml etanol 96%. Filtrat yang
didapat dari tiga kali perendaman dikumpulkan
kemudian
dilakukan
pemekatan
dengan
menggunakan rotary evaporator. Setelah diperoleh
ekstrak daun Salam 100%, dilakukan pengenceran
ekstrak dengan menggunakan akuades steril untuk
mendapatkan ekstrak daun salam 25%.10
Kultur Streptococcus mutans yang akan
dipakai diambil dari stok Streptococcus mutans
yang baru diisolasi dengan cara diambil satu oese
Streptococcus mutans, kemudian ditanam pada
media TYC agar. Penanaman dilakukan pada
suasana anaerob, pada suhu 37C selama 48 jam.
Streptococcus mutans diambil dan ditanam ulang
pada media BHIB.
Setelah didapatkan ekstrak daun Salam 25%,
dilakukan uji kepekaan. Sampel disterilkan dalam
autoclave 121C selama18 menit kemudian

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2010; 8-13


direndam dalam saliva steril selama 1 jam. Sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi suspensi
Streptococcus mutans kemudian diinkubasi (suhu
37C selama 24 jam). Sampel diambil kemudian
direndam dalam ekstrak daun Salam 25% selama 3
menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Sebagai
kontrol, cetakan polyvinyl siloxane yang telah
dikontaminasi bakteri Streptococcus mutans
direndam dalam akuades steril. Dari setiap tabung
sampel diambil, kemudian diirigasi dengan akuades
steril. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi
BHIB 5 ml, lalu divibrasi. Dari setiap tabung
diambil 0,1 ml biakan bakteri. Ditanam pada media
TYC agar, diinkubasi pada suhu 37C selama 48
jam. Setelah 48 jam, dilakukan perhitungan jumlah
koloni Streptococcus mutans
Analisis statistik pada hasil penelitian ini
dilakukan dengan uji Oneway Anova untuk melihat
perbedaan antara lama perendaman masing-masing
waktu. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD
dengan Post Hoc Test.

Mean: Rata-rata;
SD: Simpang baku
Perlakuan dilakukan 6 kali dengan hasil yang
berbeda sehingga diperoleh data yang berupa angka
rerata dalam Tabel 1 yang menunjukkan jumlah
pertumbuhan koloni Streptococcus mutans pada
media TYC agar dengan waktu perendaman yang
berbeda.
Dari Tabel 1 tampak bahwa dengan
perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) 25%
selama 3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit
menunjukkan
penurunan
jumlah
koloni
Streptococcus mutans yang melekat pada cetakan
polyvinyl siloxane dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
300
200

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian laboratoris mengenai lama
perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) yang
efektif
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus mutans diperoleh setelah melakukan
perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam
ekstrak daun Salam selama 3 menit, 5 menit, 10
menit, dan 15 menit dengan konsentrasi ekstrak
daun Salam yang sama, yaitu 25%.
Tabel 1.

Nilai rerata dan Standard deviasi jumlah


koloni
Streptococcus
mutans
pada
permukaan cetakan polyvinyl siloxane.
Perlakuan
N
Mean
SD
I

293,50

4,81

II
III
IV

6
6
6

283,17
262,00
132,50

3,66
8,92
3,40

32,33

5,47

Keterangan:
I
: perendaman hasil cetakan polyvinyl
siloxane dalam akuades steril selama 3
menit
II : perendama hasil cetakan polyvinyl siloxane
dalam ekstrak daun Salam 25% selama 3
menit
III : perendaman hasil cetakan polyvinyl siloxane
dalam ekstrak daun Salam 25% selama 5
menit
IV : perendaman hasil cetakan polyvinyl siloxane
dalam ekstrak daun Salam 25% selama 10
menit
V : perendaman hasil cetakan polyvinyl siloxane
dalam ekstrak daun Salam 25% selama 15
menit

100
0

Gambar 1. Rerata jumlah koloni Streptococcus mutans.

Penurunan jumlah koloni Streptococcus


mutans terbesar adalah pada cetakan polyvinyl
siloxane yang direndam selama 15 menit. Makin
lama waktu perendaman, tampak semakin
berkurang jumlah koloni Streptococcus mutans
pada cetakan polyvinyl siloxane.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang
bermakna pada pengaruh lama perendaman cetakan
polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun Salam
(Eugenia polyantha) terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans, dapat diketahui melalui uji
statistik. Sebelum dilakukan uji analisis antar
kelompok perlakuan penelitian, dilakukan uji
normalitas pada masing-masing kelompok data
dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov
untuk memastikan data pada masing-masing
kelompok berdistribusi normal.
Tabel 2.

Hasil uji Kolmogorov Smirnov jumlah koloni


Streptococcus mutans pada permukaan
cetakan polyvinyl siloxane

Perlakuan

Mean

I
II
III
IV
V

6
6
6
6
6

293,50
283,17
262,00
132,50
32,33

0,972
0,926
0,949
0,984
1,000

10

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2010; 8-13


Keterangan:
I : perendaman hasil cetakan polyvinyl
siloxane dalam akuades steril selama 3
menit
II : perendama hasil cetakan polyvinyl siloxane
dalam ekstrak daun Salam 25% selama 3
menit
III : perendaman hasil cetakan polyvinyl
siloxane dalam ekstrak daun Salam 25%
selama 5 menit
IV : perendaman hasil cetakan polyvinyl
siloxane dalam ekstrak daun Salam 25%
selama 10 menit
V : perendaman hasil cetakan polyvinyl
siloxane dalam ekstrak daun Salam 25%
selama 15 menit
Mean: Rata-rata;
P
: nilai signifikansi
Pada Uji Kolmogorov Smirnov, tampak nilai
signifikansi dari masing-masing kelompok, yaitu
sebesar 0,972; 0,926; 0,949; 0,984; dan 1,000. Nilai
tersebut lebih besar dari nilai taraf kemaknaan () =
0,05 yang berarti data pada masing-masing
kelompok berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov
Smirnov, dan diperoleh distribusi data normal,
kemudian dilanjutkan dengan uji Oneway Anova.
Dilakukan uji Oneway Anova karena data yang
telah diperoleh berdistribusi normal, memiliki skala
ratio, dan dilakukan untuk menguji perbedaan pada
tiga kelompok atau lebih.
Langkah pertama sebelum dilakukan uji
Oneway Anova adalah dilakukan uji homogenitas
varians (lampiran). Data dikatakan homogen jika
nilai signifikansinya diperoleh (p > 0,05). Pada
hasil pengolahan data diperoleh nilai signifikansi
0,305, yang menunjukkan bahwa variasi data pada
masing-masing kelompok tersebut homogen.
Setelah itu dapat dilakukan uji Oneway Anova
untuk melihat adanya perbedaan yang signifikan
pada setiap kelompok.
Tabel 3. Hasil uji Oneway Anova jumlah koloni
Streptococcus mutans pada cetakan polyvinyl
siloxane
Sumber
variasi

JK

D
b

KT

Sig.

Antar
kelompok
Dalam
kelompok
Total

313013,1

78353,283

1670,413

0,000

1171,167

25

46,847

314184,3

29

Keterangan:
JK
: Jumlah kuadrat
Db
: Derajat bebas
KT
: Kuadrat tengah
F
: F hitung
Sig.
: Signifikansi

Dari Tabel 3, diketahui bahwa hasil dari


pengolahan data pada uji Oneway Anova
menunjukkan p-value sebesar 0,000, nilai ini lebih
kecil dari tingkat signifikansi () = 0,005 (p <
0,005), berarti bahwa ada perbedaan yang
signifikan jumlah koloni Streptococcus mutans
pada cetakan polyvinyl siloxane setelah direndam
dalam akuades steril sebagai kontrol dan ekstrak
daun Salam (Eugenia polyantha) 25% selama 3
menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit sebagai
perlakuan.
Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji
Oneway Anova, serta memastikan pasangan
kelompok mana yang berbeda, dilakukan uji lanjut
dengan Post Hoc Test, dan sebagai hasilya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji
Oneway Anova, serta memastikan pasangan
kelompok mana yang berbeda, dilakukan uji lanjut
dengan Post Hoc Test, dan sebagai hasilya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis statistik Post Hoc Test dari jumlah
koloni Streptococcus mutans terhadap lama
perendaman dalam ekstrak daun Salam
(Eugenia polyantha)25%.

II

III

IV

0,015*

0,000*

0,000*

0,000*

II
III
IV
V

0,015*
0,000*
0,000*
0,000*

0,000*
0,000*
0,000*

0,000*
0,000*
0,000*

0,000*
0,000*
0,000*

0,000*
0,000*
0,000*
-

Keterangan: * = terdapat perbedaan bermakna


Dari analisa statistik Post Hoc Test didapatkan
bahwa nilai signifikansi masing-masing kelompok
adalah lebih kecil dari tingkat signifikansi () =
0,05 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap-tiap
kelompok kontrol serta kelompok perlakuan
PEMBAHASAN
Transmisi bakteri rongga mulut dapat terjadi
pada saat pembuatan cetakan dalam rongga mulut
penderita. Mikroorganisme rongga mulut dapat
terbawa pada cetakan oleh karena adanya adsorbsi
mikroorganisme pada permukaan cetakan yang
merupakan suatu proses kimia-fisik yaitu melalui
ikatan polar-polar. Oleh karena itu perlu dilakukan
desinfeksi untuk mencegah penyebaran bakteri.4,11
Perlekatan bakteri (Streptococcus) pada
cetakan dapat menyebabkan infeksi silang, terutama
pada konjungtiva mata. Kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar
karena konjungtiva selalu berhubungan dengan
dunia luar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film yang berfungsi untuk

11

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2010; 8-13


melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang
toksik. Apabila terdapat mikroorganisme patogen
yang menembus pertahanan tersebut maka dapat
terjadi infeksi konjungtiva.5
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme
patogen. Desinfeksi dapat dicapai salah satunya
dengan perendaman suatu cetakan dalam larutan
kimia yang bersifat antibakteri selama 390 menit
tergantung bahan yang digunakan. Waktu
perendaman
yang
lebih
panjang
dapat
menyebabkan distorsi pada cetakan karena
masuknya cairan dan disertai mengembangnya
material.3,11
Pada penelitian ini dilakukan perendaman
cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun
Salam (Eugenia polyantha) dengan konsentrasi
25% selama 3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15
menit untuk melihat adakah pengaruhnya terhadap
koloni Streptococcus mutans yang melekat pada
cetakan polyvinyl siloxane. Koloni Streptococcus
mutans dapat dilihat pada media TYC agar.
Konsentrasi ekstrak daun Salam (Eugenia
polyantha) yang digunakan adalah 25%,
berdasarkan atas penelitian pendahuluan yang telah
dilakukan, yang menunjukkan bahwa dengan
konsentari 25% ekstrak daun Salam (Eugenia
polyantha) sudah efektif menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Perendaman selama
3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit
berdasarkan atas penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh perendaman cetakan alginat dalam
seduhan teh hijau terhadap pertumbuhan
mikroorganisme rongga mulut.8
Dari penelitian laboratoris ini didapatkan
bahwa ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha)
25% mampu mengahambat koloni Streptococcus
mutans yang melekat pada cetakan polyvinyl
siloxane. Hasil penelitian dari pengaruh lama
perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) 25%,
tampak adanya penurunan jumlah koloni bakteri
Streptococcus mutans dari kelompok kontrol
positif, perendaman selama 3 menit, 5 menit, 10
menit, dan 15 menit. Pada perendaman selama 3
menit, menunjukkan adanya penurunan jumlah
koloni yang bermakna, sehingga diketahui bahwa
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) 25% telah
dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus
mutans, dengan semakin lama perendaman cetakan
polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun Salam
(Eugenia polyantha) 25%, maka semakin sedikit
koloni Streptococcus mutans yang melekat pada
cetakan polyvinyl siloxane.
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa daya kerja anti mikroba
tergantung dari konsentrasi bahan antiseptik, waktu,
dan suhu. Waktu kerja bahan antiseptik adalah

waktu yang dibutuhkan oleh bahan antiseptik dalam


membunuh mikroorganisme, semakin lama waktu
kerja bahan antiseptik akan semakin efektif.12
Adanya perbedaan yang bermakna antara
kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan
(perendaman dalam ekstrak daun Salam (Eugenia
polyantha) 25% selama 3 menit, 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit) ini kemungkinan disebabkan karena
pada ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha)
terkandung minyak atsiri yang memiliki sifat
antiseptik, antibiotik, antioksidan, serta mempunyai
aktivitas membunuh beberapa bakteri dan jamur.13
Selain itu, daun Salam juga mengandung
fenol. Fenol dan derivatnya dapat menghambat
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
secara aktif, bersifat bakterisid dan bakteriostatik,
bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel
bakteri dan merusak membran sel bakteri.
Mekanisme fenol dalam menghambat pertumbuhan
bakteri adalah dengan cara mengganggu proses
sintesa asam amino dan asam nukleat yang dapat
berakibat langsung terhadap sintesis RNA dan
protein.14
Daya antiseptik tanin disebabkan oleh adanya
gugus pirogalol dan gugus galoil yang merupakan
gugus fenol yang menghambat pertumbuhan bakteri
atau membunuhnya dengan cara bereaksi dengan
sel protein dari sel bakteri sehingga terjadi
denaturasi protein. Adanya koagulasi protein pada
dinding sel bakteri tersebut menyebabkan gangguan
metabolism bakteri sehingga terjadi kerusakan pada
dinding sel tersebut dan akhirnya menyebabkan sel
lisis.15
Adanya penurunan jumlah koloni bakteri
Streptococcus mutans pada perendaman selam 3
menit, 5 menit, 10 menit, hingga 15 menit
menunjukkan bahwa semakin lama perendaman
cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak duan
Salam, maka efek antibakteri bahan-bahan kimia
yang terkandung di dalamnnya pun semakin
meningkat.
Pengukuran stabilitas dimensi pada bahan
cetak setelah desinfeksi dengan perendaman selama
30 menit, ditemukan bahwa polyvinyl siloxane dan
polisulfid tidak mengalami perubahan setelah
perendaman pada sodium hipoklorit, glutaraldehid
2%, povidone-iodine 0,5%, dan fenol halogen 0,16
%, bahkan dengan waktu perendaman yang labih
panjang, yaitu menjadi 60 menit. Ditunjukkan pula
bahwa cetakan polyvinyl siloxane dapat direndam
dalam glutaraldehid 2% selama 16 jam tanpa terjadi
perubahan dimensi, sedangkan cetakan polyether
menunjukkan distorsi yang drastis pada perlakuan
yang sama.3
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa pada perendaman
cetakan polyvinyl siloxane dalam ekstrak daun
Salam (Eugenia polyantha) 25% selama 3 menit
telah
dapat
menurunkan
jumlah
koloni
Streptococcus mutans. Dengan semakin lama

12

Journal Of Prosthodontics Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2010; 8-13


perendaman cetakan polyvinyl siloxane dalam
ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) 25%,
maka semakin efektif dalam menurunkan jumlah
koloni bakteri Streptococcus mutans.

12.

DAFTAR PUSTAKA

13.

1.

14.

De Soet JJ, MCM van Gemert-Schriks, ML


Laine, WE van Amerongen, SA Morre, and
AJ van Winkelhoff. Host and microbial
factors related to dental caries development.
Department of Oral Microbiology, ACTA,p.
2008.
2. Ari Widya Nugraha. Streptococcus mutans, si
plak dimana-mana. Yogyakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma; 2008.
3. Mandikos MN. Polyvinyl siloxane impression
materials: An update on clinical use.
Australian Dental Journal 1998; 43:6: 428-34.
4. Nort RV. Introduction to dental material.
Elsevier limited; 2007. p: 193-5
5. Ahmad Heifan Bafadal. 2009. Konjungtivitis.
Available at:
http://myfavoritethingsblogspot.blogspot.com.
Accessed on: July, 13th 2010.
6. Atin Amalia Hendrajatin. Efek antibakteri
infusa daun salam (Eugenia polyantha) secara
in vitro terhadap Vibrio cholerae dan
Escherichia coli enteropatogen. Bagian
Mikrobiologi Fakultas Padjadjaran Bandung.
Majalah Kedokteran Bandung 2004;36:2.
7. Anita Hardiani. Uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun salam (Eugenia polyantha
Wight) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
dan
Escherichia
coli
secara
bioautografi. Fakultas MIPA Universitas
Islam Indonesia; 2005.
8. Rangga Surya F. Pengaruh perendaman
cetakan alginat dalam seduhan teh hijau
terhadap
pertumbuhan
mikroorganisme
rongga mulut. Skripsi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2009.
p. 6-7
9. Marisa Elvi D. Efektivitas perendaman
lempeng resin akrilik dalam infusa daun
kemangi (Ocimum basilicum linn) terhadap
Candida albicans. Skripsi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga;
2008.p. 20-3.
10. Rony Indrayana. Efek antioksidan ekstrak
etanol 70% daun salam (Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp.) pada serum darah
tikus putih jantan Galur wistar yang diinduksi
karbon tetraklorida (CCl4). Skripsi. Fakultas
Farmasi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta; 2008.
11. Ratna I Sunoto. Tindakan pencegahan
penularan penyakit infeksi pada praktek
dokter gigi (The practice of infection control
in dentistry). Bagian Biologi Oral Fakultas

15.

Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta,


Indonesia; 2010.
Jawets E, Melnick JI, and Adelberg EA..
Mikrobiologi untuk profesi kesehatan (Review
of medical microbiology) edisi 16. Alih
bahasa: Tonang H. Jakarta: EGC; 1991.p. 328.
Duke JA. Handbook of medica herba. Majalah
Kedokteran Gigi 1987; 156-9.
Pelezar MJ, and Chan CS. Dasar-dasar
mikrobiologi 2. Jakarta: Universitas Indonesia
Press; 1988. P. 456-9, 489-92.
Iwan Ruhadi. Pengaruh obat kumur povidone
iodine dan sodiu fluoride terhadap awal
pembentukan plak gigi. Tesis. Surabaya:
Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga;
1983.hal: 20-3.

13

Anda mungkin juga menyukai