Isu Penegakan Hukum Anti Korupsi Indonesia
Isu Penegakan Hukum Anti Korupsi Indonesia
dengan
suatu
hajatan
besar
yaitu
penyusunan
Cetak
Biru
Transformasi
biru
telah
menghasilkan
87
inisiatif
strategis
yang
dalam
orang.
Perlu
dilakukan
penyadaran
bersama,
bahwa
transformasi
sesungguhnya akan membawa kementerian ini ke arah yang lebih baik. Efeknya
tidak akan hanya dirasakan oleh masyarakat, akan tetapi juga bagi kita sebagai
pegawai Kementerian Keuangan.
Melanjutkan program reformasi birokrasi yang telah dijalankan sebelumnya,
sejak
setahun
lalu,
Kemenkeu
mulai
menjalankan
program
Transformasi
Kelembagaan (TK). Ini merupakan upaya adaptasi dan antisipasi yang biasa
dilakukan oleh suatu organisasi manakala dihadapkan pada keniscayaan perubahan
lingkungan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), sebagai salah satu unit
Kementerian
Keuangan
yang
mendapat
prioritas
program
TK,
pun
perlu
menyesuaikan diri dari tantangan perubahan lingkungan. Oleh karena itu, berderet
inisiatif dalam cetak biru TK dicanangkan dan mulai dijalankan oleh DJBC.
Transformasi kelembagaan merupakan perubahan yang kontinyu yang
dilakukan oleh organisasi dalam mandat dan fungsi yang sama, namun cara
delivery-nya berubah. Titik awal transformasi adalah mengakui bahwa organisasi
memiliki kelemahan. Dalam menyambut transformasi tersebut, DJBC pun berbenah
institusi
kepabeanan
dan
cukai
terkemuka
di
dunia.
Setelah
melalui
stimulus
fiskal
seperti
kawasan
berikat,
memberikan
Untuk mencapai visi dan misi DJBC tersebut, perlu penyesuaian fundamental
pada model operasional DJBC. Penyesuaian tersebut dirangkum dalam enam tema
transformasi, yang dijabarkan ke dalam 10 portofolio inisiatif program.
Enam
perubahan
pada
model
operasional
telah
diidentifkasi
untuk
menjalankan transformasi
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
salah dari E1 ke E3
Kualitas IKU kurang baik , cth: IKU tidak terlalu berorientasi hasil, IKU
terlalu banyak, hasilnya tidak dapat membedakan kinerja karena target
manajemen
IKU,
seperti
kesulitan
E1
yang
diturunkan
dari
Kemenkeu-wide
dan
cukup menantang
b. Cascading IKU
Menyusun draft IKU E2 yang diturunkan dari Kemenkeu-one
Memastikan IKU E2 berorientasi hasil, jumlahnya tidak banyak, dan
cukup menantang
Mengulangi proses tersebut untuk penyusunan E3
c. Perbaikan sistem manajemen kinerja
pemindai)
Integrasi dan pertukaran informasi yang tidak memadai antara penjaluran
profil importir dan audit filter post clearance
di
~139
kanwil,
yang
kurangnya standardisasi
Real estate dan infrastruktur dasar sudah tersedia, tetapi hanya
dimanfaatkan secara internal sebagai IT Helpdesk karena kurangnya SDM
a. Melakukan
pengambilan
keputusan
didasari
oleh
fact
base
yang
disepakati
Melakukan analisa awal untuk mengidentifikasi inisitatif-inisiatif yang
berpotensi untuk mengurangi waktu impor dan pihak-pihak yang relevan
Melakukan pengukuran base line
b. Menentukan pihak dan orang yang tepat terlibat dan invested
sepenuhnya
Meminta endorsement dari badan yang sesuai (seperti UKP4, Tim
Reformasi Birokrasi, dsb) untuk memastikan partisipasi stakholder kunci
Memperoleh blanket regulation untuk formalisasi lab dan periode
piloting
c. Melakukan diskusi secara terstruktur dan menghasilkan dampak yang
terukur
Mendesain format lab dan mempersiapkan modul berdasarkan hasil
analisa awal
Meluncurkan inisiatif-inisiatif penurunan waktu dan merumuskan SLA
dengan masing-masing stakeholder
d. Merumuskan inisiatif ke dalam regulasi baru/ menyempurnakan regulasi
sebelumnya
Merumuskan regulasi-regulasi berdasarkan hasil implementasi periode
piloting
Formalisasi regulasi-regulasi yang sudah dirumuskan
5. Future proofing kawasan berikat
Latar belakang
- Upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan dan pengawasan selama ini
dilakukan
secara
mandiri
oleh
masingmasing
KPPBC
dan
tidak
terstandardisasi
Perlunya perbaikan sistem dan proses bisnis secara terpadu untuk
perlunya
pengurangan
intervensi
yang
terlalu
banyak
larangan
dan
2. Otomasi hanya akan efektif kalau sudah end-to-end, saat ini sistem yang
sudah ada masih membutuhkan penyempurnaan, pengembangan, dan/atau
integrasi
3. Sistem komunikasi informasi elektronik dengan pengguna jasa sudah ada
tetapi belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
4. Tidak semua proses otomasi dapat dilakukan
bersamaan,
perlu
publikasi media
Pada layanan informasi, beberapa informasi penting tidak tersedia bagi
klien langsung yang mengakibatkan ketidaktahuan mereka akan fitur dan
seputar
banyaknya
website,
ketersediaan
konten,
dan
pengalaman user
Citra DJBC yang relatif rendah dibandingkan dengan Direktorat lain di
Kemenkeu, namun perubahan fokus belakangan ini memberikan peluang
untuk perbaikan terutama ke publik umum