PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai
aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina
rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh.
Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah
putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang
terutama pada pergerakan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fraktur
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Klien dengan fraktur
BAB II
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Scenario kasus
An. T umur 8 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dirawat di ruang bedah
anak RS AA dengan masalah fraktur humerus akibat terjatuh dari sepeda. Saat
ini anak tampak menangis, rewel, tangan tampak bengkak, dan hasil foto rontgen
menunjukkan adanya fraktur epifisis humerus grade 3. Anak menangis keras
karena mengeluh sakit dan nyeri pada tangannya. Ns.Ita kemudian melakukan
penilaian fraktur, pengkajian nyeri, dan kolaborasi dengan dokter untuk
penatalaksanaan fraktur selanjutnya.
B. Pembahasan dan Analisa Kasus (step 1 -6 )
STEP I
1. Fraktur
- Fraktur epifisi
- Fraktur humerus
2. Rontgen.
3. Bengkak.
4. Humerus grade III.
5. Nyeri.
6. Penilaian fraktur
7. Penatalaksanaan fraktur.
8. Pengkajian fraktur.
Jawaban :
1. Fraktur adalah :
- Suatu keadaan atau kelainan pada tulang yang terjadi karena kecelakaan,
-
Faktur epifisis :
- Tulang yang sudah menyatu dengan fisis.
- Termasuk bagian tulang-tulang yang mengeras ditepi-tepi
- Sendi tulang panjang.
Fraktur humerus :
- Tulang panjang yang membentang dari bahu sampai siku.
2. Rontgen :
- Suatu pemeriksaan untuk mengetahui organ dalam tubuh.
- Pemeriksaan untuk mengetahui dimana terjadi patah tulang.
- Pemeriksaan untuk mengetahui jaringan.
- Pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan di dalam tubuh
-
sinar X
3. Bengkak adalah :
- Penumpukan cairan.
Suatu kelainan yang terjadi pada jaringan bawaan kulit akibat. penumpukan
cairan dan proses suatu penyakit, sehingga juga disebabkan infeksi dan
inflamasi.
- Benjolan yang terdapat dalam tubuh manusia.
4. Humerus grade III adalah :
- Derajat fraktur tulang tulang sudah berat.
- Bisa mengalami cidera berat dan kerusakan jaringan.
- Cidera berat dengan kerusakan jaringn lunak.
5. Nyeri adalah :
- Rasa yang tidak nyaman yang mempengruhi aktifitas.
- Suatu keadaan tidak nyaman yang dirasakan seseorang pada bagian tubuh
-
tertentu.
Sensasi yang tidak menyenangkan terjadi bila kita mengalami cidera.
Suatu respon tubu, jika pada bagian tubuh mengalami gangguan.
Perasaan menyenangkan karena kerusakan jaringan.
pasien,
sebagai
proses
penyembuhan
pada
pasien,
seperti
8. Pengkajian fraktur :
- ( P Q R S T)
P
Q
R
: penyebab
: Qualitas / tempat nyeri ( gambaran nyeri ditusuk-tusuk )
: Regiaonal ( daerah nyeri )
S
T
: skala nyeri 1 10
: Time (waktu merasakan nyeri )
STEP II
1. Bagaimana penanganan pada pasien fraktur ?
2. Penilaian derajat keparahan fraktur ?
3. Tanda tanda fraktur ?
4. Diagnosa keperawatan sesuai kasus ?
5. Kenapa bisa terjadi bengkak pada pasien fraktur ?
6. Pemeriksaan dan penunjang pada fraktur ?
7. Etiologi fraktur ?
8. Bagaimana koladorasi pada pasien fraktur ?
9. Bagaimana cara untuk menenangkan psien ?
10. Apa Intervensi pada pasien fraktur ?
11. Apa Klasifikasi pasien fraktur ?
STEP III
1. Penanganan pada pasien fraktur :
- Kaji nyeri
- Penanganan nyeri non farmakologi, kolaborasi dengan dokter
-
Bengkak
Odem perubahan posisi tubuh
Tren isu
keperawatan
FRAKTUR
Klasifikasi dan
derajat keparahan
Epifisis Humerus
LP
ASKEP
PERAN
PERAWAT
Definisi
Pengkajian
Etiologi
Diagnosa
Patofisiologi
Intervensi
Manifestasi
klinis
Pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan
Operatif
Non operatif
STEP V
STEP VI
STEP VII
Menjawab LO
1. Definisi fraktur
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa
patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak
robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
2. Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
4. Klasifikasi fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
5. Manifestasi Klinis
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal
6. Penatalaksanaan
a. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum
terlalu jauh meresap dilakukan:
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
5) Seluruh Fraktur
7. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
2)
3)
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakitpenyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang
menentukan
penyebab
masalah
muskuloskeletal
dan
(g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
(i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(j) Paru
(1) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
(k) Jantung
(1) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
(2) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(3) Perkusi
(2)
Myelografi:
menggambarkan
cabang-cabang
saraf
spinal
dan
(4)
b) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
(2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
9. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan
santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat,
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
posisi
ekstremitas Meningkatkan
yang terkena.
mengurangi edema/nyeri.
4. Lakukan
tindakan
meningkatkan
sirkulasi
umum,
untuk Meningkatkan
penggunaan
kelelahan otot.
teknik Mengalihkan
perhatian
terhadap
lama.
nyeri
melalui
sesuai indikasi.
Evaluasi
keluhan
nyeri
(skala, Menilai
perkembangan
masalah
RASIONAL
restriksi
perlunya
penyesuaian
keketatan bebat/spalk.
Meningkatkan drainase vena dan
3. Pertahankan
letak
kontraindikasi
sindroma kompartemen.
4. Berikan
obat
perfusi.
profilaktik
trombus vena.
untuk
menurunkan
perkembangan
klien
dan
perlunya
c.
RASIONAL
perfusi.
meningkatkan
drainase
paru.
3. Kolaborasi
pemberian
obat Mencegah
terjadinya
pembekuan
kortikosteroid
indikasi.
sesuai Kortikosteroid
telah
keberhasilan
menunjukkan
untuk
menunjukkan
pertukaran
gas;
gangguan
anemia,
penurunan
trombosit
sering
takipnea,
dispnea
dan
pernapasan,
retraksi mungkin
d.
insufisiensi
pernapasan,
menunjukkan
terjadinya
RASIONAL
pelaksanaan Memfokuskan
aktivitas
rekreasi
terapeutik meningkatakan
(radio,
koran,
kunjungan diri/harga
perhatian,
rasa
diri,
kontrol
membantu
sirkulasi
yang
keadaan klien.
sehat
darah
mempertahankan
indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri Meningkatkan
(kebersihan/eliminasi)
kemandirian
klien
keadaan klien.
keterbatasan klien.
dan
pernapasan
(dekubitus,
atelektasis, penumonia)
Mempertahankan hidrasi adekuat,
men-cegah komplikasi urinarius dan
6. Dorong/pertahankan
asupan konstipasi.
untuk
proses
perkembangan
masalah
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi,
mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
dan
aman
alat
tenun
kencang,
tulang
dan
distal bebat/gips.
4. Observasi
keadaan
kulit, Menilai
perkembangan
masalah
RASIONAL
perawatan
luka
infeksi
sekunderdan
protokol
Meminimalkan kontaminasi.
2. Ajarkan
klien
untuk
mempertahankan
sterilitas
insersi pen.
Antibiotika
3. Kolaborasi
spektrum
luas
atau
mencegah
atau
4. Analisa
hasil
laboratorium
lengkap,
(Hitung
LED,
Kultur
darah proses
infeksi,
anemia
dan
sensitivitas luka/serum/tulang)
osteomielitis.
Kultur
mengidentifikasi
untuk
organisme
peradangan
lokal
pada luka.
Mengevaluasi
perkembangan
masalah klien.
h.
Kaji
kesiapan
klien Efektivitas
RASIONAL
proses
pemeblajaran
mengikuti
pembelajaran.
mental
klien
untuk
mengikuti
program pembelajaran.
2.
Diskusikan
metode Meningkatkan
perencanaan
partisipasi
klien
dan
dan
dalam
pelaksanaan
memerluka
Persiapkan
klien
untuk Upaya
pembedahan
mungkin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong,
2004).Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi
Diagnose keperawatan yang muncum pada fraktur antara lain: nyeri, risiko
infeksi, hambatan mobilitas fisik, deficit perawatan diri, risiko cedera, ketidakefektifan
koping individu/keluarga, ansietas, kerusakan integritas kulit dan difisiensi pengetahuan.
B. Saran
Pasien fraktur merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Maka
sangat di perlukan keterampilan perawat dalam menangani serta memberikan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar.
Daftar Pustaka