Anda di halaman 1dari 2

Kondisi Situs Candi Bojongmenje Memperihatinkan

Cukup sulit bagi orang yang pertama kali datang untuk menuju Situs Candi Bojongmenje. Banyak
pengunjung yang harus bertanya pada warga sekitar mengenai arah jalan. Walau hanya berjarak sekitar
100 meter dari pinggir jalan raya Rancaekek, aksesnya harus melalui gang permukiman warga.

Tidak terdapat tempat parkir untuk mobil maupun motor. Bagi pengunjung yang memakai kendaraan roda
dua, dapat memarkirkannya di pinggir gang. "Candi aya. Tapi mung kitu weh hungkul. Parkirna mah eta
weh di sisi jalan," ujar salah seorang warga.

Candi Bojongmenje pertama kali diketemukan pada 2002 silam. Menurut salah seorang penemu Dudung,
candi tersebut diketemukan oleh 13 orang. Awalnya candi tersebut diketemukan secara tidak sengaja.

"Saat itu kami sedang menggali tanah. Tanah tersebut dimaksudkan untuk dijadikan jalan. Saat menggali,
kami menemukan batu-batu yang tersusun," ujarnya saat ditemui di lokasi Candi bojongmenje, Desa
Cangkuan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten bandung, Kamis (4/6/2015).

Posisi candi saat ini telah dipindahkan sekitar 4 meter dari posisi semula. Pasalnya, posisi awal candi
tergenang air. Hal itu dilakukan karena takut batuan menjadi lapuk.

Dudung menambahkan, pada awal diketemukan, orang-orang berbondong-bondong mendatangi situs


tersebut. Mulai dari pengunjung biasa, peneliti, bahkan tokoh. Namun demikian lama-kelamaan situs
tersebut menjadi sepi. "Sekarang paling-paling yang datang sekitar tiga orang," ujar Dudung.

Sebelumnya, pada 2010, Candi Bojongmenje sudah tersusun hingga lima undakan. Namun demikian situs
tersebut sering terendam banjir sekitar satu meter. Hal itu mengakibatkan kayu penyangga batu menjadi
lapuk. Batu yang telah tersusun lima undakan pun menjadi roboh. Saat ini batu yang masih tersusun hanya
tersisa dua sampai tiga undakan.

"Robohnya bukan karena tangan-tangan jahil. Tapi karena terendam banjir. Setaun bisa tiga kali kena
banjir. Tingginya bisa mencapai seperut orang dewasa," ujar Dudung.

Menurutnya, peneliti terakhir kali datang pada tahun 2012. Setelah itu tidak ada lagi peneliti atau petugas
Disbudpar yang datang ke situs tersebut. Hal itu mengakibatkan situs menjadi terabaikan.

Selain itu, pembebasan lahan situs sampai saat ini belum terealisasikan. Menurut Dudung, hal ini
terkendala biaya karena sebagian lahan telah menjadi kawasan pabrik.

Dudung berharap kedepannya akan ada pengembangan lebih lanjut terhadap Situs Candi bojongmenje.
Pembebasan tanah pun agar bisa segera terealisasikan. "Kata peneliti, luas situs ini seharusnya sekitar
satu hektare. Tapi yaitu, sekitarnya sudah jadi pabrik. Jadinya susah. Mudah-mudahan situs ini terangkat
kembali," ujarnya. (Rizky Subardy)***

Anda mungkin juga menyukai