Apakah Anda seorang yang mempunyai kebiasaan berkomunikasi yang asertif? Ahh, asertif ?
Apa pula itu yang disebut berkomunikasi secara asertif? Sebelum lebih jauh simak dulu dua
situasi dibawah ini.
1. Kebanyakan kita berfikir bahwa kita harus menyenangkan hati atau tunduk
kepada orang lain. Jika kita menentang mereka gelombang kekacauan
akan datang.
2. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak kita suka atau bertentangan
dengan pendapat kita ,maka kita sebaiknya diam saja. Lalu kita hindari dan
putuskan komunikasi kita dengan dia.
Jika jawaban Anda menyetujui dua hal di atas, maka Anda boleh dikategorikan masuk ke
dalam kelompok orang yang kurang/tidak asertif. Maaf untuk mengatakannya terus terang,.
Selama pengalaman saya memandu training komunikasi asertif dua tahun terakhir ini,
kebanyakan peserta juga masuk kelompok yang kurang asertif. Dalih mereka umumnya,
kalau kita menentang mereka apalagi atasan kita, atau istri/suami, bisa kacau kita Jadi lebih
baik mengalah lah, mengalah untuk menang. Demikian dalih mereka.
Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita.
Tanpa maksud mengalah dan juga menyerang orang lain. Apa kah kita harus merasa tertekan
saat menyampaikan isi hati kita? Misalnya dalam situasi, seseorang meminjam barang atau
uang Anda, dia janji mengembalikannnya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata
setelah dua minggu bahkan 3 minggu dia belum mengembalikannya. Apakah kita diam, dan
berharap dia ingat dan mengembalikannya? Bagaimana kalau dia tidak ingat-ingat terus? Dan
kita pun tetap diam. Jangan-jangan kita mengumpat dia dalam hati, akhirnya kita menjadi
tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat adalah dengan langsung berkata kepada dia, saya
saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu. Lalu dengarkan
responnya.
Keterus terangan seperti ini lah yang disebut dengan Komunikasi Asertif. Namun tolong
Anda jeli akan kata-katanya Saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua
minggu yang lalu. Bukan dengan berkata, Anda koq pura-pura lupa ya untuk
mengembalikan buku atau uang yang saya pinjam?. Sebab ada dua perbedaan yang sangat
besar dalam kalimat di atas, yang asertif kita mengakatan Saya saat ini membutuhkan
Jadi kita menyampaikan atau mengekspresikan kebutuhan kita. Kalau kalimat yang yang
kedua, Anda koq berarti kita menuduh atau menyerang seseorang. Kalimat kedua ini
disebut dengan kalimat agresif.
Contoh yang lain misalnya, Anda disodori kopi oleh seseorang ternyata rasanya tidak sesuai
dengan selera Anda, katakanlah kemanisan. Kalu Anda diam dan pura-pura tidak ada apa-apa,
berarti Anda memilih berkomunikasi secara pasif. Selanjutnya Anda mungkin kapok
meminum kopi buatannya. Atau Anda berkata, Ah kopi yang kamu buat terlalu manis, saya
tidak suka. Nampaknya kalimat ini netral, tapi ini masuk kategori yang agresif. Dampaknya
dia akan kapok membuat kopi untuk Anda. Kalimat yang paling asertif adalah : Saya
sebenarnya lebih suka kopi yang tidak terlalu manis. Dia akan berfikir bahwa dia tidak
salah, hanya lidah Anda saja yang kurang pas. Dia senang, dan lain waktu dia kan berkata
saya akan bikin kopi, maunya gula seberapa banyak. Nah hasil komunikasi asertif ini akan
membuat hubungan lebih baik. Yang membuat hubungan kita putus adalah ketika kita dengan
diam-diam menjauhi orang lain karena kita tidak setuju dengan dia, dan kita tidak mau
berterus terang, atau ketika kita sering menyerang orang lain, dan kapok berkomunikasi
dengan kita. Mungkin sebelum kekantor dia sudah berdoa dari rumah supaya tidak bertemu
dengan kita. Hahaha.
Jadi kunci pertama untuk berkomunikasi asertif adalah I Message Sampaikan perasaan,
pikiran atau opini Anda. Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat menghambat
Anda untuk mengkomunikasikan diri bukan? Selanjutnya kita akan membahasa kunci 2,
kunci 3 dan kunci 4. Selamat mencoba gaya baru Komunikasi Anda, komunikasi Asertif.
Studi Tentang Sikap Asertif Perawat Dalam Memberikan Pelayanan
Keperawatan
Saat ini belum semua perawat menerapkan perilaku asertif dalam memberikan
pelayanan. Adanya berita di media massa dan wacana masyarakat baik yang
berani secara langsung mengungkapkan dengan masyarakat perawat maupun
yang tidak langsung diungkapkan tentang perilaku perawat yang kurang baik,
menunjukkan bahwa perawat belum berperilaku asertif. Pengalaman seorang ibu
yang berobat ke Puskesmas, namun di sana mendapatkan kata-kata kasar yang
sangat menggelitik perasaannya, juga merupakan indikatornya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh faktor seperti kepribadian, pendidikan, bakat
bawaan, ras, pengalaman kerja, sosial, ekonomi, lingkungan dan lain-lain.
semuannya merupakan tantangan bagi profesi perawat yang sekarang sedang
menuju proses profesionalisasi.
Perilaku asertif perawat terdiri dari dua unsur yakni verbal dan non verbal. Unsur
verbal meliputi menyatakan tidak atau menyatakan sikap, meminta bantuan
atau mempertahankan hak dan mengungkapkan perasaan. Sedangkan unsur
non verbal mencakup kekerasan suara/ volume suara, kelancaran mengatakan
kata-kata, kontak mata, ungkapan wajah, ungkapan tubuh dan jarak pada saat
berinteraksi. Dilihat dari dua sudut pandang, perilaku ini sangat diperlukan
perawat dalam memberi pelayanan keperawatan. Pertama adalah menujukkan
komunikasi yang terbuka, dewasa dan langsung yang memungkinkan orang lain
untuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang serta meningkatkan harga
diri. Kedua merupakan cara yang tidak terlalu mahal untuk menciptakan
hubungan antar pribadi yang efektif. Dalam perilaku ini individu yang saling
beriteraksi dapat mengungkapkan kebutuhan, keinginan, hasrat atau kekuatiran
dan terdapat kesempatan bagi mereka untuk saling mendengar dan berespon
secara tidak defensif.
Perilaku perawat dalam merawat sangat menentukan mutu pelayanan
keperawatan disamping aspek lain. Untuk itu dalam memberikan pelayanan
perawat harus menunjukkan perilaku asertif sehingga dengan demikian
pelayanan yang dberikan dapat dinilai bermutu. Namun tidak terlepas
kemungkinan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan, perawat dapat
menunjukkan perilaku yang tidak asertif karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Dari faktor-faktor yang ada penulis ingin meneliti pengaruh faktor
pendidikan, pengalaman kerja (lama kerja) dan jenis kelamin terhadap perilaku
asertif perawat dalam memberika pelayanan keperawatan.