GAMBARAN RADIOLOGI
SPONDILITIS TUBERKULOSA
Pembimbing :
dr. Dikdik Irawan, Sp.Rad
Disusun Oleh:
Gwendry Ramadhany
1102010115
KEPANITERAAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 21 DESEMBER 2015 8 JANUARI 2016
SUBANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur kami senantiasa kami ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga
tugas
yang
berjudul
GAMBARAN
RADIOLOGI
ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai
perbaikan. Kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pihak terkait.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Subang, Januari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Pott, juga dikenal sebagai spondilitis tuberkulosis, adalah salah satu
penyakit tertua yang pernah diderita umat manusia, yang telah ditemukan pada sisasisa tulang belakang dari Zaman Besi dan pada mumi kuno dari Mesir dan Peru.
II.
Belanda antara tahun 1993 dan 2001, TBC tulang dan sendi menyumbang 3,5% dari
semua kasus tuberkulosis (0.2-1.1% pada pasien asal Eropa dan 2,3-6,3% pada pasien
asal non-Eropa). Menurut WHO, Indonesia adalah Negara yang menduduki peringkat
ketiga dalam jumlah penderita TB setelah India dan Cina. Tuberkulosis (TB) adalah
penyebab utama kematian di seluruh dunia yang dapat dikaitkan dengan agen infeksi
tunggal. Lebih dari 40% kasus TB di seluruh dunia terjadi di bagian Selatan Asia
Timur. Di wilayah ini, diperkirakan 3 juta kasus baru TB setiap tahun. Diperkirakan
140.000 orang meninggal akibat TB setiap tahun atau setiap 4 menit ada satu
penderita yang meninggal di negara negara tersebut , dan setiap 2 detik terjadi
penularan. TB ekstraparu hanya terdapat 10% sampai 15% dari semua kasus TB. TB
skeletal terjadi 1% hingga 3% dari kasus TB ekstraparu dan biasanya melibatkan
tulang belakang. Dalam TB muskuloskeletal, infeksi paru aktif terlibat sekitar kurang
dari 50% kasus. Tulang belakang terlibat pada hingga 50% kasus TB
muskuloskeletal.1,2,5,6
Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70%
dan Sanmugasundarm juga menemukan presentase yang sama dari seluruh
tuberkulosis tulang dan sendi. Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan pada
kelompok 2-10 tahun dengan perbandingan yang hampir sama antara wanita dan pria.
TB tulang belakang, yang berperan dalam lebih dari setengah dari semua tuberculosis
tulang dan sendi, biasanya terjadi selama awal masa kanak-kanak.3,7
III.
ANATOMI VERTEBRA
V. PATOFISIOLOGI
Spondilitis tuberculosis kebanyakan melibatkan vertebra thoracal. Ruang
diskus biasanya dapat bertahan lebih lama di bandingkan dengan infeksi pyogenik
lainnya. Abses Paraspinal merupakn hal yang sering muncul pada penyakit ini.11
Karakter infeksi tuberkulosis ialah adanya destruksi tulang (osteolysis) vertebra yang
progresifitasnya berjalan lambat. Destruksi timbul dibagian anterior korpus vertebra
disertai osteoporosis regional. Proses perkijuan yang menyebar akan menghambat
timbulnya pembentukan tulang baru dan pada saat yang bersamaan akan
menimbulkan segmen-segmen yang avaskular membentuk sekuester , terutama pada
vertebra daerah torakal. Secara bertahap jaringan granulasi akan menembus korteks
korpus vertebra yang sudah tipis sehingga menimbulkan abses paravertebra yang
meliputi beberapa korpus vertebra. Selain itu proses infeksi dapat menyebar keatas
dan
kebawah
melalui
ligamentum
longitudinale
anterior
dan
ligamentum
A.Gambaran klinis
10
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Radiologi Spondilitis Tuberkulosa
1. Foto polos vertebra
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan pada plain radiography dan gambaran
yang ditemukan meliputi penyempitan disk space, pelibatan diskus sentralis dan
kolaps corpus anterior. Diperlukan pengambilan gambar dua arah , antero-posterior
(AP) dan lateral (Lat). Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian
anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus
intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan
lunak disekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform. (6,24)
11
Gambar 3 : Foto polos tulang vertebra orang dewasa dengan spondilitis tuberkulosis
yang menunjukkan erosi end-plate vertebra setinggi L3 dan L4. Dikutip dari
kepustakaan 18
12
13
ini. Bahkan paravertebral abses sangat sulit dilihat pada jenis radiograph yang satu ini
(5,15,16)
.
14
Gambar 5 : CT Scan non kontras vertebra posisi axial : tampak abses pada m. Psoas
kiri (lingkaran kuning ) dengan ditengahnya terdapat kalsifikasi (arah panah)
sebagai gambaran dari Spondilitis TB . Dikutip dari kepustakaan 13
15
Gambar 8: Modalitas MRI sagittal yang menunjukkan spondilitis extensive pada T8T10 yang ditandai dengan adanya destruksi korpus vertebra dan diskus
intervertebralis. Dan terdapat paravertebral dan epidural abses yang terdapat pada
T2 (tapi tidak terlihat). Dikutip dari kepustakaan 15
16
5.Myelography
Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang subdural .
Secara konvensional dibuat foto AP/L atau dilakukan pemeriksaan dengan CT-Scan ,
disebut CTmielografi. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya
penyempitan pada kanal spinalis dan atau tekanan terhadap medula spinalis. 6
6. Sidik Tulang
Dengan menggunakan Tc 99M methylene diphosphonate dan isotop gallium67 , sidik tulang memberikan sensitifitas 92% dan spesifisitas 88%. Pemeriksaan ini
tidak digunakan secara rutin. 6
D. Patologi anatomi
17
18
3. Scheuermanns disease
19
VIII. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah mencegah terjadinya deformitas dan mengurangi
gejala nyeri kronis yang ditimbulkan. Dasar penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa
adalah mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-obat anti tuberkulosa dan
pengeluaran abses.6
A.Terapi Konservatif
Pengobatan konservatif yang ketat dapat memberikan hasil yang cukup baik.6
a. Istirahat di Tempat Tidur
Istirahat dapat dilakukan dengan memakai gips terutama pada keadaan akut
atau fase aktif. Istirahat ditempat tidur dapat berlangsung 3 4 minggu, sampai
dicapai keadaan yang tenang secara klinis, radiologis dan laboratoris.6
b. Kemoterapi Anti Tuberkulosa
WHO memberikan panduan penggunaan OAT berdasarkan berat ringannya
penyakit6
1. Kategori I adalah tuberkulosis yang berat, termasuk tuberkulosis paru yang
luas, tuberkulosis milier, tuberkulosis disseminata, tuberkulosis disertai
diabetes mellitus dan tuberkulosis ekstrapulmonal termasuk spondilitis
tuberkulosa.
2. Kategori II adalah tuberkulosis paru yang kambuh atau gagal dalam
pengobatan.
3. Kategori III adalah tuberkulosis paru tersangka aktif. Streptomycin hanya
sebagai kombinasi terakhir atau tambahan pada regimen yang ada. Disamping
itu ada OAT tambahan tetapi kemampuannya lemah misalnya Kanamycin,
PAS, Thiazetazone, ethionamide, dan quinolone.
c. Immobilisasi
Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat
dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva , pada daerah torakal, torakolumbal dan
lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi pada
salah satu panggul. Immobilisasi pada umumnya berlangsung 6 bulan, dimulai sejak
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging. 7th Edition. Elsevier;2003
2. Garg, Ravinda kumar and Diliph Singh Somvanshi. Spinal Tuberculosis:A Review.
The Journal of Spinal Cord Medicine.2011. Vol 34.
3. Rivas-Garcia, Antonio, et al. Imaging Finding of Pott's Disease. European Spine
Journal. 2012 June:S567-S578.
4.Benzagmout, Mohammed. Said Boujraf. Khalid Chakour. Mohammed El Faiz
Chaoui. Pott's Disease in Children. Surg Neurology International. 2011
22