Anda di halaman 1dari 16

Isu Manajemen SDM: Jurnalistik

dan Penyiaran

Diagaram Kebutuhan Manusia (Maslow)


5
4
3
2
1

Diagram Kebutuhan Manusia


1.
2.
3.
4.
5.

Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan
Kebutuhan

fisiologis
rasa aman dan perlindungan
afeksi
harga diri
aktualisasi diri

Surat Edaran Dewan Pers No. 01/SE-DP/I/2014


tentang
Pelaksanaan UU Pers dan Standar Perusahaan Pers

Perusahaan pers memberikan


kesejahteraan kepada wartawan dan
karyawan pers dalam bentuk
kepemilikan saham dan atau pembagian
laba bersih serta bentuk kesejahteraan
lainnya (Pasal 10 UU No. 40/1999).
Ketentuan ini perlu ditekankan, karena Dewan
Pers menemukan sejumlah kasus perusahaan
pers hanya memberikan kartu pers kepada
wartawannya tanpa memberi gaji, dan
meminta wartawannya untuk mencari
penghasilan sendiri.

Surat Edaran Dewan Pers No. 01/SE-DP/I/2014


tentang
Pelaksanaan UU Pers dan Standar Perusahaan Pers

Perusahaan Pers wajib memberi upah


kepada wartawan dan karyawannya
sekurang-kurangnya sesuai dengan upah
minimum provinsi minimal 13 kali setahun
(Butir 8 Standar Perusahaan Pers).
Dalam hal ini Dewan Pers mengingatkan, sesuai
dengan UU No. 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan, perusahaan yang memberikan
upah lebih rendah dari upah minimum provinsi
atau kabupaten/kota dapat dipidana paling
rendah 1 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp
100 juta.

Bagaimana dengan Prakteknya?

Upah jurnalis masih di bawah standar. Dalam


setiap laporan akhir tahun, Aliansi Jurnalis
Independen (AJI) selalu memasukkan isu upah
layak jurnalis
Jurnalis terkadang mencari pendapatan
tambahan dengan menjadi advertising
executive

Bagaimana dengan Prakteknya?

Mencari tambahan pendapatan bahkan


sempat menjadi strategi organisasi media.
Bisnis Indonesia menggunakan strategi
jurnalisme pertemanan
Kesejahteraan karyawan Bisnis Indonesia naik,
mereka bisa memperoleh 16 kali gaji.
Namun di sisi lain Bisnis Indonesia dituding
juga memanfaatkan kedekatan mereka
dengan para pengusaha (Dapur Media, 2013)

Bagaimana dengan Prakteknya?


Faktor penghambatan mengapa upah jurnalis di
Indonesia masih belum layak (AJI, 2014):
1. Adanya perbedaan tuntutan antara jurnalis
dengan media
2. Banyak perusahaan media yang mengaku
memiliki keterbatasan secara ekonomi, dan
mereka tidak mau berinvestasi pada platform
standar upah layak jurnalis

Bagaimana dengan Prakteknya?


TEMPO: Insentif untuk ikut BPJS
Ketenagakerjaan. THR ada 30 persen dari
upah minimum. Dari segi produktifitas ada
grade-nya. Tempo juga membuka peluang
untuk koresponden menjadi pegawai tetap di
Jakarta, tetapi tidak semuanya merespon
tawaran itu (AJI)

Bagaimana dengan Prakteknya?


-

Media KKG (Kelompok Kompas Gramedia)


lebih mengutamakan segi pertumbuhan
bisnis.
Akibatnya manajemen Kompas menggaji
karyawan dengan angka yang rendah. Yang
berprestasi tidak memperoleh tempat, yang
kritis disingkirkan. Semua demi kepentingan
modal (Dapur Media, 2013: 40)

Bagaimana dengan Prakteknya?


-

Fenomena yang terjadi: konvergensi media


efisiensi pekerja. Alhasil wartawan dituntut
memiliki kemampuan serbabisa
Ada wartawan yang menolak praktek efisiensi
Tak sedikit juga yang menerima dan bahkan
bangga menjadi wartawan multi-tasking

Kebutuhan Rasa Aman Pekerjaan Jurnalis

Profesi sebagai jurnalis merupakan profesi


yang tidak aman
Faktor-faktor yang mengancam itu datang dari
eksternal dan internal
Faktor eksternal risiko pekerjaan ketika liputan
Faktor internal: faktor status kepegawaian

Kebutuhan Rasa Aman Pekerjaan Jurnalis

Status kepegawaian di bidang jurnalistik,


mulai dari wartawan tetap, kontributor,
stringer, free lance
Status tersebut menentukan kesejahteraan
dari jurnalis yang bersangkutan
Selain wartawan tetap, posisinya tidak aman.
Bisa sewaktu-waktu di-cut
Hanya yang berstatus wartawan tetap saja
yang mendapat fasilitas maksimal

Kebutuhan Afeksi Pekerjaan Jurnalis

Pembentukan serikat pekerja di kalangan


jurnalis terkadang mendapatkan perlawanan
keras dari jajaran manajemen
Hal ini membuat para jurnalis menjadi ngeri
untuk bergabung dengan serikat pekerja
Padalah serikat pekerja jurnalis perlu untuk
mengawal hak-hak dari jurnalis

Kebutuhan Harga Diri Jurnalis

Dalam profesi jurnalistik terdapat kode etik


professi. Namun terkadang jurnalis tersebut
melanggar sendiri kode etik profesi
Pelanggaran dipicu oleh minimnya
pengetahuan jurnalis tentang kode etik
profesi, minimnya kesejahteraan jurnalis
Alhasil narasumber menganggap harga diri
jurnalis tersebut bisa dibeli atau dalam
istilah lain suap
Hal tersebut berarti merupakan pelecehan
terhadap profesi jurnalis itu sendiri.

Kebutuhan Aktualisasi Diri Jurnalis

Industri media lebih mementingkan modal.


Tidak banyak industri media yang memfasilitasi
jurnalis-nya untuk dapat mengembangkan karir
Kasus Kompas beberapa wartawan dapat
melanjutkan studi lanjut karena inisiatif sendiri,
dan inisiatif tersebut tidak difasilitasi oleh
perusahaan (Dapur Media, 2013)
* Meski begitu beberapa media memberikan
kebebasan bagi jurnalis-nya untuk
mengembangkan diri, misalkan memiliki
program acara sendiri, memiliki rubrik sendiri,
menulis kolom, dsb.

Anda mungkin juga menyukai