fisiologis rasa aman dan perlindungan afeksi harga diri aktualisasi diri
Surat Edaran Dewan Pers No. 01/SE-DP/I/2014
tentang Pelaksanaan UU Pers dan Standar Perusahaan Pers
Perusahaan pers memberikan
kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya (Pasal 10 UU No. 40/1999). Ketentuan ini perlu ditekankan, karena Dewan Pers menemukan sejumlah kasus perusahaan pers hanya memberikan kartu pers kepada wartawannya tanpa memberi gaji, dan meminta wartawannya untuk mencari penghasilan sendiri.
Surat Edaran Dewan Pers No. 01/SE-DP/I/2014
tentang Pelaksanaan UU Pers dan Standar Perusahaan Pers
Perusahaan Pers wajib memberi upah
kepada wartawan dan karyawannya sekurang-kurangnya sesuai dengan upah minimum provinsi minimal 13 kali setahun (Butir 8 Standar Perusahaan Pers). Dalam hal ini Dewan Pers mengingatkan, sesuai dengan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan yang memberikan upah lebih rendah dari upah minimum provinsi atau kabupaten/kota dapat dipidana paling rendah 1 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta.
Bagaimana dengan Prakteknya?
Upah jurnalis masih di bawah standar. Dalam
setiap laporan akhir tahun, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) selalu memasukkan isu upah layak jurnalis Jurnalis terkadang mencari pendapatan tambahan dengan menjadi advertising executive
Bagaimana dengan Prakteknya?
Mencari tambahan pendapatan bahkan
sempat menjadi strategi organisasi media. Bisnis Indonesia menggunakan strategi jurnalisme pertemanan Kesejahteraan karyawan Bisnis Indonesia naik, mereka bisa memperoleh 16 kali gaji. Namun di sisi lain Bisnis Indonesia dituding juga memanfaatkan kedekatan mereka dengan para pengusaha (Dapur Media, 2013)
Bagaimana dengan Prakteknya?
Faktor penghambatan mengapa upah jurnalis di Indonesia masih belum layak (AJI, 2014): 1. Adanya perbedaan tuntutan antara jurnalis dengan media 2. Banyak perusahaan media yang mengaku memiliki keterbatasan secara ekonomi, dan mereka tidak mau berinvestasi pada platform standar upah layak jurnalis
Bagaimana dengan Prakteknya?
TEMPO: Insentif untuk ikut BPJS Ketenagakerjaan. THR ada 30 persen dari upah minimum. Dari segi produktifitas ada grade-nya. Tempo juga membuka peluang untuk koresponden menjadi pegawai tetap di Jakarta, tetapi tidak semuanya merespon tawaran itu (AJI)
Bagaimana dengan Prakteknya?
-
Media KKG (Kelompok Kompas Gramedia)
lebih mengutamakan segi pertumbuhan bisnis. Akibatnya manajemen Kompas menggaji karyawan dengan angka yang rendah. Yang berprestasi tidak memperoleh tempat, yang kritis disingkirkan. Semua demi kepentingan modal (Dapur Media, 2013: 40)
Bagaimana dengan Prakteknya?
-
Fenomena yang terjadi: konvergensi media
efisiensi pekerja. Alhasil wartawan dituntut memiliki kemampuan serbabisa Ada wartawan yang menolak praktek efisiensi Tak sedikit juga yang menerima dan bahkan bangga menjadi wartawan multi-tasking
Kebutuhan Rasa Aman Pekerjaan Jurnalis
Profesi sebagai jurnalis merupakan profesi
yang tidak aman Faktor-faktor yang mengancam itu datang dari eksternal dan internal Faktor eksternal risiko pekerjaan ketika liputan Faktor internal: faktor status kepegawaian
Kebutuhan Rasa Aman Pekerjaan Jurnalis
Status kepegawaian di bidang jurnalistik,
mulai dari wartawan tetap, kontributor, stringer, free lance Status tersebut menentukan kesejahteraan dari jurnalis yang bersangkutan Selain wartawan tetap, posisinya tidak aman. Bisa sewaktu-waktu di-cut Hanya yang berstatus wartawan tetap saja yang mendapat fasilitas maksimal
Kebutuhan Afeksi Pekerjaan Jurnalis
Pembentukan serikat pekerja di kalangan
jurnalis terkadang mendapatkan perlawanan keras dari jajaran manajemen Hal ini membuat para jurnalis menjadi ngeri untuk bergabung dengan serikat pekerja Padalah serikat pekerja jurnalis perlu untuk mengawal hak-hak dari jurnalis
Kebutuhan Harga Diri Jurnalis
Dalam profesi jurnalistik terdapat kode etik
professi. Namun terkadang jurnalis tersebut melanggar sendiri kode etik profesi Pelanggaran dipicu oleh minimnya pengetahuan jurnalis tentang kode etik profesi, minimnya kesejahteraan jurnalis Alhasil narasumber menganggap harga diri jurnalis tersebut bisa dibeli atau dalam istilah lain suap Hal tersebut berarti merupakan pelecehan terhadap profesi jurnalis itu sendiri.
Kebutuhan Aktualisasi Diri Jurnalis
Industri media lebih mementingkan modal.
Tidak banyak industri media yang memfasilitasi jurnalis-nya untuk dapat mengembangkan karir Kasus Kompas beberapa wartawan dapat melanjutkan studi lanjut karena inisiatif sendiri, dan inisiatif tersebut tidak difasilitasi oleh perusahaan (Dapur Media, 2013) * Meski begitu beberapa media memberikan kebebasan bagi jurnalis-nya untuk mengembangkan diri, misalkan memiliki program acara sendiri, memiliki rubrik sendiri, menulis kolom, dsb.