Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

GEOLOGI TEKNIK
MATERIAL KONSTRUKSI (AGREGAT)

Disusun Oleh :
Qori Nurjanah

21100113120047

Mei Dey Tiara

21100113120093

Aji Bagas Putro

21100113140101

Muhammad Alamshah

21100113120045

Aulia Bunga Arini

21100113120051

Trio Fani

21100113120049

Judika Geraldo

21100113140118

Truman Simaremare

21100113120041

Zuhdi Azmi Fauzi

21100113120043

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
NOVEMBER 2015

MATERIAL KONSTRUKSI
1. Pengertian
Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu
proses konstruksi. Peralatan Konstruksi meliputi seluruh peralatan yang
dibutuhkan untuk menylesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan
pekerjaan pada suatu proses kostruksi. Sistem Pengelolaan Material dan
Peralatan Konstruksi adalah suatu sistem yang merencanakan dan
mengendalikan seluruh kegiatan untuk menjamin agar material dan peralatan
konstruksi dapat diperoleh dalam jumlah yang tepat, sesuai dengan
spesifikasi, dengan harga yang pantas dan tersedia pada saat.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material
perkerasan jalan adalah:gradasi, kebersihan, kekerasan ketahanan agregat,
bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air,
berat jenis, dan daya kelekatan terhadap aspal. Sifat agregat tersebut sangat
dipengaruhi oleh jenis batuannya.

2. Klasifikasi tekstur dan bentuk agregat


Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur
permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang
sudah mengeras.
Menurut BS 812: Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat
dibedakan atas:
- Rounded
- Flaky
- Elongated

- Irregular
- Angular
- Flaky & Elongated

Gambar 1. Bentuk Partikel Agregat menurut BS 812 : Part 1: 1975 dari kiri ke kanan
rounded, irregular, angular, flaky, elongate, flaky elongate

3. Berdasarkan asal-usulnya
Berdasarkan asal-usulnya agregat dibagi menjadi dua yakni:
a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau
penghancurannya. Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus
keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam berdasarkan
ukurannya terdiri dari :
1. Kerikil dan pasir alam,
Agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan
induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di daratan.
Agregat beton alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari
batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf.
Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan
tanah liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus dilakukan
pencucian terlebih dahulu.
2. Agregat batu pecah
Agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran
tertentu.
3. Tanah Urug (Agregat halus)
Tanah urug adalah semua material termasuk batuan yang telah lapuk
yang mudah pecah dan hancur saat dilakukan pengangkutan dan
pemadatan. Hampir semua jenis tanah dapat menjadi tanah urug
kecuali yang mengandung bahan organik lebih dari 5%, bahan yang
mudah larut atau mengandung mineral montmorilonit dalam presentase
tinggi (ekspansif) dan tidak termasuk lempung dispersif) (SNI 033405-1994). Hal ini disebabkan sifat montmorilonit yang dapat
menyerap air dengan sangat baik sehingga ketika dehidrasi maka dapat
akan mengalami penyusutan dan menghancurkan konstruksi yang ada
di atasnya. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga
sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Jadi seorang ahli teknik
sipil ataupun geoteknik harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari

tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan


mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility),
kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban dan lain-lain.
Jenis agregat alam berdasarkan asal kejadiannya :
- Batuan Beku (igneous rock) :Batuan yang berasal dari magma yang
mendingin dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar (extrusive
-

igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).


Batuan Sedimen : Berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan
dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit

bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya.


Batuan Metamorfik : Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku
yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan
tekanan dan temperatur dari kulit bumi.

b. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu)
karena kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat
ringan. Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal
dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat
yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze
berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat
(shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu
metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah
dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat digolongkan menjadi :
a. Agregat berat : agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8.
Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X.
Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat Normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50
2,70.Beton dengan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar
2,3 dengan kuat tekan 15 MPa 40 MPa. Agregat normal terdiri dari :
kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur
tinggi (agregat buatan).

c. Agregat ringan : agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu
apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg
gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran,
lempung bekah, dll (buatan).
4. Berdasarkan ukuran butirnya agregat dibedakan menjadi :
Pembagian Agregat Berdasarkan Ukuran Butiran Bina Marga, (2002)
- Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari
-

saringan No. 4 (4,75 mm)


Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari

saringan No.4 (4,75 mm).


Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum
75% lolos saringan no. 200 (0,075 mm)

Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:


-

Kasar : Batas bawah pada ukuran 4.75 mm atau ukuran saringan

no.4

(ASTM)
Halus : Batas bawah ukuran pasir = 0.075 mm (no. 200) Batas atas

ukuran pasir = 4.75 mm (no. 4)


5. Persyaratan material agregat
Persyaratan agregat kasar :

Persyaratan agregat halus :

6. Penambangan dan Pengolahan Agregat


Teknik penambangan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi
yang diinginkan dan rencana pemanfaatannya.
a. Endapan agregat kuarter/recent

Pada jenis endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan


didapatkan di sepanjang alur sungai. Keadaan endapannya masih lepas
sehingga teknik penambangan permukaan dapat dilakukan dengan alat
sederhana seperti sekop dan cangkul. Hasil yg diperoleh diangkut dengan
truk untuk dipasarkan. Teknik penambangan ini menghasilkan produksi
agregat yang sangat terbatas. Apabila diinginkan produksi dalam jumlah
banyak, maka penggalian/pengambilan dilakukan dengan showel dan
backhoe. Pemilahan besar butir (untuk memisahkan ukuran pasir dan
kerikil) dilakukan secara semi mekanis dengan saringan pasir. Hasil yang
sudah dipisahkan kemudian diangkut dengan truk ungkit dengan showel ke
tempat penimbunan di luar alur sungai. Teknik penambangan ini dapat
dijumpai di sepanjang Sungai Boyong Gunung Merapi dan Sungai Cikunir
Gunung Galunggung.
b. Endapan agregat yang telah membentuk formasi
Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil. Pekerjaan awal
dilakukan dengan land clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan
agregat jenis ini biasanya sudah agak keras dan tercampur dengan
lumpur/lempung dan zat-zat organic lain. Untuk mendapatkan agregat yang
bersih dari lempung dan zat organic, system penambangan dilakukan
dengan cara menggunakan pompa tekan/pompa semprot bertekanan tinggi
dan dilakukan pencucian. Model penambangan seperti ini dilakukan di
daerah desa Lebak Mekar, kab. Cirebon dan di lereng G. Muria Kab. Kudus.
c. Produksi Agregat Dari Batu Pecah
Batu pecah atau split stone sendiri merupakan material yang
berperang sangat penting untuk suatu konstruksi. Pada umumnya batu split
digunakan untuk cor beton ataupun fondasi dari konstruksi ringan hingga
berat seperti gedung bertingkat, landasan pesawat, pelabuhan dan
sebagainya. Bentuk dan ukurannya sangat bervariasi karena merupakan
salah satu material buatan yang diproses dengan mesin crusher, seperti
ukuran 10-20 mm, 20-30 mm, dan 30-50 mm. Efek dari pemaksaan ukuran

batu split untuk pekerjan pengecoran dapat membentuk rongga-rongga dan


akan mengurangi kekuatan beton tersebut.
Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan
hasil peledakan (biasanya batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi
dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan
ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, kegiatan pembuatan
agregat batu pecah terdiri dari peremukan, pengayakan dan pengangkutan.
Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran 10 mm,
10 20 mm, 20 30 mm, 30 50 mm, 50 75 mm.

Gambar 2. Pengolahan Agregat Pasir dan Kerikil

REFERENSI
Riyadi, Muhtarom. Amalia. Buku Ajar Teknologi Bahan 1. Jurusan Teknik
Sipil: Politeknik Negeri Jakarta
http://sisni.bsn.go.id/?/sni_main/sni/index_sniptspt/891 Standar Nasional
Indonesia. Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil. Badan
Standardisasi Nasional.
Diktat Kuliah Teknologi Bahan Bangunan. Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
SNI 03-3407-1994

Anda mungkin juga menyukai