Anda di halaman 1dari 51

PEMERINTAH KABUPATEN

BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

PENANGANAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DALAM KEHAMILAN
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/001/001/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN
IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Muntah yang berlebihan dalam kehamilan yang
menyebabkan terjadinya :
Ketonuria
Penurunan berat badan > 5%
Memberikan penanganan lebih dini pada pasien
dengan hiperemesis
Pada pasien yang terlambat ditangani dapat menjadi
fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis
yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat
1. Atasi dehidrasi dan ketosis :
Berikan infuse D 5 %,RL,NaCl 1 : 1 :1
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai
komposisi kalori dan elektrolit yang memadai
seperti KaEN Mg3
2. Balans cairan ketat hingga tidak jumpai lagi ketosis
dan defisit elektrolit
3. Berikan obat anti muntah Metoclopramide HCL 5
mg
4. Berikan support psokologis
5. Jika dijumpai keadaan patologis : atasi
6. Jika kehamilannya patologis ( misal : Molla
Hidatidosa ) lakukan evaluasi
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang
diberikan sesuai apa yang dikehendaki pasien
(prinsip utama adalah pasien masih dapat makan)
dengan porsi seringan mungkin dan baru
ditingkatkan bila pasien lebih segar dan enak.

PENANGANAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DALAM KEHAMILAN

PROSEDUR TETAP

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/001/001/IK/2009
Tanggal terbit

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
7. Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering
diberikan salep heparin karena cairan infus yang
diberikan relatif pekat.
8. Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah
segar dan dapat makan dengan porsi wajar (lebih
baik lagi bila telah dibuktikan hasil laboratorium
telah normal) dan obat peroral telah diberikan
beberapa saat sebelum infus dilepas.
9. Infus dilepas bila kondisi pasien benar benar
telah segar dan dapat makan porsi wajar,hasil
laboratorium telah normal dan obat peroral telah
diberikan beberapa saat sebelum infus dilepas

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

PENANGANAN ABORTUS
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/002/002/IK/2009

Ke - 2

1/3

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

Pengertian

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Abortus adalah istilah yang diberikan untuk semua
kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas
janin, yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500
gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka
perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu
lengkap (139 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir normal yang dapat dipakai

II. Tujuan

Penanganan abortus ditujukan untuk mengurangi


resiko perdarahan.

III. Kebijakan

USG dapat menentukan denyut jantung janin (> 5mm)


dan membantu menentukan kelainan organik
(anensefalus, NT >3mm), dan kemungkinan nirmudigah / bligted ovum

IV. Prosedur

1. Pada keadaan imnens, tirah baring tidak


memberikan hasil lebih baik (IA), namun dianjurkan
untuk membatasi aktivitas. Upayakan untuk
meminimalkan
kemungkinan
rangsangan
prostaglandin. Tidak dianjurkan terapi dengan
hormon Estrogen dan Progesteron. Dapat
diindikasikan sirklase serviks pada trimester kedua
untuk pasien dengan inkompentesi serviks.
Perdarahan subkhorionik dengan janin normal
sebagian besar akan berakhir dengan
kehamilan normal. Sebaliknya pada nir-mudigah
dianjurkan untuk evakuasi dengan obat

PENANGANAN ABORTUS
No Dokumen
11/002/002/IK/2009
Tanggal terbit

No Revisi

Halaman

Ke - 2
2/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
misoprostol atau aspirasi.
2. Pada keadaan insipiens, umumnya harus dirawat.
Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup
bagi janin, maka dapat diberikan misoprostol untuk
mengeluarkan
konsepsi,
analgetik
mungkin
diberikan. Demikian juga, setelah janin lahir,
kuretase mungkin diperlukan.
3. Pada keadaan inkopletus, apabila bagian hasil
konsepsi telah keluar atau perdarahan menjadi
berlebih, maka evakuasi hasil konseps segera
diindikasikan untuk meminimalkan perdarahan dan
risilo inveksi pelvis. Sebaiknya evakuasi dilakuakan
dengan aspirasi vakum,karena tidak memerlukan
anestesi.
4. Missed abortion sebaiknya dirawat di rumah sakit
karena
memerlukan
kuretase
dan
ada
kemungkinan perdarahan banyak serta risiko
tranfusi.
5. Prinsip penanganan terapi abortus septik
Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik :
Cefalosporin generasi II seperti Cefoperazone
Volume
intravaskuler
efektif
harus
dipertahankan untuk memberikan perfusi
jaringan yang adekuat
6. Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, bila
perlu dilakukan laparotomi eksplorasi, sampai
pengangkatan rahim

PENANGANAN ABORTUS
No Dokumen
11/002/002/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke - 2
3/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang Pelayanan Medis

V. Unit Terkait

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

KEHAMILAN EKTOPIK

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/003/003/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan gestasi
diluar kavum uteri.Kehamilan ektopik merupakan
istilah yang lebih luas daripada kehamilan ekstra
uteri,karena istilah ini juga mencakup kehamilan diluar
pars interstisialis tuba,kehamilan di kornu dan
kehamilan di serviks
Pada wanita dalam masa reproduksi dengan
gangguan atau keterlambatan haid yang disertai nyeri
perut bagian bawah,perlu dipikirkan kehamilan ektopik
terganggu.
Pada kehamilan ektopik belum terganggu,bila kantong
gestasi tak lebih dari 3 cm,dapat dipertimbangkan
tetapi dengan MTX 50 mg/minggu yang dapat diulang
1 minggu kemudian bila janin masih hidup.Pasien
dapat berobat jalan setelah mendapat informasi
bahwa keberhasilan terapi medikamentosa hanya 85
%.Bila ternyata tak terjadi rupture maka pasien dapat
diminta control tiap minggu untuk USG dan
pemeriksaan HCG.Bila terjadi tanda nyeri / abdomen
akut pasien harus segera di laparotomi
DIAGNOSIS
1.
Anamnesis : Nyeri abdomen,perdarahan
pervaginam,terlambat haid
2.
Pemeriksaan fisik : Umum,abdomen,pelvis
3.
Kehamilan ektopik belum terganggu dapat
ditentukan dengan USG akan tampak
kantong gestasi bahkan janinnya

KEHAMILAN EKTOPIK
No Dokumen
11/003/003/IK/2009
Tanggal terbit

No Revisi

Halaman

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
4.
Tes
tambahan
:
tes
HCG,
USG,
kuldosentesis,
kuretase
endometrium,
laparoskopi, kolpotomi/kolposkopi
MANAJEMEN
Prinsip prinsip umum penatalaksanaan :
1. Rawat inap segera
2. Operasi segera setelah diagnosis dibuat
3. Penggantian darah sebagai indikasi untuk
hipovolemik/anemia

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

MOLA HIDATIDOSA

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

DAN
PENYAKIT TROFOBLAS GANAS
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/004/004/IK/2009

Ke- 4

1/5

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Penyakit trofoblas gestasional adalah proliferasi sel
trofoblas yang bersal dari kehamilan
Penyakit ini banyak diderita oleh wanita usia
reproduksi sehat,sehingga tujuan penatalaksanaan
penyakit trofoblas gestasional adalah
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
reproduksi pasca penyakit trofoblas gestasional
Klasifikasi klinil :
1. Mola hodatidosa
2. Penyakit trofoblas ganas
Klasifikasi histologik :
1. Mola hidatidosa
2. Mola destruent
3. Koriokarsinoma
4. Placental Site Trophoblastic Disease
MOLAHIDATIDOSA
Pemeriksaan Klinik :
1. Terlambat haid disertai gejala gejala
kehamilan normal,kadang kadang gejala
kehamilan tersebut berlebihan
2. Uterus membesar,umumnya uterus membesar
lebih besar dari usia kehamilan
3. Uterus lunak,kehamilan ini disertai dengan
janin atau selaput janin(molahidatidosa
komplit)
tetapi
dapat
juga
disertai
dengandengan adanya janin atau kantong
janin(molahidatidosa partial)

MOLA HIDATIDOSA
DAN
PENYAKIT TROFOBLAS GANAS
No Dokumen
11/004/004/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke- 4
2/5
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
4. Tidak dijumpai gerakan janin,tidak dijumpai
denyut jantung janin
5. Pada sonde uterus tidak didapatkan tahanan
kantong janin
Pemeriksaan tambahan :
1. Ultrasonografi
(USG
),tidak
dijumpai
janin,terlihat
gambaran
khas
dari
molahidatidosa
2. Sering dijumpai kista lutein dari ovarium
3. Kadar HCG yang sangat tinggi(ribuan
inyernational unit/I )
Penyakit Trofoblas Ganas
Diagnosis Klinik ( WHO ) :
1. Kadar beta HCG yang menetap pada 2 kali
pemeriksaan berturut turut dengan interval
dua minggu
2. Kadar beta HCG yang meningkat
3. Kadar beta HCG diatas normal pada 14
minggu setelah tindakan evakuasi
4. Pembesaran uterus pasca evakuasi yang
disertai dengan kadar beta HCG diatas normal
5. Terdapat lesi metastasis
6. Histologik didapatkan mola invasive atau
koriokarsinoma
Diagnosis Histologik :
Diagnosis histologik pada penyakit trofoblas
gestasional umumnya dapat dilakukan pada
molahidatidosa,sedang diagnosis mola destruent

MOLA HIDATIDOSA

DAN
PENYAKIT TROFOBLAS GANAS
No Dokumen
11/004/004/IK/2009
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke- 4
3/5
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
atau mola invasiv dan koriokarsinoma sangat jarang
dilakukan dengan biopsi,diagnosis umumnya karena
spesimen pembedahan histerktomi atau eksisi lesi
metastasis
MANAJEMEN
Molahidatidosa
1.
Evakuasi,tindakan evakuasi jaringan mola
harus dilakukan dengan bersih,karena residu sel
trofoblas
sering
tetap
tumbuh
dan
berkembang.Nilai tindakan kuret diyakini tidak
bersih maka tindakan kuret ulangan dapat
dilakukan satu sampai dua minggu setelah kuret
pertama.Tindakan evaluasi dapat dilakukan
dengan kuret hisap atau kuret tajam dan tumpul
atau kombinasi keduanya.Untuk mengurangi
terjadinya
perdarahan,pada saat tindakan
evakuasi sebaiknya diberikan infus berisi
oksitosin,darah dapat diberikan dengan indikasi.
2.

Pasca tindakan evakuasi,harus dilakukan


pengamatan
kadar
beta
HCG
secara
periodik,pengamatan ini untuk mendiagnosis
terjadinya penyakit trofoblas ganas secara dini.

Penyakit Trofoblas Ganas (PTG)


Protokol pengobatan sitostatika berdasarkan
1.
klasifikasi yang dianut.Klasifikasi yang mudah
antara lain klasifikasi Hammond,klasifikasi
FIGO(stadium FIGO) :

MOLA HIDATIDOSA
DAN

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS


No Dokumen
11/004/004/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke- 4
4/5
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001

PTG non-metastasis

PTG bermetastasis

PTG bermetastasis risiko rendah

PTG bermetastasis risiko tinggi


2.
Metastasis risiko rendah
Interval kurang dari 4 bulan,metastasis bukan ke
otak atau ke hati,kadar hCG urin < 100.000
mlU/ml serum,kehamilan sebelumnya bukan
kehamilan
aterm,belum
mendapat
terapi
kemoterapi sebelumnya.
3.
Metastasis risiko tinggi
Metastasis otak atau hati,kriteria lain diluar
kriteria risiko rendah.
Klasifikasi FIGO
Stadium :
- Penyakit terbatas pada uterus
- Penyakit menyebar diluar uterus tetapi
terbatas pada organ genitalia interna
metastasis keparu dengan atau tanpa
adanyapenyakit pada genitalia interna.
- Metastasis jauh selain dari paru.
Sub stadium
- tidak ada faktor risiko
- ada satu faktor risiko
- ada dua faktor risiko
faktor risiko
- hCG > 100.000 IU /I
- interval > 6 bulan

MOLA HIDATIDOSA
DAN

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS


No Dokumen

No Revisi

11/004/004/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Halaman

Ke- 4
5/5
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pengobatan
Klasifikasi
HAMMOND
Nonmetsatasis
Metastasis
risiko rendah
Metastasis
risiko tinggi
FIGO
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS

Kemoterapi
kombinasi
jenis)

MTX,
VP16, ActD

MTX+ActD
MTX+VP16

(2

Kemoterapi
kombinasi (3
jenis)

MAC,
EMACO

MTX+ActD
MTX+VP16
MTX,
VP16, ActD

MTX+ActD
MTX+VP16

MAC,
EMACO

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M


NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

Kemoterapi
tunggal

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

DIABETES DALAM KEHAMILAN

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/005/005/IK/200
9

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Dijumpainya kadar gula darah pada test pembebanan
75 g pada kehamilan (umumnya 24 hingga 30
minggu) antara 140-200 mg/dl
Kadar gula darah terkontrol dalam batas normal (80120 mg)memberikan hasil yang sama dengan
populasi normal.
Pengontrolan gula darah dalam kehamilan harus
segera mungkin baik dengan diit maupun insulin
DIAGNOSA
1. Kadar gula darah
- Test toleransi glukosa beban 75 g
- Kurva darah harian
- HbA1C
2. Pertumbuhan janin dan kesejahteraan janin
3. Fungsi kardiofaskular
4. Toleransi feto maternal
1. upayakan kadar gula darah antara 80-120 mg
%, kadar HbA1C <5,5 % baik dengan maupun
tanpa insulin.
2. Kelahiran diupayakan pada usia gestasi 38
minggu keculai dijumpai
- PJT
- Pre eklampsia
- Kelainan congenital
- Ketosaidosis
Penentuan
persalinan
pervaginam
maupun per abdominal tergantung kondisi
janin maupun ibunya

DIABETES DALAM KEHAMILAN

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/005/005/IK/200
9
Tanggal terbit

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
V. Unit terkait

Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

BEKAS SEKSIO SESARIA

BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/006/006/IK/2009

Ke- 4

1/3

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN
IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Persalinan atau kelainan pada pasien dengan riwayat
kelahiran bayi melaui insisi perut (laparatomi) dan
insisi uterus (histerektomi). Luka sayat diperut dapat
tranversal(Pfannensial) maupun vertical (mediana),
sedangkan diuterus dapat tranversal( SC
transperitonealis profunda) maupun insisi vertical (SC
klasic/corporal)
1. Keberhasilan partus percobaan per vaginam
adalah 70-80 % dan risiko rupture adalah 1 %
2. Indikasi absolut( bentuk dan besar tulang
panggul, besar janin)
3. Prinsip imbang fetalo pelvik(tiap persalinan
normal)
4. Rumah sakit harus mampu melakukan seksio
darurat dalam 30 menit setelah diduga ruptur
DIAGNOSA
1. Anamnesa
2. Parut Luka Di Perut
1. Anamnesa-evaluasi catatan medis
2. Waktu, tempat, pelaksana, jenis secsio yang
lalu
3. Indikasi secsio yang lalu
4. Penyembuhan luka yang lalu
a.
Pemeriksaan penunjang
5. Penyembuhan luka yang lalu metode morgan
thoumau (gabungan spiral/helik ct scan
panggul dan ultrasonografi: perbandingan
besar volume

BEKAS SEKSIO SESARIA

No Dokumen
11/006/006/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke- 4
2/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

6.
7.

8.

9.

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
lingkar kepala/ lingkar bahu/ lingkar perut
janin
Partus pervaginam jika:
a. Imbang feto pelvik baik
b. Perjalanan persalinan normal
Secsio primer jika:
a. Plasenta previa
b. Vasa previa
c. Cpd/fpd
d. Panggul patologik
e. Presentasi abnormal
f. Kelainan letak
g. Posterm dengan score pelvik rendah
h. 2 kali secsio
i. Penyembuhan luka operasi yang buruk
j. Operasi yang lalu kolporal/klasik
Perawatan rumah sakit:
a. Hanya dilakukan apabila akan dilakukan
secsio primer atau jika transportasi sulit,
tingkat pendidikan pasien rendah
b. Perawatan pasca secsio kurang lebih 35 hari
Penyulit:
a. Ruptura uteri: histerorapi-histerektomi
b. Kematian janin, kematian ibu
c. Plasenta akreta, perkrata, inkreta;
histerektomi
d. Endometritis, infeksi subkutis
e. Perdarahan

BEKAS SEKSIO SESARIA

No Dokumen

No Revisi

11/006/006/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Halaman

Ke- 4
3/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001

V. Unit terkait

10. Konseling
Untuk mendapat informed consent pasien
harus mendapat penjelasan untung rugi
percobaan parute pervaginam
11. Masa pengembuhan luka 100 hari
12. Medikasi mentosa
a. Antibiotik: cefalosporin generasi iii
seperti : cefoperazone
b. Anelgetik
c. Uterotonik
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M


NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

DIABETES DALAM KEHAMILAN

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/007/007/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Dijumpainya kadar gula darah pada test pembebanan
75 g pada kehamilan (umumnya 24 hingga 30
minggu) antara 140-200 mg/dl
Kadar gula darah terkontrol dalam batas normal (80120 mg)memberikan hasil yang sama dengan
populasi normal.
Pengontrolan gula darah dalam kehamilan harus
segera mungkin baik dengan diit maupun insulin
DIAGNOSA
5. Kadar gula darah
- Test toleransi glukosa beban 75 g
- Kurva darah harian
- HbA1C
6. Pertumbuhan janin dan kesejahteraan janin
7. Fungsi kardiofaskular
8. Toleransi feto maternal
3. upayakan kadar gula darah antara 80-120 mg
%, kadar HbA1C <5,5 % baik dengan maupun
tanpa insulin.
4. Kelahiran diupayakan pada usia gestasi 38
minggu keculai dijumpai
- PJT
- Pre eklampsia
- Kelainan congenital
- ketosaidosis
Penentuan
persalinan
pervaginam
maupun per abdominal tergantung kondisi
janin maupun ibunya

DIABETES DALAM KEHAMILAN

No Dokumen

No Revisi

11/007/007/IK/2009
Tanggal terbit

Halaman

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang pelayanan medis
V. Unit terkait
Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

GRANDDE MULTIPARITAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/011/011/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Kehamilan, persalinan dan atau kelahiran pada
perempuan yang pernah melahirkan lebih dari 4 kali
dengan berat bayi > 500 gram

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

1. Kehamilan bersifat diabetogenik pada


grandemultiparitas akan semakin manifes
2. Infolusi berulang, memungkinkan untuk
terjadinya defek minor-medium yang berakibat
pada berkurangnya serabut endometrium,
senhingga persalinan pada grande multiparitas
akan cenderung untuk mengalami hipotonia
demikian pula pada pasca bersalin
3. Akibat kurangnya serabut endometrium maka
pada grande multiparsitas elastisitas akan
berkurang sehingga memudahkan untuk
terjadinya ruptura uteri

III. KEBIJAKAN

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik, parutperineum dan bekas
laparatomi

IV. Prosedur

1. Pemeliharaan kehamilan sesuai dengan


kehamilan normal, terapijika dijumpai kelainan
2. Waspada untuk Diabetes mellitus gestasional
3. Waspada untuk makrosomi
4. Tidak melakukan

GRANDDE MULTIPARITAS

No Dokumen
11/011/011/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Halaman

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M


NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM

No Revisi

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/009/009/IK/2009

Ke- 4

1/1

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

V. Unit terkait

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Dijumpai tekanan darah >_ 140/90 mmHg sejak
sebelum kehamilan
1. Mencari kelainan yang mendasari hipertensi
2. Memberi penanganan yang tepat sehingga
tidak menjadi lebih berat
1. Pengukuran tekanan darah pada lengan kiri
kanan (waaspada takayasu aneurisme aorta)
2. Ecg, ureum, kreatinin, urinalisa, pelacakan
retina
1. Pemeliharaan kehamilan sesuai dengan
kehamilan normal, kecuali pemberian obat
antihipertensi seperti calsium chanel blocker
2. Monitor protein uria
3. Persalinan dengan kelahiran sesuai indikasi
obstetric kecuali terjadi krisis hipertensi
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001
PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

PRE EKLAMPSIA RINGAN

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/010/010/IK/2009

Ke- 4

1/1

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN
IV. Prosedur

V. Unit terkait

Dijumpai tekanan darah >_ 140/90 mmHg atau


peningkatan diastolic >_ dengan protein urine kurang
dari 3 gr/24 jam
1. Pengukuran tekanan darah pada lengan kiri
kanan (waspada takayasu aneurisme aorta)
2. Ecg, ureum, kreatinin, urinalisa, pelacakan
retina
Sudah terjadi disfungsi endhotel
1. Pemeliharaan kehamilan sesuai dengan
kehamilan normal
2. Banyak istirahat / tirah baring
3. Monitor protein uria
4. Persalinan dan kelahiran diupayakan pada
37 minggu penuh
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

PRE EKLAMPSIA BERAT

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/011/011/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN
IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Pada kehamila lebih dari 22 minggu dijumpai :
1. Tekanan darah diastolk >_ 160 mmhg, diastolic
>- 110 mmhg
2. Proteinurin lebih dari 5 mg/24 jam
3. Gangguan cerebral atau visual
4. Edema pulmenum
5. Nyeri epigastrik atau kwadaran atas kanan
6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
7. Trombositopeni
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Peningkatan serum creatinin
1.
Pengukuran tekanan darah pada lengan
kiri kanan (waspada takayasu aneurisme
aorta)
2.
Ecg, ureum, kreatinin, urinalisa, pelacakan
retina
Sudah terjadi disfungsi endhotel berat sehingga
terjadi fasus fasme berat sehingga dapat terjadi
kelainan atau kerusakan multi organ
1. Rawat rumah sakit
2. Periksa lboratorium sesuai kemampuan rumah
sakit
3. Berikan MgSO4
4. Berikan obat anti hipertensi, nifedipin obat
terpilih
5. Terminasi kehamilan adalah : terapi defintif,
fariasi usia gestasi pada saat pengakhiran
kehamilan tergantung dari kemampuan
masing-masing rumah sakit

PRE EKLAMPSIA BERAT


No Dokumen

No Revisi

11/011/011/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

Halaman

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

INDUKSI PERSALINAN

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/012/012/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Upaya untuk melakukan inisiasi persalinan sebelum
timbul secara spontan unutk melahirkan janin- bayi
dan plasenta
Tujuannya karena ada ancaman untuk ibu dan janin,
atau keduanya apabila kehamilan diteruskan,
sehingga kelahiran janin bayi dan plasenta lebih
menguntungkan(utamanya bagi ibu, idealnya bagi
keduanya)
1. Induksi
persalinan
tanpa
melakukan
pematangan servks akan memberi angka
keberhasilan kelahiran yang lebih rendah,
terutama pad apelvik score rendah (15 %
banding 85 %). Walaupun pada saat
pematangan serviks bisa langsung terjadi
persalinan
2. Toleransi ibu dan janin untuk berlangsungnya
persalinan dan kelahiran merupakan syarat
utama untuk dilakukannya induksi persalinan
DIAGNOSIS
1. Toleransi ibu : keadaan umum, fungsi kardio
faskuler, respirasi, hemostasis,kapasitas dan
akomodasi jalan lahir
2. Toleransi janin: viabilitas , presentasi, posisi,
volume air ketuban
3. Pemanatuan dengan partograf
Manajemen
Mekanik (tujuan utama pematangan serviks
dan mengharapkan langsung diikuti)

INDUKSI PERSALINAN
No Dokumen

No Revisi

11/012/012/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Halaman

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
1.

2.

V. Unit terkait

Persalinan
Laminaria
Foley catheter
Stripping
Medikamentosa
Oksitosin (1-8 miu/menit)
Pge 1 ( misoprostol 25g / 6 jam ) kalau pada
bekas sc atau uterus (milomektomi
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH
KABUPATEN BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

SOLUSIO PLASENTA

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/013/013/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Lepasnya plasenta dari tempat implantsinya yang
normal pada dinding uterus sebelum janin lahir
1. Gejala klinik:
Takikardia janin - iufd
Trias virchow,s yaitu nyeri uterus fokal atau
umum,tonus meningkat dan perdarahan per
vaginal 85 %15 % pada tipe concealed
2. USG: membantu pada tipe concealed yaitu
area sonolusen retroplasental, lokasi plasenta
untuk membedakan dengan pasenta previa

III. KEBIJAKAN

1. Etiologi primer masih belum diketahui


2. Insidennya meningkat berkaitan dengan usia
ibu lanjut, multiparitas, riwayat syok maternal,
nutrisi buruk, hipertensi, korioamnionitis,
dekompresi mendadak setelah ketuban pecah
pad utersus yang overdistensi seperti
persalinan kenbar dan polihidramnion, trauma
abdomen, versi sefalik eksternal, plasenta
sirkumlata,defisiensi asam folat, kompresi
vena
cava
inferior
dan
antikoagulan
lupus,pada pengguna rokok, kokain nekrosis
desidual tepi plasenta
3. Rekurensi 5-17 % setelah 1 episode pada
kehamilan sebelumnya dan 25 % setelah 2
episode kehamilan sebelumnya
Risiko terjadi syok hipovolemik, gagal ginjal

SOLUSIO PLASENTA
No Dokumen
11/013/013/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

IV. Prosedur

V. Unit terkait

Halaman

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
4. Akut, DIC, perdarhan pasca bersalin dan
perdarahan fetomaternal
5. Klasifikasi:
Ringan : perdarahan sedikit baik pervaginam
maupun retroplasenter, keadaan ibi baik, janin
baik
Berat : perdarahan vaginal banyak, ibu dalam
keadaan pre syok-syok, janin dalam keadaan
gawat atau sudah meninggal
1. Lakukan resusitasi darah/cairan sesuai
kebutuhan
2. Pada solusio plasenta berat evakuasi konsepsi
segera dan hentikan perdarahandengan
uterotonika, resusitasi kekurangan faktor
pembekuan atau jika diperlukan dapat
dilakukan histerektomi
Pada solusio ringan dapat dilakukan
perawatan konservatif dan pematangan paru
hingga kehamilan 35 minggu dan evaluasi
ketat jumlah perdarahan retroplsenter.
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001
PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

No Revisi

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

RUPTURA UTERI

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/014/014/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Separasi komplit dinding uterus pada kehamilan
dengan
atau
anpa
ekspulsi
janin
yang
membahayakan ibu dan janin
1. Insiden 0,7 % dalam persalinan
2. Factor risiko: termasuk riwayat pembedahan
uterus, hiperstimulasi uterus, multi paritas versi
internal atau ekstrasi, persalinan operatif,
CPD, pemakaian kokain
3. Klasifikasi
Inkomplit, tidak termasuk peritoneum
Komplit, termasuk peritoneum visceral
Dehisens, terpishnya scar pada segmen
bawah uterus tidak mencapi serosa dan jarang
menimbulkan perdarahan BANYAK,
1. Identifikasi faktor risiko, parut opersi, multi
paritas, stimulasi uterus, persalinan operatif,
CPD
2. Hipoksia, gawat janin, perdarahan vaginal,
nyeri abdominal, perubahan kontraktilitas
uterus
3. Eksplorasi uterus
1. Jalur intravena besar (menggunakan abbocath
no 16 atau 18) pasang DC
2. Atasi syok dengan resusitasi cairan dan darah
3. Histerektomi:
- fungsi reproduksi tidak diharapkan
- kondisi buruk yang membahayakan ibu

RUPTURA UTERI
No Dokumen

No Revisi

11/014/014/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Halaman

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
4. Repair uterus
- Wanita
muda
yang
masih
mengharapkan fungsi reproduksinya
- Kondisi klinis stabil
- Ruptur yang tidak komplikatif
- Rekurensi 4-10 %, disarankan secsio
cesaria elektif pada kehamilan 36
minggu atau maturitas paru janin telah
terbukti
5. Antibiotik: cefalosporin generasi ke III seperti:
cefo perazone

V. Unit terkait

Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

PROLAPSUS TALI PUSAT

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/015/015/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau
melewati bagian terendah janin sebelum maupun
setelah ketuban pecah
1. Pada presentasi kepala, prolapsus uteri lebih
berbahaya bagi janin
2. Terjadi gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul
tidak tertutup oleh bagian bawah janin
tersebut
3. Sering ditemukan pada partus prematurus,
letak lintang dan letak sungsang
1.
2.

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

1.
2.
3.
4.

Pada periksaan dalam: adanya tali pusat


menumbung atau tali pusat terdepan, pada
umumnya diketahui setelah ketuban pecah
Periksa dalam wajib dilakukan pada ketuban
pecah dengan bagian terbawah janin belum
masuk
Secsio cesaria segera pada janin hidup
Resusitasi janin terhadap kemungkinan
hipoksia janin
Reposisi tali pusat pada posisi ibu ditidurkan
dalam posisi trendelenberg
Partus pervaginam pada janin mati

PROLAPSUS TALI PUSAT


No Dokumen

No Revisi

11/015/015/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

Halaman

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

SUNGSANG

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/2

11/016/016/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN
IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Janin dalam presentasi bokong. Bokong kaki atau
kaki
1. 25 % pada kehamilan 28 minggu dijumpai
sungsang , namun hanya 3-5 % yang tetap
sungsang hingga kehamilan aterm
2. Setiap kelainan presentsi cari penyebabnya
dengan melakukan pemeriksaan fisik maupun
ultrasonografi
Bergantung pada kondisi
pertolongan persalinan

ibu

dan

janin

serta

1. Jika tidak dijumpai penyebab definitif


sungsang dan telah dilakukan inform censent
ke pasien maa dapat dicoba versi luar pada
kehamilan 36 minggu ( mencegah komplikasi
preterm dan dengan keberhasilan 40-60 % )
2. Pada primi grafida yang tidak dapat diversi
luar metode kelahiran terpilih adalah secsio
cesaria
3. Pada multi gravida tergantung kompetensi
penolong
4. Pemantauan jalannya persalinan dengan
partograf, jika melambaat/distosia sebaiknya
lakukan pengakhiran per abdominal

SUNGSANG

No Dokumen
11/016/016/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Halaman

Ke- 4

2/2

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM

No Revisi

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

PERSALINAN PRETERM

BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

Ke- 4

1/3

11/017/017/IK/2009
Jl. Rumah Sakit No. 01
Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Proses kelahiran pada ibu dengan usia gestasi
kurang dari 37 minggu
1. Persalinan preterm mempunyai banyak
penyebab, namun infeksi korioamnionitis kini
makin dominant. Infeksi ini mempunyai potensi
untuk cedera pada bayi baru lahir. Semakin
muda kehamilan semakin buruk prognosisnya
2. Upaya tokolilisis hanyalah upaya penundaan
sementara bagi pematangan paru, bila infeksi
telah nyata sebaiknya persalinan preterm
dibiarkan berlangsung, selain tokolisis tidak
dibenarkan pada usia kehamilan > 35 minggu,
kelainan bawaan janin dan preeklampsia
3. Peningkatan II-6 lebih dari 11 pg/ml
merupakan risiko terjadinya reaksi radang
(inflamatory
response)
dengan
akobat
periventrikuler leucomalacia (PVL). Pemberian
kortikosterid lebih dari 2 hari dan berulang
ulang dapat memberi risiko pertumbuhan bayi
terhambat
1. Kontraksi/his yang regular pada kehamilan <
37 minggu merupakan gejala pertama,
pastikan
denganpemeriksasn
inspekulo
adanga pembukaan dan cevicitis
2. Pengobatan terhadap cevicitis dan vaginitis
perlu dilakukan dengan metronidazol 2 x
500mg. Pemberian dexamethasone 12 mg/hari
menunjukan penurunan risiko PVL

PERSALINAN PRETERM
No Dokumen
11/017/017/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

IV. Prosedur

No Revisi

Halaman

Ke- 4

2/3

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
3. Gejala infeksi intrauterin ialah: takikardia janin,
gerakan janin lemah, oligohidramnion, pireksi
ibu, cairan amnion berbau
4. Sebagai upaya pencegahan ada baiknya
pemeriksaan dalam dilakukan deteksi vaginitis
dan cervicitis. Kelainan cervik ( inkompetensi)
merupakan
indikasi
untuk
seridase.
Pemeriksaan klinik da USG (tebal servik < 1,5
cm) merupakan resiko tersebut
1. Setelah pemberian informed consent yang baik,
cara persalinan dan kemampuan klinik merawat pre
term harus dipertimbangkan. Bila kehamilan < 35
minggu dan presentasi kepala, maka persalinan
pervaginam merupakan pilihan. Namun bila
kehamilan 32 35 minggu maka pertimbangan
seksio sesaria menjadi pilihan.Mwenjadi kesulitan
plihan jika bayi dengan berat lahir sangat rendah
karena risiko kematian tinggi(50 %).Bila ditemukan
infeksi,maka upaya tokolisis dapat dilakukan.
2. Obat yang dianjurkan adalah :
a. Nifedipine 10 mg,diulang tiap 30 menit
maksimum 40 mg/6 jam.Umumnya hanya
diperlukan 20 mg,dan dosis perawatan 3
kali 10 mg.
b. B-mimetik : terbutalin atau Salbutamol
3. Pemberian kortikosteroid diperlukan untuk
pematangan paru : betametasone 12 mg/hari,untuk 2
hari saja.Bila tidak ada betamethasone dapat
diberikan dexametasone

PERSALINAN PRETERM
No Dokumen
11/017/017/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Halaman

Ke- 4

3/3

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
4. Persiapan untuk perawatan bayi kecil perlu
dibahas dengan dokter anak,untuk kemungkinan
perawatan
intensif.Bila
ternyata
bayi
tidak
mempunyai kesulitan ( minum,nafas,tanpa cacat )
maka perawatan cara kangguru dapat diberikan agar
lama perawatan di rumah sakit dapat dikurangi
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS
BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH

No Revisi

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

KEHAMILAN POST-DATE

RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/018/018/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Kehamilan 42 minggu lengkap atau 294 hari dari
periode haid terakhir(280 hari dari konsepsi)
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada
hasil ultrasonografi pada trimester 1.Kesalahan
perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai
20%
Prognosis untuk janin lebih baik dibanding dengan
manajemen ekspektatif,induksi sebaiknya dilakukan
pada kehamilan 41 minggu
1. Kehamilan post term mempunyai risiko lebih
tinggi daripada kehamilan aterm,pada kematia
perinatal(antepartum,intrapartum,dan
postpartum)berkaitan
dengan
aspirasi
mekonium dan asfiksia
2. Kehamilan post term mempunyai risiko lebih
tinggi
pada
morbiditas
neonatal(makrosomia,distosia bahu,sindroma
aspirasi mekonium,perawatan pada neonatal
intensif care unit,penatalaksanaan dengan
oksigen
tekanan
positif,intubasi
endotrakheal,distress nafas,persisten fetal
circulation,pneumonia dan kejang)
3. Dianjurkan melakukan pencegahan post term
dengan melakukan induksi persalinan pada
kehamilan 41 minggu
1. Pemantauan fetus
2. Induksi persalinan
- Oksitosin (1 8 IU/ menit )

KEHAMILAN POST-DATE
No Dokumen

No Revisi

11/018/018/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

Halaman

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001

V. Unit terkait

- Folley cateter
- PGE 1 ( misoprostol 25 / 6 jam ),kontraindikasi
pada bekas sc,parut uterus ( miomektomi)
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

EKSTRAKSI FORCEPS DAN VAKUM

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

No Dokumen

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Halaman

Ke- 4

1/2

11/019/019/IK/2009

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Tindakan ekstraksi kepala pada partus pervaginam
dapat dilakukan dengan alat vakum atau cunam atas
suatu indikasi obstetric
Telaah perbandingan vakum vs forceps ditemukan :
- Vakum lebih mudah gagal (OR 1.7 ) menimbulkan
sefal hematoma (OR = 2.4 ) menimbulkan
perdarahan retina ( OR = 2.0 ),kecemasan ibu ( OR
= 2.2 ) cidera ibu lebih kecil ( OR = 0.6 ) nyeri
perineum kurang ( OR = 0.6 ) tidak berkaitan
dngan asfiksia ( SA 5<5 ) ( OR = 1.7 )
1. Umumnya tindakan dilakukan atas alas an
kala II lama dan gawat janin
2. Tindakan ekstraksi bukan tanpa risiko :
perdaraha
intracranial,jejas/trauma
pada
kepala/muka,cephal
hmatoma
dan
kematian.Morbiditas bayi pada kedua tehnik
tak berbeda
1. Pada forseps yakinkan bahwa tindakan tersebut
adalah
forseps
rendah,demikian
juga
pada
vakum.Saat ekstraksi diperhatikan bahwa kepala
turun dengan mudah,dan nilai beratnya tarikan
2. Bila ternyata kepala tidak turun hentikan setelah 2
kali ekstraksi.Selama tindakan diupayakan dengar
denyut jantung.lamanya tindakan jangan lebih dari 20
menit karena morbiditas bayi akan meningkat

EKSTRAKSI FORCEPS DAN VAKUM

No Dokumen

No Revisi

11/019/019/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
3. Perhatikan bahwa pada ekstraksi forceps,daun
forceps diupayakan pada biparietal,sebaliknya pada
vakum mangkok berada pada sutura sagitalis
mendekati oksiput
Audit perlu dilakukan pada :
- Angka tindakan dan indikasi
- Komplikasi : kegagalan ekstraksi,perawatan intensif
- Rekam medik yang lengkap
- Tuntutan/keluhan pasien
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

Halaman

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

PERDARAHAN NIFAS
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/020/020/IK/2009

Ke- 4

1/2

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Perdarahan yang terjadi setelah kelahIran,dibagi
dalam
1. Perdarahan nifas dini : perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan
2. Perdarahan nifas lanjut : perdaraha
yang terjadi setelah 24 jam persalinan
-

III. KEBIJAKAN

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

Penyebab tersering pada perdarahan


nifas dini adalah perdarahan pada
implantasi plasenta,perlukaan jalan
lahir,dan gangguan factor pembekuan
darah
Penyebab perdarahan nifas lanjut : sub
involusi,retensi plasenta / sebagian
plasenta
Sub involusi uterus dapat disebabkan :
endometritis sisa plasenta,kelainan
pada uterus seperti mioma atau
anomaly struktur pembuluh darah
uterus ( A.V. malformasi )

1. Diagnosis
- Anamnesis
- Pemeriksaan
fisik
:
perdarahan
pervaginam lebih dari 500 ml setelah 24
jam kelahiran
Pemeriksaan penunjang : laboratorium

PERDARAHAN NIFAS
No Dokumen

No Revisi

11/020/020/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

IV. Prosedur

V. Unit terkait

Ke- 4
2/2
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
- darah lengkap,USG
2. Prognosis
Tergantung dari jumlah perdarahan dan penyebab
1. Perbaiki keadaan umum pasien,antibiotik
2. Pemerian preparat ergometrin / oksitosin
3. Kompresi bimanual ( pada atonia uteri )
4. Ekslorasi dan reparasi perlukaan jalan lahir
5. Kuretase
6. PGE 1 ( misoprostol 400 g 800 g )
7. Laporotomi
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

Halaman

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL


( PUD )
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/021/021/IK/2009

Ke- 4

1/3

Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

II.

TUJUAN

III. KEBIJAKAN

IV. Prosedur

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Perdarahan yang semata mata disebabkan oleh
gangguan fungsional poros hipotalamus,hipofisis dan
ovarium.
Tujuannya
adalah
menghentikan
perdarahan
akut,dilanjutkan
dengan
pengaturan
siklus
haid,sampai terjadi ovulasi spontan,dan sampai
persyaratan untuk induksi ovulasi tercapai
1.

Perdarahan dengan perdarahan interval


abnormal,denganintensitas
perdarahan
normal,banyak atau sedikit.Bisa amenorea
sampai ke polimenoria ,atau hipomenorea
sampai hipermenorea
2. Tidak terjadi ovulasi dan tidak ada
pembentukan korpus luteum
3.
Penyebab
belum
diketahui
secara
pasti.Analisa
hormonal
umumnya
normal.Diduga terjadi gangguan sentral
(disregulasi) akibat gangguan psikis
Siklus Anovulasi
Perdarahan akut Hb kurang dari 8 gr %.Perbaiki
keadaan umum ( tranfusi darah ).Berikan sediaan
estrogen progesterone kombinasi.17 Beta estradiol
2 x 2 mg,atau estrogen equin konyugasi 2 X 1,25
mg,estropipate 1 X 1,25 mg,dengan norestiteron 2 X
5 mg,digrogesteron 2 X 10 mg atau MPA 2 X 10
mg.Pemberian cukup 3 hari

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL


( PUD )
No Dokumen
11/021/021/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke- 4
2/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
saja.Yang paling mudah adalah pemberian pil
kontrasepsi kombinasi juga 3 hari saja
1. Bila perdarahan disfungsional benar,maka
perdarahan akan berhenti atau berkurang,dan
3 4 hari setelah penghentian pengbatan
akan terjadi perdarahan lucut.Pada wanita yag
dijumpai gangguan psikis,pengobatan serupa
dapat dapat diteruskan selama 18 hari lagi
2. Andaikata perdarahan tidak berhasil dengan
terapi
diatas,kemunginan
besar
wanita
tersebut memiliki kelainan organic,selanjutnya
dicari penyebabnya.
3. Setelah perdarahan akut dapat diatasi,maka
tindakan selanjutnya adalah pengaturan siklus
cukup pemberian progesterone,1 X 10 mg
( MPA,didrogesteron ),atau 1 X 5 mg
( noretisteron ) dari hari ke 16 sampai hari ke
25,selama 3 bulan.dapat juga diberikan pil
kontrasepsi kombinasi
4. Selesai pengobatan 3 bulan,perlu dicari
penyebab anovulasi.selama siklus belum
berovulasi,PUD akan kembali lagi
5. Wanita
dengan
risiko
keganasan
( obesitas,DM,hipertensi )perlu diperlukan
pemeriksaan patologi anatomi
Siklus Ovulasi :
1. Pada pertengahan siklus berikan 17 beta
estrdiol 1 x 2 mg,atau estrogen

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL


( PUD )
No Dokumen

No Revisi

11/021/021/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

V. Unit terkait

Ke- 4
3/3
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
konyugasi 1 x 1,25 mg,atau estropipate
1,25 mg,hari ke 10 sampai ke 15
siklus
2. Pada premenstrual spotting berikan MPA
atau nerotisteron 1 x 5 mg,atau didiogesteron
1 x 10 mg hari ke 16 25 siklus
3. Pada postmentrual spotting berikan 17 beta
estrdiol 1 x 2 mg,atay estrogen equin
konyugasi atau esttropipate , 1 x 1,25 mg,hari
ke 2 - ke 8 siklus
4. Pada keadaan sulit mendapatkan tablet
estrogen dan progesterone dapat diberi pil
kontrasepsi hormonal kombinasi yang
diberikan sepanjang siklus
5. PUD Pada Usia Perimenar
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS

Halaman

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

BADAN LAYANAN UMUM


DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
BANYUMAS

SEPSIS
No Dokumen

No Revisi

Halaman

11/022/022/IK/2009

Ke-1

1/4

Jl. Rumah Sakit No. 01


Banyumas

Tanggal terbit
31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

I.

PENGERTIAN

Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi
sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi
Renjatan (syok) septik : sepsis dengan
hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS
<90 mmHg atau penurunan >40 mmHg dari
TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang
dapat menurunkan TD
Sepsis berat : gangguan fungsi organ atau
kegagalan fungsi organ termasuk penurunan
kesadaran, gangguan fungsi hati, ginjal, paruparu, dan asidosis metabolic

DIAGNOSIS BANDING
Renjatan kardiogenik, renjatan hipovolemik
II. TUJUAN
III. KEBIJAKAN

SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut :


Suhu badan >38oC atau 36 oC
Frekuensi denyut jantung >90x/menit
Frekuensi pernafasan >24x/menit atau PaCO2
<32
Hitung leukosit >12.000/mm3 atau <4.000/mm3,
atau adanya >10% sel batang
Ada fokus infeksi yang bermakna

SEPSIS
No Dokumen
11/022/022/IK/2009
Tanggal terbit

Halaman

Ke-1
2/4
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

IV. Prosedur

No Revisi

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
Eradikasi fokus infeksi
Antimikroba
Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan
tempat infeksi, dugaan kuman penyebab, profil
antimikroba (farmakokinetik dan
farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan
fungsi hati
Antimikroba definitif diberikan bila hasil kultur
mikroorganisme telah diketahui,
Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi
cairan, vasopresor/inotropik, dan
transfusi (sesuai indikasi) pada renjatan septik
diperlukan untuk mendapatkan respons
secepatnya
Resusitasi cairan.
Hipovolemia pada sepsis segera diatasi
dengan pemberian cairan
kristaloid atau koloid. Volume cairan yang
diberikan mengacu pada respons klinis
(respons terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan frekuensi jantung,
kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan perbaikan
kesadaran) dan perlu diperhatikan ada
tidaknya tanda kelebihan cairan
(peningkatan tekanan vena jugularis, ronki,
galop S3, san penurunan saturasi
oksigen). Sebaiknya dievaluasi dengan CVP
(dipertahankan 8-12 mmHG),

SEPSIS
No Dokumen
11/022/022/IK/2009
Tanggal terbit

PROSEDUR TETAP

No Revisi

Halaman

Ke-1
3/4
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009
dr. Widayanto, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
dengan mempertimbangkan kebutuhan kalori
perhari.
Oksigenasi sesuaian kebutuhan.
Ventilator diindikasikan pada hipoksemia yang
progresif, hiperkapnia, gangguan neurologis,
atau kegagalan otot pernafasan
Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi,
diberikan vasoaktif untuk mancapai tekanan
darah sistolik >90 mmHg atau MAP 60 mmHg
dan urin dipertahankan >30 ml/jam. Dapat
digunakan vasopresor seperti dopamin dengan
dosis >8g/kgBB/menit, neropinefin 0,03-1,5
g/kgBB/menit, fenilefrin 0,5-8
g/kgBB/menit, atau epinefrin 0,1-0,5
g/kgBB/menit. Bila terdapat disfungsi
miokard, dapat digunakan inotropik seperti
dobutamin dengan dosis 2-28
g/kgBB/menit, dopamin 3-8 mcg/kgBB/menit,
epinefrin 0,1-0,5
mcg/kgBB/menit, atau fosfodiesterase inhibitor
(amrinon dan milrinon).
Tranfusi komponen darah sesuai indikasi
Koreksi gangguan metabolik : elektrolit, gula
darah, dan asidosis metabolik (secara empiris
dapat diberikan bila pH<7,2, atau bikarbonat
serum <9 mEg/l, dengan disertai upaya
perbaikan hemodinamik)
Nutrisi yang adekuat
Terapi suportif terhadap gangguan fungsi

SEPSIS
No Dokumen

No Revisi

11/022/022/IK/2009
Tanggal terbit

Halaman

Ke-1
4/4
Ditetapkan,
Direktur RSU Banyumas

31 Mei 2009

PROSEDUR TETAP

dr. Widayanto, M.Kes


Pembina Tk. I
NIP. 19571027 198511 1 001
ginjal
Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi
adrenal
Bila terdapat KID dan didapatkan bukti
terjadinya tromboemboli, dapat diberikan
heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolus,
dilanjutkan 15-25 IU/kgBB/jam dengan
infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan untuk
mencapai target aPTT 1,5-2 kali
kontrol atau antikoagulan lainnya

V. Unit terkait

PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah,
AGD, elektrolit,kultur darah dan
infeksi fokal (urin, pus, sputum, dll) disertai uji
kepekaan mikroorganisme terhadap anti
mikroba, foto toraks
Bidang pelayanan medis

Mengetahui :
KETUA KOMITE MEDIS
RSU BANYUMAS
Dr. M. YUSUF ALIRIDHA, Sp.M
NIP. 19500922 197612 1 001

PENANGGUNGJAWAB PERISTI

Dr. M. BASSALAMAH Sp.A


NIP. 19631226 198901 1 001

Anda mungkin juga menyukai