Anda di halaman 1dari 14

ALKALIMETRI

I. JUDUL PRAKTIKUM
Titrasi Alkalimetri.
II. PRINSIP PRAKTIKUM
Titrasi penetralan asam bassa antara (COOH)2 dengan NaOH menjadi Natrium Oksalat.
Karena (COOH)2 merupakan asam lemah, sedangkan NaOH basa kuat, maka digunakan
Fhenolptalein (PP) sebagai indicator.
III. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikum memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi.
2. Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam/basa.
IV. REAKSI PERCOBAAN
2 NaOH + (COOH)2

2 COONa + 2 H2O

V. TEORI PERCOBAAN
1. Larutan Standart
Larutan standar atau larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dengan pasti dan teliti. Dimana, proses penambahan larutan standart ke dalam
larutan analit sampai terjadi reaksi sempurna disebut proses titrasi.
Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam larutan standar, hendaknya
diperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Asam harus kuat. Yakni, sangat terdisosiasi.
b. Asam tersebut tidak mudah menguap.
c. Larutan asam harus stabil.
d. Garam dari asam tersebut harus mudah larut
e. Asam tersebut bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan senyawasenyawa organik yang digunakan sebagai indicator.
f. Zat harus mudah di peroleh, mudah di murnikan, mudah di keringkan

(sebaiknya

pada suhu 100-120oC )


g. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan , kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula di oksidasi oleh udara atau di
pengaruhi oeh karbondioksida. Standar ini harus di jaga agar komposisinya tak berubah
selama penyimpanan.

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

Di dalam pembuatan larutan standart asam yang biasa dipakai adalah HCl dan H 2SO4.
Asam nitrat (HNO3) tidak dipakai karena mempunyai sifat yang tidak stabil dan mudah
mengeluarkan gas NO, lagipula HNO3 adalah suatu oksidator kuat, sehingga dapat merusak
indikator. Untuk titrasi yang memerlukan pemanasan, lebih baik memakai H 2SO4, sebab
asam ini tidak mudah menguap pada pemanasan, tetapi dalam beberapa hal misalnya
dengan air kapur dan air barit dapat membentuk endapan, sehingga sering menyulitkan.
Dengan HCl kurang baik, karena HCl sering keluar sebagai gas pada pemanasan. Namun
demikian, titrasi yang terbanyak adalah memakai HCl, sebab umumnya HCl membentuk
garam yang mudah larut dalam air.
2. Larutan Baku Primer dan Sekunder
Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini
disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan
standar adalah tepat dan akurat).
Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan
cara menimbang. Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:
a. Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit yang dipakai
untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine (I2), dan cerium
(IV) sulfat (Ce(SO4)2).
b. Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol atau
DMF.
c. Kalium bromat (KBrO3) untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
d. Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat
dan asam asetat.
e. Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
f. Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3.
g. Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan
natrium nitrit.
h. As2O3, asam bensoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCl, dan asam sulfanilik diatas adalah
standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian dilarutkan
dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan standar primer.
Syarat larutan baku primer, yaitu:
a. Memiliki kemurnian 100%. Secara umum, jumlah total pengotor harus tidak lebih 0,01
sampai 0,02%.

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

b. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan)
disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.
c. Mudah didapatkan (tersedia dimana-mana).
d. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari

kesalahan

relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah
dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil zat
tertentu.
e. Asam atau basa tersebut lenih disukai yang kuat yaitu saat terdiasosiasi. Namun
demikian, asam atau basa lemah dapat digunakan sebagai standa utama, tanpa kerugian
yang berarti khususnya ketika larutan standar tersebut akan digunakan untuk
menganalisis sample dari asam atau basa lemah.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer
disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu
dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan H 2SO4 dan HCl
tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan
ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3.
3. Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume
dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Terdapat tiga penggolongan titrasi, yaitu:
a. Titrasi langsung (Direct Titration) adalah larutan sampel langsung dititrasi
dengan larutan standar. Misalnya: titrasi antara Naoh dan HCl.
b. Titrasi tidak langsung (Back Titration). Larutan ini digunakan jika zat yang
bearada di dalam sampel tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya
sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan sampel
sejumlah tertentu zat ketiga yang berlenihan, kemudian zat ke tiga ditirasi dengan
larutan baku.
c. Titrasi penggantian (Displacement Titration). Cara ini dilakukan bila ion yang
ditetapkan tidak bereaksi langsung dengan larutan baku, tidak bereaksi secara
Ersa Nurul Yarizsa/1513072

stoikiometri dengan larutan baku, tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan
larutan penunjuk.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar
atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit atau titrat.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana
titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan
analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin kamu bertanya apabila kita
menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti H 2SO4 dan NaOH dalam titrasi,
bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent?. Titik equivalent dapat ditentukan dengan
berbagai macam cara, cara yang umum adalah dengan menggunakan indicator. Indikator
akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini
maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi.
Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp).
Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan
sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah
terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titrasi yang
bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa
sama. Titik akhir dilihat karena adanya perubahan :
a. Warna, yaitu : larutan tidak berwarna menjadi berwarna tertentu atau larutan
berwarna berubah menjadi warna lain.
b. Kekeruhan atau endapan, larutan yang jernih menjadi keruh atau sebaliknya.
Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:
V.N titran = V.N analit
Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas
(M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama
habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari
perkalian normalitas dengan volume. Tidak semua zat bisa ditentukan dengan cara titrasi
akan tetapi kita harus memperhatikan syarat-syarat titrasi untuk mengetahui zat apa saja

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

yang dapat ditentukan dengan metode titrasi untuk berbagai jenis titrasi yang ada.
Mengenal berbagai macam peralatan yang dipergunakan dalam titrasipun sangat berguna
agar kita mahir melakukan teknik titrasi. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa, yaitu:
a. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat: HCl
- Basa kuat: NaOH
- Persamaan Reaksi:
-

HCl + NaOH NaCl + H2O


Reaksi ionnya:
H+ + OH- H2O

b. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah


Contoh:
- Asam kuat: HCl
- Basa lemah: NH4OH
- Persamaan Reaksi:
-

HCl + NH4OH NH4Cl + H2O


Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH H2O + NH4+

c. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat


Contoh :
- Asam lemah: CH3COOH
- Basa kuat: NaOH
- Persamaan Reaksi:
-

CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O


Reaksi ionnya:

H+ + OH- H2O
d. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
Contoh :
- Asam kuat: HCl
- Garam dari asam lemah: NH4BO2
- Persamaan Reaksi:
-

HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl


Reaksi ionnya:
H+ + BO2- HBO2

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

e. Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah


Contoh :
- Basa kuat: NaOH
- Garam dari basa lemah: CH3COONH4
- Persamaan Reaksi :
-

NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH


Reaksi ionnya :
OH- + NH4- NH4OH

4. Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang
besar ketika ion-ion hydrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu
diencerkan.
Secara umum, larutan penyangga mengandung pasangan asam-basa konjugat. Larutan
asam dan basa kuat pekat menahan perubahan pH yang besar, dan kurva titrasinya datar
pada rentang pH yang lebar. Larutan tersebut dapat digunakan untuk menjaga pH yang
tetap pada nilai yang agak rendah atau tinggi. Larutan asam dan basa yang kuat juga
mengalami perubaha pH yang cukup besar saat pengenceran.
Nilai pH percobaan secara normal diukur dalam laboratorium dengan metode
potensiometrik. Ketika kita menyiapkan penyangga untuk penggunaan dalam laboratorium,
kita dapat mengukur pH menggunakan sebuah pH meter yang telah dikalibrasi dengan
penyangga yang telah direkomendasikan.
5. Konsep Teori Asam-Basa
a. Menurut ARRHENIUS ( akhir abad ke-19 )
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion
H+. Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion
OH-.

b.

Menurut BROENSTED LOWREY


Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton , disebut sebagai
donor proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut

c.

akseptor proton.
Menurut G.N. LEWIS
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang elektron bebas,
disebut juga sebagai akseptor pasangan elektron bebas. Pada titrasi alkalimetri larutan

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

baku sekunder yang digunakan adalah senyawa basa dan larutan baku primer adalah
senyawa asam.
6. Penggunaan Indikator untuk Asam-Basa
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam
larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Singkatnya, kita
harus memilih indicator yang berubah warna di sekitar titik ekivalen dari titrasi. Zat
indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan
warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari Ph.
Petunjuk pemilihan indicator:
a. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain.
b. Jika asam kuat dititrasi dengan basa kuat atau sebaliknya dapat digunakan metil
jingga, metil merah, atau fenolftalein.
c. Jika asam lemah (pH pada titik ekivalen di atas 7) dititrasi dengan basa kuat
digunakan indikator fenolftalein.
d. Jika basa lemah (memiliki pH di bawah 7) dititrasi dengan asam kuat digunakan
indikator metil merah.
Beberapa indicator campuran:
INDIKATOR CAMPURAN
PP dan alfa naptoftalein
Timol blue dan kresol merah
Timolftalein dan pp

pH
9,9
8,3
9,9

PERUBAHAN WARNA
Merah muda ungu
Kuning ungu
Tidak berwarna ungu

Rasio bentuk warna dari indicator pada berbagai nilai pH:


pH LARUTAN

RASIO

WARNA

1
2
3
4
5
6
7
8

[HIn]/[In-]
10.000 : 1
1000 : 1
100 : 1
10 : 1
1:1
1 : 10
1 : 100
1: 1000

Merah
Merah
Merah
Merah
Oranye
Kuning
Kuning
Kuning

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

Rentan
g

Beberapa Indikator dalam Asam-Basa


N

INDIKATOR

PERUBAHAN WARNA

RENTANG pH

O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Asam pikrat
Timol biru
2,6-Dinitrofenol
Metil kuning
Bromfenol biru
Metil oranye
Bromkresol hijau
Metil merah
Litmus
Metil ungu
p-Nitrofenol
Bromkresol ungu
Bromtimol biru
Netral merah
Fenol merah
p--Naftolftalein
Fenolftalein
Timolflatein
Alizarin kuning R
1,3, 5-Trinitrobenzena

DENGAN MENINGKATNYA pH
Tidak berwarna kuning
Merah kuning
Tidak berwarna kuning
Merah kuning
Kuning biru
Merah kuning
Kuning biru
Merah kuning
Merah biru
Ungu hijau
Tidak berwarna kuning
Kuning ungu
Kuning biru
Merah kuning
Kuning biru
Kuning biru
Tidak berwarna merah
Tidak berwarna biru
Kuning violet
Tidak berwarna oranye

0,1-0,8
1,2-2,8
2,0-4,0
2,9-4,0
3,0-4,6
3,1-4,4
3,8-5,4
4,2-6,2
5,0-8,0
4,8-5,4
5,6-7,6
5,2-6,8
6,0-7,6
6,8-8,0
6,8-8,4
7,0-9,0
8,0-9,6
9,3-10,6
10,1-12,0
12,0-14,0

7. Pengertiaan Alkalimetri
Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) adalah asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standard
(larutan bakunya berupa basa)
Titrasi alkalimetri dilakukan untuk menetapkan kadar suatu senyawa asam dengan
membakukan terlebih dahulu larutan bakunya. Sebelum digunakan, larutan NaOH harus
distandarisasi dahulu dengan Asam Oksalat. Hidroksida-hidroksida dari natrium, kalium
dan barium umumnya digunakan sebagai larutan standar alkalis dan Ammonium

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

Hidroksida tidak dibenarkan, kecuali bersifat sebagai basa lemah, pada proses pelarutan
dilepaskan gas ammonia (beracun).
Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan kemurniannya tinggi.
Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis, maka diperlukan ketelitian pada proses
penimbangan. Pada saat penimbangan gunakan botol timbang bertutup untuk mengurangi
kesalahan. Standarisasi larutan NaOH dapat dilakukan dengan larutan Asam Oksalat
dengan reaksi sebagai berikut:
NaOH (aq) + H2C2O4 (aq)

Na2C2O4 (aq) + 2 H2O

Dalam titrasi perlu adanya penambahan indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Biasanya perubahan yang terjadi pada TAT adalah timbulnya perubahan warna
atau terjadinya endapan tergantung larutan baku yang digunakan.
Sebelum terjadinya TAT maka sebenarnya yang muncul adalah titik equivalen yaitu
titik dimana larutan baku tepat bereaksi seimbang antara ion H dan ion OH. Tetapi pada
titrasi TE tidak terlihat, sehingga yang dituju adalah TAT, oleh karena itu TAT tidak boleh
terlalu jauh dari TE. Pada prakteknya TAT dan TE memiliki perbedaan 0,1 %.
Bila titrasi dilakukan dengan menambahkan indicator phenolphthalein, maka perubahan
warna terjadi karena reaksi antara indikator dengan titran. Bila tidak ditambahkan indikator
maka perubahan yang terjadi karena titran dan titrat mempunyai warna. Untuk titrasi yang
baik maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat titran telah
ekuivalen dengan titrat (titik ekuivalen).
Dalam titrasi alkalimetri, didalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu.
Perjalanan titrasi dengan penambahan titran yang akan menyebabkan perubahan pH, yang
pada suatu saat nanti dimana meq titrat = meq titran akan mempunyai pH tertentu.
8. Analisa Bahan Alkalimetri
a. Indikator PP
Warna larutan indicator pada lingkungan asam (tidak berwarna), basa (merah),
netral (tidak berwarna).
b. NaOH
- Sifat fisik
: Zat padat putih.

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

- Sifat kimia

: Massa molar 39,9971 g/mol; densitas 2,1 g/cm 3,

padat; titik lebur 318 oC (591 K); titik didih 1390 oC (1663 K);
kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 oC).
c.

H2C2O4
Sifat fisik

: Kristal putih
- Sifat kimia
: Massa molar 90,03 g/mol; densitas 1,90 g/cm 3;
kelarutan dalam air 90 g dm-3 (20 oC).

VI. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca/Timbangan
b. Buret
c. Bulp
d. Labu Ukur
e. Pipet Ukur
2. Bahan
a.
Padatan Asama Oksalat ((COOH)2. 2 H2O)
b.
Larutan NaOH 0,1 N
c.
Indicator PP

f.
g.
h.
i.

Erlenmeyer
Labu Semprot
Statif dam Klaim Buret
Corong

VII. CARA KERJA


1. Pembuatan Larutan Standar Primer Asam Oksalat 0,1 N sebanyak 100 ml
a. Ditimbang 0,63 gram Kristal Asam Oksalat
b. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan dengan aquades sedikit demi sedikit
hingga tanda batas
2. Penetapan Konsentrasi NaOH 0,1 N dengan Bahan Baku Primer Asam Oksalat
a. Dibuat 100 ml larutan baku primer asam oksalat
b. Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer
c. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP
d. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dalam buret hingga pink
e. Lakukan sebanyak 3x.
VIII. DATA PENGAMATAN
Pembakuan NaOH dengan Baku Primer Asam Oksalat
Volume Asam Oksalat
= 10 ml
Normalitas Asam Oksalat = 0, 1 N
Pengerjaan

Vol. NaOH (ml)

Simplo

10,5

Duplo

10,5

Rata-rata

10,5

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

N NaOH

0,0952 N

N1.V1 = N2.V2
Keterangan :
N1 = Normalitas Asam Oksalat
V1 = Volume Asama Oksalat
N2 = Normalitas NaOH
V2 = Volume NaOH

Perhitungan
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 10 = N2 x 10,5
N2 =

10 x 0,1
10,5

= 0,0952 N

IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan alkalimetri kali ini, larutan baku primer yang digunakan adalah H2C2O4 0,1
N. Pada prinsipnya percobaan alkalimetri ini adalah untuk menentukan konsentrasi larutan
sekundernya yaitu NaOH. Mula-mula buat atau siapkan larutan baku primer H 2C2O4 0,1 N
tersebut, kemudian pipet larutan tersebut dengan pipet ukur 10 ml sebanyak 10 ml dan
masukan ke dalam labu Erlenmeyer dengan tegak lurus. Setelah larutan tersebut dipipet
ditambahkan dengan 3 sampai dengan 4 tetes indicator fhenolptalein, penggunaan indicator ini
bertujuan untuk mempermudah melihat titik akhir titrasi. Kemudian, dititrasi dengan larutan
sekunder NaOH hingga terjadi perubahan dari warna bening menjadi merah muda seulas. Lihat
miniskus bawah larutan NaOH yang terdapat di dalam buret dan catat kebutuhan titrannya.
Lakukan titrasi di atas sebanyak dua kali (duplo), titrasi yang bagus memiliki titik equivalent
yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.
Setelah dititrasi, titrasi pertama menghabiskan titran sebanyak 10,5 ml dan titrasi kedua
menghabiskan titran sebanyak 10,5 ml. Untuk mengetahui hasil rata-rata titran dengan cara
menjumlahkan titran pertama dan kedua kemudian dibagi dua, jadi rata-rata titran 10,5 ml.
Telah diketahui rata-rata titran yaitu 10,5 ml, volume H 2C2O4 sebanyak 10 ml dan
normalitas H2C2O4 sebesar 0,1 N. Kemudian dimasukan dalam perhitungan maka diketahui
normalitas dari NaOH yaitu 0,0952 N.
X. KESIMPULAN
Melalui titrasi alkalimetri yang telah dilakukan ini, maka dapat disimpulkan bahwa ratarata konsentrasi NaOH yang didapat adalah 0,0952 N dengan rata-rata volume larutan NaOH
yang dipakai adalah 10,5 ml.
XI. TUGAS
1. Apa yang dimaksud larutan buffer?
Ersa Nurul Yarizsa/1513072

Jawab:
Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH. Penambahan asam atau
baha tidak mengubah konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan, sehingga pH larutan konstan.
2. Sebutkan macam-macam indicator asam-basa!
Jawab:
Asam pikrat, timol biru, 2,6-Dinitrofenol, metil kuning, bromfenol biru, metil oranye,
bromkresol hijau, metil merah, litmus, metil ungu, p-Nitrofenol, bromkresol ungu,
bromtimol biru, netral merah, fenol merah, p--Naftolftalein, phenolftalein, timolflatein,
alizarin kuning R, 1,3, 5-Trinitrobenzena.
3. Gambarkan kurva di bawah ini!
a. Asam kuat-basa lemah
b. Asam kuat-basa kuat
c. Asam lemah-basa lemah
Jawab:
a. Asam kuat-basa lemah
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k. Asam kuat-basa kuat
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v. Asam

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

lemah-basa lemah

w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.

Ersa Nurul Yarizsa/1513072

ag.
XII.

DAFTAR PUSTAKA
ah. Jr,

R.A Day dan A. L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

ai.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia Edisi


IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

aj.

Purba, Berenta Novitasari. 2012. Titrasi Alkalimetri, (Online),


(http://berentanovitasaripurba.
wordpress.com/2012/03/30/titrasi-alkalimetri/
Diunduh 25 April 2014 pkl. 20.00).

ak.
al.
am.

Anda mungkin juga menyukai