PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian logam berdasarkan penggunaan
yang dimiliki logam tersebut contoh pada pembuatan konstruksi jembatan
dibutuhkan logam yang kuat dan tanggguh berbeda dengan pemakaian logam
untuk pagar rumah yang tidak terlalu memperhatikan sifat mekaniknya. Contoh
contoh sifat mekanik adalah kekuatan tarik, kekerasan, keuletan, dan
ketangguhan. Pengujian sifat mekanik ini dapat dilakukan dengan pengujian
mekanik.
Adapun beberapa sifat mekanik dari suatu materil antara lain :
Kekuatan ( Strength )
Elastisitas ( Modulus elastisitas )
Keuletan ( Ductility )
Kekerasan ( Hardness )
Kelelahan ( Fatique )
Kekakuan
Pengujian mekanik ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
dari bahan atau material dalam bentuk kekerasan, kekuatan, kekakuan, ataupun
ketangguhan.
Kekerasan adalah kemampuan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan dan
penetrasi.
Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabakan bahan menjadi patah.
Kekakuan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan atau
beban tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi.
Ketangguhan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap sejumlah
energi tanpa menyebabkan kerusakan.
[1]
dari
material,
sehingga
diharapkan
dapat
digunakan
untuk
pengujian uji tarik ini adalah: regangan, tegangan, elastisitas, batas proporsional,
yield point, yield strength, kontraksi, ultimate tensile strength, kurva tegangan
regangan, perpatahan.
Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan adalah dengan melakukan suatu
pengujian terhadap bahan-bahan tersebut. Pengujian yang dilakukan ditujukan
untuk mengetahui berbagai sifat-sifat seperti struktur sifat pengolahan , sifat
mekanik, sifat termal, sifat dalam medan listrik, struktur atom, komposisi kimia
dan lain-lain. Disamping itu untuk mengetahui seluruh sifat dari suatu bahan
diperlukan suatu pengujian yang rumit dan panjang. Salah satu dari sekian
banyak pengujian terhadap material, yang sering digunakan adalah pengujian
untuk mengetahui sifat mekanik atau pengujian mekanik. Dan salah satu dari uji
penelitian sifat mekanik adalah uji tarik.
Pada uji tarik, beban uji diberi beban gaya tarik secara kontinu hingga
bahan tersebut mengalami patahan, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
mengenai perpanjangan yang dialami bahan uji. Hasil yang dapat diperoleh dari
pengujian uji tarik ini adalah: regangan, tegangan, elastisitas, batas proporsional,
yield point, yield strength, kontraksi, ultimate tensile strength, kurva tegangan
regangan, perpatahan.
1.1.1
Latar Belakang
Dalam merancang suatu produk baru, kita harus mengetahui
karakteristik dari bahan yang akan digunakan dan sesuai dengan model
serta kekuatan dari produk yang akan dibuat. Karena kehandalan suatu
produk salah satunya ditentukan oleh sifat dari bahan yang akan
digunakan. Bahan penentu utama kekuatan suatu produk adalah kekuatan
dari bahannya selain bentuk dan cara memproduksinya. Disamping itu
kita juga harus mengetahui sifat-sifat bahan atau material. Salah satunya
pengujian yang dapat kita lakukan untuk mengetahui kekuatan suatu
material adalah uji tarik. Pengujian mekanik ini bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat mekanik dari bahan atau material dalam bentuk
kekerasan, kekuatan, kekakuan, ataupun ketangguhan.
Sifat bahan yang lainnya yaitu sifat magnet yang dapat diuji dengan menggunakan
magnet kemudian didekatkan ke benda uji. Sifat magnet terdiri dari:
1.
2.
3.
Sifat kimia bahan diuji dengan spektrometer, yaitu alat untuk mengukur
spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang serta intensitasnya. Sifat
kimia terdiri dari:
1. Reaksi kimia
Dalam reaksi kimia, ikatan antara atom-atom akan dipecah dan akan
membentuk substansi baru dengan ciri-ciri yang berbeda. Dalam tanur
tinggi, besi oksida yang direaksikan dengan karbon monoksida akan
membentuk besi dan karbon dioksida.
2. Ketahanan korosi
Bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan
mengakibatkan cacat permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif.
Sifat fisik adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah komposisi
atau susunan dari zat tersebut terdiri dari :
1.
Ukuran
2.
Massa jenis
3.
Struktur
Sifat teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk
dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan,
misalnya dengan pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit
dapat dibuat dengan proses pengecoran dari :
1. Mampu mesin
2. Mampu keras
[2]
1.1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Melakukan pengujian tarik maksimum pada universal Testing Machine.
2. Menentukan
besarnya
tegangan
tarik
maksimum
(UTS),
tegangan
c. Karbon tinggi
Campuran karbon pada logam diantara 0,6%-1,4%. Logam ini
mempunyai kekerasan yang tinggi dan mempunyai ductility yang
rendah.
AISI-SAE
Standarisasi dengan sistem AISI dan juga SAE merupakan tipe
standarisasi dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada
dalam suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam Standarisasi baja berdasarkan
AISI atau SAE, yaitu :
Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:
1.
2.
3.
Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon perseratus
persen.
4.
1.2.1
Baja ST 40 DAN ST 60
ST 40 merupakan kependekan dari stahl 40 yang artinya bahwa baja ini dengan
kekuatan tarik 40 kg/mm.( Diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang
menunjukkan kekuatan tarik minimumnya dalam kg/mm) Baja ST 40 termasuk
baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang dari 0,25 %,
Baja ST 40 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan besi cor,dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang
ada lebih banyak daripada ferit.
[5]
Nama Unsur
Iron/Ferro
Manganese
Carbon
Silicon
Chromium
Tungsten
Nikel
Phosporus
Sulfur
Niobium
Copper
Molybdenum
Aluminium
Vanadium
Titanium
Simbol
Fe
Mn
C
Si
Cr
W
Ni
P
S
Nb
Cu
Mo
Al
V
Ti
Nilai
98,41
0,692
0,452
0,220
0,113
0,04
0,047
0,011
0,009
0,01
0,004
0,004
0
0
0
[7]
Perpanjangan (e). 13 %
2.
Aplikasi khusus seperti untuk crankshaft, rel kereta api, obeng, auger bits
dan boiler.
1.2.2
Tegangan
Tegangan ( Stress )
Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar. Ini
diukur dalam bentuk gaya yang ditimbulkan per satuan luas. Dalam praktek
teknik, gaya umumnya diberikan dalam pound atau newton, dan luas yang
menahan dalam inch2 atau mm2. Akibatnya tegangan biasanya dinyatakan dalam
pound/inch2 yang sering disingkat psi atau Newton/mm2 (Mpa). Tegangan yang
dihasilkan pada keseluruhan benda tergantung dari gaya yang bekerja,
=
Dimana :
= tegangan ( N/mm2 )
F
Au
2
dimana :
= tegangan ( N/mm2 )
F = beban proporsional (N)
Au = luas penampang ( mm )
[2]
dimana
F
A0
: = tegangan ( N/mm2 )
F = beban proporsional (N)
Ao = luas penampang mula-mula (mm2)
[1]
1.2.3
Regangan
Adalah perbandingan antara pertambahan panjang ( L ) dengan panjang
mula-mula. Regangan dapat dinyatakan dalam prosntase pertamban panjang,
satuannya adalah (%) atau mm/mm atau in/in. Regangan dirumuskan :
L
100%
= Lo
e
=
Lu Lo
100%
Lo
Dimana :
e
regangan (%)
Lu
Lo
ln
Lu
Ao
ln
Lo
Au
dimana :
= regangan (%)
yang
sebenarnya
u = ln ( e + 1 )
[11]
dimana :
Lu Lo
100%
Lo
= regangan (%)
Lu = panjang sesudah patah (m, mm)
Lo = panjang mula mula (m, mm)
Ao Au 100%
Ao
Keterangan:
e = regangan
Au = luas penampang benda setelah mengalami
/2
Lo
wo
L/2
/2
L/2
[2]
1.2.4 Elastisitas
Deformasi adalah perubahan bentuk luar suatu material yang diakibatkan
adanya gaya yang bekerja atau dikenakan pada material tersebut. Benda yang
telah terdeformasi tidak dapat kembali ke bentuk semula. Hal-hal yang
mempengaruhi deformasi yaitu dislokasi butir.
Deformasi elastis terjadi pergerakan dislokasi tidak sampai batas
permukaan
bonds
stretch
return to
initial
F
Gambar 1.16 Elastic Deformation
[4]
1.2.4
Plastisitas
Deformasi Plastis berhubungan dengan pergerakan dislokasi dalam jumlah
yang sangat besar.
Artinya: Deformasi plastis akan tertahan jika pergerakan dislokasi terhambat
Deformasi plastis terjadi jika pergerakan dislokasi sampai permukaan. Sehingga
ketika tegangan diberi dan dilepas tidak dapat kembali kebentuk semuala.
[3]
tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom. Karena
gaya-gaya ini tidak dapat diubah tanpa terjadi perubahan mendasar sifat
bahannya, maka modulus elastisitas merupakan salah satu dari banyak sifatsifat mekanik yang tidak diubah.
Modulus elastisitas baja ST 40 adalah sekitar 197-220Gpa dan ST 60
sekitar 300-340Gpa. Dalam hukum Hooke dinyatakan bahwa tegangan
berbanding lurus dengan regangan, perbandingann ini
disebut modulus
Keterangan:
E: Modulus Elastisitas ( MPa )
: Tegangan ( N/m2, MPa, kgf/mm2 )
e: Regangan ( % / mm )
Modulus elastisitas merupakan nilai rancangan yang penting dan
digunakan bagi ahli teknik jika ingin merencanakan konstruksi.Hal ini
disebabkan karena modulus elatisitas diperlukan untuk menghitung lenturan
batang dan anggota struktur yang lain. Modulus elastis ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karenan gaya yang tidak dapat diubah tanpa terjadi perubahan
mendasar sifat bahannya, maka modulus elastisitas merupakan salah satu sifat
mekanik yang tidak mudah diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas atau pengerjaan dingin. Modulus
biasanya diukur pada suhu tinggi dengan metode dinamik.
Berikut ini adalah table nilai E untuk berbagai material.
Poissons Ratio
(modulus of
( shear
()
elasticity)
modulus )
(GPa)
(GPa)
Cast iron
110
51
0.17
Steel (mild)
207
82
0.26
Alumunium
70
25
0.33
Copper
110
44
0.36
Brass 70/30
100
37
Nickel (cold
215
80
0.30
drawn)
Titanium
107
Zirconium
94
36
Lead
18
6.2
0.40
Granite
46
19
0.20
Glass
69
22
0.23
Alumina sintered
325
0.16
Concrete
10-38
0.15
Nylon
2.8
0.4
Phenolic resin
5-7
Rubber, hard
2.8
0.43
P.V.C
3.5
0.4
[13]
Tabel 1.6. Modulus elastisitas dan kadar carbon dari beberapa jenis baja
Modulus elastisitas suatu bahan penting sekali bagi ahli teknik jika
merencanakan kontruksi. Modulus elastisitas merupakan salah satu sifat
mekanik yang tidak mudah diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambah paduan, perlakuan panas atau pengerjaan dingin.
oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur, pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai
batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik
sejati ( 2 x 10-6 inci/inci ) yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan
mikro. Batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Pengukuran batas
elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban.
Fm
Ao
Keterangan :
u : Tegangan Tarik ( N / mm2 )
Fm: Beban maximum ( N )
Ao: Penampang batang mula-mula ( mm2 )
[17]
perancangan.
berada di antara batas proporsional dan batas elastic. Posisi yield point
ditunjukan gambar di bawah ini:
Yield point
dari elastis
plastis transisi, titik luluh dapat ditentukan sebagai titik awal dari linearitas
dari kurva tegangan-regangan, ini biasanya disebut batas proporsional.
Tegangan sesuai dengan perpotongan garis ini dan kurva teganganregangan seperti kurva di wilayah plastis didefinisikan sebagai kekuatan
luluh. Perubahan elastis plastis sangat didefinisikan dengan baik dan terjadi
tiba-tiba yang disebut sebagai fenomena titik luluh. Pada titik luluh atas
(upper yield point), deformasi plastis dimulai dengan penurunan aktual dalam
tegangan. Deformasi kontinu berfluktuasi secara sedikit tentang beberapa
nilai tegangan konstan, disebut titik luluh bawah; tegangan meningkat
sebagaimana ketika regangan meningkat. Untuk logam yang menampilkan
efek ini, kekuatan yield diambil sebagai rata-rata tegangan yang berhubungan
dengan titik luluh rendah. Besarnya kekuatan luluh untuk logam adalah besar
ketahanannya pada deformasi plastis. Yield plastis dapat berkisar dari 35 MPa
(5000 psi) untuk lowstrength suatu aluminium lebih dari 1400 MPa (200.000
psi) untuk kekuatan tinggi baja.
Keterangan : C
Ao Au
x100 %
Au
= kontraksi ( % / mm2 )
b.
c.
d.
e.
Jenis-jenis perpatahan
Jenis-jenis perpatahan yang terjadi dalam pengujian :
a. Material dengan keuletan tinggi (Gambar 1.19a)
[12]
1.
2.
4.
Star fracture
Perpatahan jenis ini terjadi pada spesimen ulet, hal ini bisa dianalisa
dari necking atau penyempitan yang relatif panjang.
Contoh :baja karbon sedang
5.
Irregular Fibrous
Perpatahan jenis ini terjadi pada spesimen ulet yang memiliki
kandungan karbon dan struktur mikro yang tidak seragam.
Contoh : baja karbon rendah, aluminium
6.
1.2.13 Kelentingan
Kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan disebut kelentingan. Kelentinganya biasanya dinyatakan sebagai
UR
1
1 S
S
S o eo S o 0 0
2
2
E 2E
Keterangan :
y = Yield Strength
eo = Zero-gage-length elongation
Tabel 1.8. Nilai Modulus Kelentingan Beberapa Bahan
Bahan
33,7
3,20
Aluminium
17
Tembaga
5,3
Karet
3,00
Polimer arkilik
4
[12]
1.2.14 Ketangguhan
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan menyerap energi pada daerah
plastis. Kemampuan untuk menahan beban yang kadang kadang di atas
tegangan luluh tanpa terjadi patah, dan khususnya diperlukan pada bagian
bagian rantai, roda gigi, kopling mobil barang, dan cangkung kran.
Rumus ketangghan =
UT = u ef
UT = 2/3 u.ef
Dimana = UT = Ketangguhan
u = tegangan maksimum ( N/mm2)
o = tegangan mula (N/mm2 )
e = regangan
[12]
1.2.15 Mulur
Mulur adalah perubahan struktur sebagai dari ketergantungan deformasi
terhadap waktu. Dan ini erat kaitannya dengan pengaruh temperature
terhadap benda uji. proses aktivasi termal menyebabkan terjadinya perubahan
struktur misalnya penyepuhan regang, pengendapan, atau kristalisasi. Dan
perlu diketahui bahwa pada logam kubik terpusat ruang (kpr) jika
temperaturnya turun maka, sedangkan untuk nikel tegangan luluhnya hanya
sedikit dipegaruhi oleh temperarur.pada logam logam lain yang tidak begitu
dipengaruhi oleh temperature tetapi eksponen pengerasan regang mengecil
dengan bertambahnya temperature. Hasil yang didapatkan adalah kurva
tegangan dan regangan menjadi datar apabila temperaturnya bertambah besar
dan ketergantungan kekuatan tarik terhadap temperature lebih besar
dibanding kekuatan luluhnya. Dan semakin tinggi temperatur maka deformasi
Slip (pergeseran)
Paling sering teramati.Slip merupakan deformasi plastis.Slip terjadi dalam
arah yang diduduki atom lebih banyak.Bidang slip adalah bidang yang paling
banyak diduduki atom atau bidang berikutnya kurang diduduki atom.
Fungsi dari bidang slip yaitu :
[21]
2. Kembaran(Twinning)
Kembaran merupakan mekanisme mulur yang lain didalam bahan logam.
Umumya karena tegangan yang menyebabkan kembaran lebih besar daripada
tegangan yang diperlukan untuk slip didalam kristal dimana tegangan mulur
bertambah pada temperatur rendah.Kadang kembaran mendahului slip deformasi
temperatur rendah.Pada bagian kembaran,menunjukkan orientasi yang berbeda
dari kristal sekelilingnya,karena itu dapat diamati walaupun setelah dipoles dan
di tes ulang.Tidak ada perubahan orientasi kristal pada slip,Tetapi dapat terjadi
tangga pada permukaan.yang tidak terlihat setelah pemolisan ulang.
b.
4. Mulur Continue
Tegangan mulur yang continue ditentukan oleh besarnya regangan sisa,
kekuatan mulur didapat pada tegangan yang menyebabkan perpanjangan 0.2%.
Seperti telah dikemukakan terdahulu, bagian lurus dari kurva dan modulus elastis
tidak akan berubah karena deformasi plastis, oleh karena itu untuk mendapatkan
tegangan mulur, ukuran deformasi 0.2% dari pada sumbu tegangan, kemudian
tarik sejajar dengan bagian kurva yang lurus memotong kurva pada titik C, tinggi
titik C menyatakan tegangan mulur. Cara ini dinamakan metode offset.
seperti terlah
Dalam pengujian tarik besi beton akan terukur berapa kekuatan material,
pengujian ini ditujukan agar penggunaan material dapat dilasifikasikan sesuai
fungsi yang benar
E= 79 GPA = 79 x 109 Pa
Ditanya : e (regangannya)
Solusi :
A = 12.5 x 10-3 x 10.8 10-3
= 135 x 10-6 m2
F = A0
34300
= 135 x 10-6
= 254.1 106
E=
=
= 0.00322
1. Vernier Caliper
2. Spidol/Marker
4.
7.
5.
6.
9.
8.
Gambar. 1.39. Universal Testing Machine
[23]
1.3.1.2. Bahan
Test piece (batang uji) baja ST-40 dan ST-60 (standar ASTM)
Langkah Pengujian
Langkah dan Diagram Alir Pengujian
Langkah-langkah pengujian dalam uji tarik ini yaitu :
14. Mengamati dan membaca besarnya tegangan saat yield, maksimal dan patah
serta besarnya.
15. Melepas spesimen dari pencekam.
16. Mengambil gambar spesimen setelah patah
17. Melepas benda kerja dari pencekam.
18. Mengambil gambar spesimen setelah patah.
19. Mengukur panjang dan diameter spesimen setelah patah
No
Yes
Menggerakan hand lever pada kecepatan persneling paling
lambat
Menghidupkan mesin
------
FINISH
1.4 PEMBAHASAN
A. Data Hasil Percobaan
Baja ST 40
Tabel 1.11. Data uji tarik baja ST 40
NO
Do
Lo
Du
Lu
Fy
Fm
Ff
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(kN)
(kN)
(kN)
1.
12,2
53
64,5
U=55
61
40
2.
12,25
53
7,2
64,55
L=54
3.
12,20
53
64,5
Ly=13mm
Lm=17mm
Lf=22mm
Baja ST 60
Tabel 1.12. Data uji tarik baja ST 60
NO
Do
Lo
Du
Lu
Fy
Fm
Ff
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(kN)
(kN)
(kN)
1.
12,4
52,5
9,6
63,5
U=55
96
82
2.
12,3
52,5
9,6
63,4
L=53
3.
12,3
52,4
9,4
63,4
B. Pengolahan Data
Baja ST 40
Tabel 1.13. Pengolahan data Do baja ST 40
Standar
Error (E)
Keseksamaan
Do
(Do-Do)
(Do-Do)2
deviasi ()
( %)
12,2
- 0,02
0.0004
0.017
0.14
99.86
12,25
0,03
0.0009
12,2
-0,02
0,0004
D0= 12,22
= -0,01
=0,0017
Standar
Error (E)
Keseksamaan
(K)
(%)
Error
= 0.137
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Lo
(Lo-Lo)
(Lo-Lo)2
deviasi ()
( %)
53
53
53
L0= 53
= 0
=0
(K)
(%)
100
Error
=0
Keseksamaan
= 100% - 0 = 100%
Ralat Nisbi
Error (E)
Keseksamaan
Du
(Du-Du)
(Du-Du)2
deviasi ()
( %)
-0.01
0.0001
0.007
0.098
99.902
7.2
0.01
0.0001
-0.01
0.0001
Du= 7.1
= -0.01
= 0.0003
Standar
Error (E)
Keseksamaan
(K)
(%)
Error
= 0.000985
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Lu
(Lu-Lu)
(Lu-Lu)
deviasi ()
( %)
64,5
-0.02
0.0004
0.017
0.026
64,55
0.03
0.0009
64,5
-0.02
0.0004
Lu= 64.52
= -0,01
= 0,0017
(K)
(%)
99.974
Error
= 0.002
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Penghitungan
a. Luas Penampang
- Luas mula mula
Ao
d o 2 12.222 117.22mm 2
4
Luas Akhir
Au
d u 2 7.12 39.572mm 2
4
- Kontraksi
C = ((Ao Au) /Ao)x 100%
=( (117.22 39.572) /117.22) x 100%
= 66.24 %
b. Engineering Stress
- Kekuatan luluh
Fy
Ao
55
0.4692kN / mm2 = 469.2 Mpa
117.22
Fy
Ao
54
0.460kN / mm 2 460Mpa
117.22
Fm ax
61
- Tegangan patah
Ff
Ao
40
0.3412kN / mm 2 341.2Mpa
117.22
c. True stress
- True strenght pada saat patah
Ff
Au
40
1.011kN / mm 2 1011Mpa
39.572
d. Engineering Strain
Regangan saat yield point
Ly 13 mm
0.24
Lo
55
e yUp
Lm 17 mm
0.321
Lo
53
Lf 22 mm
0.415
Lo
53
Perpanjangan (Elongation)
Lu Lo
64 .52 53
x100 %
x100 % 21 .736 %
Lo
53
e 1 ln
Ao
117 .22
ln
1.086
Au
39 .572
e 1 ln
Lu
64 .52
ln
0.1967
Lo
53
Modulus elastis
E
y
ey
0.4692
1.915kN / mm 2 1915Mpa
0.245
Baja ST 60
Error (E)
Keseksamaan
Do
(Do-Do)
(Do-Do)2
deviasi ()
( %)
12.4
0.07
0.0049
0.031
0.251
99.749
12.3
-0.03
0.0009
12.3
-0.03
0.0009
D0= 12.33
= 0.01
=0.0058
Standar
Error (E)
Keseksamaan
(K)
(%)
Error
= 0.0025
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Lo
(Lo-Lo)
(Lo-Lo)2
deviasi ()
( %)
52.5
0.05
0.0025
0.0353
0.067
52.5
0.05
0.0025
52.4
-0.05
0.0025
L0= 52.45
= 0.05
=0.0075
(K)
(%)
99.93
Error
= 0.0006
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Error (E)
Keseksamaan
Du
(Du-Du)
(Du-Du)2
deviasi ()
( %)
9.6
0.07
0.0049
0.0667
0.699
99.301
9.6
0.07
0.0049
9.4
-0.13
0.0169
Du= 9.53
= 0.01
= 0.0267
Standar
Error (E)
Keseksamaan
(K)
(%)
Error
= 0.22
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Lu
(Lu-Lu)
(Lu-Lu)2
deviasi ()
( %)
63.5
0.07
0.0049
0.0334
0.053
63.4
-0.03
0.0009
63.4
-0.03
0.0009
Lu= 63.43
= 0.01
= 0.0067
(K)
(%)
99.947
Error
= 0.0005
Keseksamaan
Ralat Nisbi
Penghitungan
a. Luas Penampang
- Luas mula mula
Ao
d o 2 12.332 119.34mm 2
4
- Luas Akhir
Au
d u 2 9.532 71.294mm 2
4
- Kontraksi
C = ((Ao Au) /Ao)x 100%
=( (119.34 71.294) /71.294) x 100%
= 67.39 %
c. Engineering Stress
- Kekuatan luluh low
Fy
Ao
53
0.444kN / mm2 = 444 Mpa
119.34
- Kekuatan luluh up
Fy
Ao
55
0.461kN / mm 2 461Mpa
119.34
Fm ax
96
- Tegangan patah
Ff
Ao
82
0.687kN / mm 2 687Mpa
119.34
c. True stress
- True strenght pada saat patah
Ff
Au
82
1.150kN / mm 2 1150Mpa
71.294
d. Engineering Strain
Regangan saat yield point
Ly 7.5mm
0.143
Lo
52 .45
e yUp
0.3336
Lo
52 .45
em
Lf 27 .5mm
0.524
Lo
52 .45
Perpanjangan (Elongation)
Lu Lo
63 .43 52 .45
x100 %
x100 % 20 .93 %
Lo
52 .45
e 1 ln
Ao
119 .34
ln
0.5152
Au
71 .294
e 1 ln
Lu
63 .43
ln
0.19
Lo
52 .45
Modulus elastis
E
y
ey
0.444
3.104kN / mm 2 3104Mpa
0.143
BAJA ST-40
BAJA ST-60
330 MPa
405,5 MPa
304 MPa
397 MPa
Kekuatan tarik
462 MPa
638,6 MPa
Tegangan patah
473 MPa
620 MPa
Kontraksi
66,91 %
29,11 %
True
Strength
876 MPa
Sejati
True Strain / Regangan Sejati
1110 MPa
344 MPa
Modulus elastisitas
82990 MPa
2141,7 MPa
Analisis Data
1200
1000
800
Engineering
600
TRUE
400
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Analisa :
Pada ST 40 Titik awal dari pengujian tarik, dari titik awal ke yield point
tegangan masih sebanding dengan regangan dan belum terjadi deformasi. Mulai
dari titik yang bernilai 330 MPa terjadi penurunan tegangan secara tiba-menjadi
304 MPa. Hal ini yang disebut titik luluh atas dan bawah. Awal deformasi plastis
ditandai dengan terjadinya penurunan tegangan secara tiba-tiba yang merupakan
indikasi titik luluh atas dan bawah.
1400
1200
1000
800
engineering
600
TRUE
400
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Analisa :
Pada ST 60 Titik awal dari pengujian tarik, dari titik awal ke yield point
tegangan masih sebanding dengan regangan dan belum terjadi deformasi. Mulai dari
titik yang bernilai 405,5 MPa terjadi penurunan tegangan secara tiba-menjadi 397
MPa. Hal ini yang disebut titik luluh atas dan bawah. Awal deformasi plastis
ditandai dengan terjadinya penurunan tegangan secara tiba-tiba yang merupakan
indikasi titik luluh atas dan bawah.
1400
1200
1000
800
600
400
Engineering_ST-40
TRUE_ST-40
engineering_ST-60
TRUE_ST-60
200
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Analisa:
Perbandingan ST 40 dan ST 60 dapat diketahui dari kurva regangan dan
tegangan bahwa baja ST 40 memiliki sifat lebih keras dibandingkan baja ST 60.
Pada
Pengujian
Pada Spesimen
ST 40
ST 60
Lo
Lu
Lf
53
52.45
64.52
63.43
11.52
10.98
13
13
BAJA ST-40
Kekuatan luluh Up
469.2Mpa
460Mpa
BAJA ST-60
461Mpa
444Mpa
Kekuatan tarik
520 .3Mpa
804Mpa
Tegangan patah
341.2Mpa
687Mpa
Kontraksi
66.24 %
67.39%
True
Strength
Tegangan
1011Mpa
1150Mpa
Sejati
True Strain / Regangan Sejati
1.086
Modulus elastisitas
0.5152
1915Mpa
3104Mpa
Secara teori Baja ST-60 seharusnya lebih keras dari ST-40, karena butirannya
lebih besar dan kandungan karbonnya lebih banyak dan ini terbukti pada
pengujian yang kami lakukan. Kekuatan luluh yang terjadi pada ST-40 lebih besar
dari ST-60, ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada. Begitu juga dengan
modulus elastisitas, ST 40 lebih besar dari ST 60, ini juga tidak sesuai dengan
teori yang ada. Hal-hal semacam ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam
proses penarikan oleh mesin, yaitu terjadi slip pada pencekam spesimen. Juga
dikarenakan
beberapa
faktor
lain.
Seperti
ketidaktepatan
pengukuran,
ketidakhomogenan material, serta adanya porous yang terdapat pada material uji.
6. Baja ST-40 mempunyai tingkat keuletan yang lebih tinggi dari pada baja ST-60. hal
ini disebabkan karena baja ST-60 memiliki kadar karbon yang lebih tinggi dari pada
ST-40.
B. Saran
1. Dalam melakukan pengujian, ukurlah perubahan panjang bahan tiap titik,
antara lain pada saat tegangan luluh, tegangan maksimum dan titik sampel pada
waktu mendapatkan perbandingan.
2. Ukur pula diameter benda uji supaya didapat perubahan luas penampang setiap
perubahan tegangan.
3. Bagilah tugas untuk setiap orang agar pengujian terhadap tiap titik lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
http://www.google.co.id/imgres?kawat+baja+st+40+indonetwork.co.id
[4]
http://www.google.co.id/imgres?q= contoh+PAKU+Baja+st+40&hl
=i:&imgrefbudisutomo.multiply.com/journal&docid= c1
[5]
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1603
[6]
[7]
www.scribd.com/doc/.../Tabel-5-Komposisi-kimia-bahan-Baja-ST-60
[8]
http://www.google.co.id/imgres?connecting+rod+st+60+indonetwork.co.id
[9]
[10]
http://www.google.co.id/imgres /HF_stress-strain-curve.gif
[11]
Metalurgi Mekanik
[12]
[13]
[14]
[15]
sumber:http://www.bayermaterialsciencenafta.com
/products/bayblend_dp_et1000/mechanical_stress.html
[16]
[17]
ASM Metal Handbook Volume 8, Mechanical Testing and Evaluation, hal 123
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
www.mtschina.com
[23]