Anda di halaman 1dari 8

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Juru Pemantau

Jentik (Jumantik) Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk di


Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015
Swastya Dwi Putra, Arga Gumilang Wiriadidjaja, Yosie Puri Lestari, Putri Humairoh,
Silvi Febriyanti Enugraheni, Cynthia Karamina Elvia, Naskaya Suriadinata, Setyawati
Dewani
Puskesmas Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Abstrak
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang singkat. Penyakit ini sditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Pada tahun 2014 sampai pertengahan bulan
Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641
diantaranya meninggal dunia. Jakarta, jaksel, sama pesanggrahan Incidence rate DBD di
Kelurahan Bintaro pada tahun 2015 sebesar 51/100.000 penduduk. PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) merupakan kegiatan yang tepat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan DBD. Variabel yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan PSN DBD dan imbalan sebagai jumantik. Penelitian ini merupakan crosssectional deskriptif-analitik, dengan jumlah sampel sebanyak 58 jumantik dari beberapa RW
Kelurahan Bintaro. Data diambil dari kuesioner yang dibagikan ke jumatik dan diolah
menggunaan SPSS. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan (p value = 0.031) dan tingkat pengetahuan jumantik mengenai PSN DBD (p value
= 0.020) merupakan faktor yang berhubungan dengan kinerja jumantik dalam PSN DBD,
sedangkan usia (p value = 0.861), jenis kelamin (p value = 0.479) dan besarnya imbalan
yang didapatkan oleh jumantik (p value = 0.861) merupakan faktor yang tidak berhubungan
dengan kinerja jumantik dalam PSN DBD.

Abstract
Dengue Haemoragic fever is a type of disesase which could cause anxiety in public due
to its rapid transmission and it could also cause death in a short period of time. This disease
is transmitted into human through the biting of Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. By the

year of 2014 until the mid of December. DHF cases in all 34 Indonesian provinces were
calculated as many as 71.668 cases, and 641 of them ended up with death. This number is
lower than the previous year, in 2013, which had outnumbered 2014, with 112.11 cases and
871 death rate. DHF prevalence in Bintaro by January 2014 until February 2015 has reach..
Mosquito eradication was considered as the perfect Prevalensi kejadian DBD di Kelurahan
Bintaro pada Januari 2014 hingga Februari 2015 sebesar 2% (incidence rate?). PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) merupakan kegiatan yang tepat dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan DBD. Kegiatan ini sangat memerlukan peran serta masyarakat. Juru
pemantau jentik (jumantik) adalah bentuk dari peran serta masyarakat dalam melakukan PSN.
Pendahuluan
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah salah satu penyakit yang memiliki
perjalanan penyakit yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus.1
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Sementara itu, sejak tahun 1968 - 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.2
Pada tahun 1968, DBD pertama kali ditemukan di Indonesia. Penyakit ini ditemukan di
Surabaya. Dari Surabaya, penyakit menyebar ke berbagai daerah sehingga pada tahun 1980
seluruh provinsi di Indonesia kecuali Timor Timur yang saat itu masih menjadi salah satu
provinsi di bawah NKRI telah terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa
(KLB) setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998 dengan angka kesakitan
(Incidence Rate) sebesar 35,19/100.000 penduduk dan angka kematian (case fatality
rate/CFR) sebesar 2% (Info Ristek Vol.4 No.1/2006).
Pada tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka
tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 orang.
Angka kejadian DBD di Jakarta pada Januari 2014 hingga Januari 2015 sebanyak 1.130
penderita. Sedangkan angka kejadian DBD di Jakarta Selatan pada Januari 2014 hingga
Maret 2015 sebanyak 992 penderita. Ada 4 kecamatan di Jakarta Selatan yang paling rawan
dengan kasus DBD dimana salah satunya adalah Kecamatan Pesanggrahan. Angka kejadian
DBD di Kecamatan Pesanggrahan pada Januari 2014 hingga Maret 2015 sebanyak 316
penderita.
Sedangkan incidence rate DBD di Kelurahan Bintaro hingga Februari 2015 sebesar
51/100.000 penduduk. Selain itu, pada saat melakukan PSN di Kelurahan Bintaro Kecamatan

Pesanggrahan, RW yang termasuk ke dalam Kelurahan Bintaro masih memiliki ABJ di dalam
zona merah.
Tingginya angka kejadian DBD salah satunya disebabkan oleh upaya pencegahan dan
penanggulangan DBD yang belum maksimal. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
merupakan kegiatan yang tepat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Kegiatan
ini sangat memerlukan peran serta masyarakat. Juru pemantau jentik (jumantik) adalah
bentuk dari peran serta masyarakat dalam melakukan PSN. Tujuan dari dibentuknya jumantik
adalah untuk menurunkan angka jentik, sehingga diharapkan dapat menekan angka kesakitan
DBD. (Depkes)
Praktik pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai kader jumantik dalam PSN
DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmojo S
(2003) perilaku kesehatan (praktik) terbentuk berdasarkan 3 faktor, yaitu (1) faktor
predisposing yang terwujud dalam sikap, motivasi, serta beberapa karakteristik atau faktorfaktor individu kader jumantik, (2) faktor enabling yang terwujud dalam insentif ,
ketersediaan informasi, (3) faktor reinforcing yang terwujud dalam hal dukungan instansi dan
keluarga dalam melaksanakan PSN DBD 3M Plus.
Oleh karena itu, melihat pentingnya peran jumantik dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan DBD serta tingginya angka kejadian DBD di Kelurahan Bintaro, maka
peneliti mengambil penelitian dengan judul Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kinerja Juru Pemantau Jentik Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk di
Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015.
Pada mini project ini faktor yang akan diteliti yaitu faktor predisposing yang
difokuskan pada karakteristik/faktor-faktor individu, yaitu meliputi umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan imbalan.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional deskriptif dan
analitik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
di Kelurahan Bintaro. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 31 Mei 2015 di RW 02
(terdiri dari 8 RT) Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Populasi
dalam penelitian ini adalah jumantik di Kelurahan Bintaro, yaitu sebanyak 120 Jumantik.
Sampel diambil dari Jumantik RW 02 Kelurahan Bintaro. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampelnya adalah Consecutive Sampling, yaitu sebanyak 58 orang.
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan
pengisian kuesioner. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang mendampingi responden
selama pengisian kuesioner. Jumlah total kuesioner yang dibagikan berjumlah 8 buah.

Penelitian ini memiliki variabel terikat kinerja jumantik serta variabel bebas dalam
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, tingkat pengetahuan serta imbalan yang
didapatkan oleh jumantik Kelurahan Bintaro.
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan hasil kuesioner
melalui sistem skoring. Secara garis besar, kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian
yang menilai karakteristik responden, pengetahuan, kinerja responden.
Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan,
penghasilan. Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui yang berkaitan dengan
proses observasi, pembelajaran ataupun penelitian. Hal yang ingin dinilai adalah pengetahuan
yang berkaitan dengan pelaksanaan PSN. Kinerja responden adalah hasil kerja jumantik pada
saat pelaksanaan PSN.
Pada kuesioner terdapat 32 buah pertanyaan, yang terdiri dari 5 pertanyaan mengenai
karakteristik responden, 18 pertanyaan mengenai pengetahuan, 8 pertanyaan mengenai
pelaksanaan dan 4 diantaranya mengenai kinerja. Pada bagian karakteristik responden
terdapat beberapa pilihan jawaban pada masing-masing pertanyaan yang nanti akan di
kategorikan menjadi 2 pilihan. Pada bagian pengetahuan terdapat 2 buah pilihan jawaban
pada masing-masing pertanyaan, yang diberi skor 1 jika jawaban tepat dan 0 jika jawaban
salah. Pada bagian kinerja, terdapat 3 buah pilihan jawaban pada masing-masing pertanyaan,
yang diberi skor 1 jika jawaban sesuai dengan kinerja yang baik dan skor 0 jika jawaban tidak
sesuai dengan sikap yang baik. Disertai 1 pertanyaan essai mengenai kinerja. Skor yang
diperoleh kemudian dijumlahkan pada masing-masing bagian, kemudian dikelompokkan
pada beberapa kategori, seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Penilaian


Data Khusus
Karakteristik
Pengetahuan
Kinerja

Kategori Penilaian
Sesuai
Tidak sesuai
Baik
Buruk
Baik
Buruk

Skor
Berdasarkan Depkes 2005
16
0-15
0-2
3-4

Cut off point skor diperoleh dari nilai median seluruh responden karena distribusi data
tidak tersebar merata. Setelah itu, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS

untuk menilai hubungan antara usia, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan dan imbala
terhadap kinerja jumantik.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Univariat
Variabel yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan PSN
DBD dan imbalan sebagai jumantik. Berdasarkan hasil yang didapat, sebagian besar jumantik
memiliki usia di atas 35 tahun dengan persentase 81% (47 orang). Jenis kelamin terbanyak
dari jumantik kelurahan Bintaro adalah wanita dengan persentase 86% (50 orang). Untuk
tingkat pendidikan, sebagian besar jumantik memiliki tingkat pendidikan tamat SMA atau
lebih dengan persentase 67,2% (39 orang). Sebagian besar jumantik memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dengan persentase 53% (31 orang). Terdapat sebanyak 54 orang
(93%) jumantik yang mendapatkan imbalan Rp. 70.000,-.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu dan Praktik Kader Jumantik
Karakteristik
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Imbalan

Kategori
35 tahun
> 35 tahun
Perempuan
Laki-laki
SMA
< SMA
Baik
Buruk
70.000
>70.000

Jumlah
11
47
50
8
39
19
31
27
54
4

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji x2. Selain itu, pada penelitian ini
digunakan juga uji Fisher apabila data yang diolah tidak memenuhi syarat untuk
menggunakan uji x2. Kedua uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan
antara variabel terikat dengan variabel bebas yang diteliti. Dari hasil pengolahan data
didapatkan, variabel yang berhubungan dengan kinerja jumantik dalam PSN adalah tingkat
pendidikan jumantik dan pengetahuan jumantik mengenai PSN DBD, karena memiliki nilai p
value < 0.05. Selain itu, variabel yang tidak memiliki hubungan dengan kinerja jumantik
dalam PSN adalah usia, jenis kelamin dan besarnya imbalan yang didapatkan jumantik,
karena memiliki nilai p value < 0.05. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan hasil
pengolahan data dengan analisis bivariat.
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat
Karakteristik Individu
Usia

Kinerja Jumantik dalam PSN DBD


0.861

Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Imbalan

0.479
0.031
0.020
0.861

Usia
Berdasarkan panduan dari Departemen Kesehatan, usia yang dianjurkan untuk
menjadi jumantik adalah kurang dari sama dengan 35 tahun. Bila dilihat dari hasil yang
didapatkan, terdapat 6 jumantik yang berusia 35 tahun yang memiliki kinerja yang baik
(54%). Sedangkan 27 orang dari kelompok usia > 35 tahun memiliki kinerja yang baik
(57%). Pada kelompok usia > 35 tahun memiliki jumlah jumantik dengan kinerja yang baik
lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda, dikarenakan pada usia
yang lebih tua, jumantik telah menjalani profesinya lebih lama sehingga memiliki
pengalaman kerja yang lebih banyak. Selain itu, dapat dilihat pula karakteristik sebaran usia
jumantik di Kelurahan Bintaro memiliki jumlah jumantik yang lebih banyak pada kelompok
usia > 35 tahun. Hasil uji statistik dengan menggunakan x 2 didapatkan p value = 0.681, jadi
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan praktik kerja jumantik dalam
kegiatan PSN DBD. Hasil yang sama juga didapatkan dalam penelitian Rezania N (2014)
yang mendapatkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kinerja jumantik. Walaupun
tidak terdapat hubungan dengan kinerja, regenerasi jumantik perlu dilakukan untuk
mendapatkan jumantik muda yang tetap berkualitas.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan kinerja jumantik
dalam kegiatan PSN DBD didapatkan bahwa dari 8 jumantik laki-laki terdapat 4 orang yang
memiliki kinerja yang baik (50%), dan dari 50 jumantik perempuan terdapat 29 orang yang
memiliki kinerja yang baik (58%). Bila dilihat dari hasil analisis fisher didapatkan nilai p
value = 0.479, yang berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin jumantik dengan
kinerja jumantik dalam kegiatan PSN DBD di Kelurahan Bintaro. Jenis kelamin apapun dapat
memiliki kinerja yang baik dengan syarat memiliki kemauan dan kepedulian tentang
lingkungan sekitar.
Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan kinerja jumantik
dalam kegiatan PSN DBD didapatkan bahwa dari 39 jumantik dengan tingkat pendidikan
SMA atau lebih terdapat 26 orang yang memiliki kinerja yang baik (66.67%), dan dari 19
jumantik dengan tingkat pendidikan SD sampai SMP terdapat 7 orang yang memiliki kinerja
yang baik (36%). Bila dilihat dari hasil analisis x2 didapatkan nilai p value = 0.031, yang

berarti terdapat hubungan antara tingkat pendidikan jumantik dengan kinerja jumantik dalam
kegiatan PSN DBD di Kelurahan Bintaro. Hal ini disebabkan, tingkat pendidikan akan
mempengaruhi pengetahuan jumantik dalam kegiatan PSN DBD yang dapat mereka terapkan
sehari-hari dalam menjalankan tugas. Hasil pemikiran inilah yang dapat menjadikan kinerja
jumantik yang baik bila memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Pengetahuan
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan jumantik mengenai
PSN DBD dengan kinerja jumantik dalam kegiatan PSN DBD didapatkan bahwa dari 31
jumantik dengan tingkat pengetahuan baik terdapat 22 orang yang memiliki kinerja yang baik
(70%), dan dari 27 jumantik dengan tingkat buruk terdapat 11 orang yang memiliki kinerja
yang baik (40%). Bila dilihat dari hasil analisis x2 didapatkan nilai p value = 0.020, yang
berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan jumantik mengenai PSN DBD dengan
kinerja jumantik dalam kegiatan PSN DBD di Kelurahan Bintaro. Hal ini menggambarkan
pentingnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai PSN DBD oleh jumantik untuk
menunjang pelaksanaan tugas jumantik di lapangan. Oleh karena itu, pengembangan
wawasan berkala penting untuk diberikan kepada jumantik sebagai bekal pelaksanaan PSN
DBD setiap minggunya.
Imbalan
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara besarnya imbalan dengan kinerja jumantik
dalam kegiatan PSN DBD didapatkan bahwa dari 47 jumantik yang memiliki imbalan Rp.
70.000,- terdapat 27 orang yang memiliki kinerja yang baik (57%), dan dari 11 jumantik yang
memiliki imbalan > Rp. 70.000,- terdapat 6 orang yang memiliki kinerja yang baik (54%).
Bila dilihat dari hasil analisis x2 didapatkan nilai p value = 0.861, yang berarti tidak terdapat
hubungan antara besarnya imbalan yang didapatkan oleh jumantik dengan kinerja jumantik
dalam kegiatan PSN DBD di Kelurahan Bintaro.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
jumantik di Kelurahan Bintaro, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan (p value =
0.031) dan tingkat pengetahuan jumantik mengenai PSN DBD (p value = 0.020) merupakan
faktor yang berhubungan dengan kinerja jumantik dalam PSN DBD, sedangkan usia (p value
= 0.861), jenis kelamin (p value = 0.479) dan besarnya imbalan yang didapatkan oleh
jumantik (p value = 0.861)
jumantik dalam PSN DBD.

merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan kinerja

Saran
A. Saran Untuk Kelurahan Bintaro
1. Memberikan Surat Tugas kepada para kader jumantik sebagai modal untuk
mereka melakukan PSN
2. Memberikan imbalan kepada para jumantik secara tepat waktu
3. Memberikan penghargaan (reward) kepada jumantik yang Angka Bebas Jentik
(ABJ) di RW tersebut dalam zona hijau (> 95%)
B. Saran Untuk Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjamin bagi para kader jumantik
2. Membina para kader jumantik
3. Memberikan materi kepada para kader jumantik secara berkala
4. Pembuatan leaflet DBD untuk disebarkan kepada warga masyarakat Kelurahan
Bintaro
C. Saran Untuk Kader Jumantik Kelurahan Bintaro
1. Melakukan PSN sesuai jadwal
2. Lebih giat melakukan penyuluhan secara langsung kepada warga saat dilakukan
PSN
3. Melakukan pelaporan hasil PSN tepat waktu
D. Saran Untuk Warga Masyarakat Kelurahan Bintaro
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kegiatan PSN
2. Berusaha menjadi jumantik di rumah sendiri
E. Saran Untuk Peneliti
1. Melakukan penelitian yang berlanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai