Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada ibu hamil setelah
perdarahan dan infeksi. Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat memicu atau memperberat
hipertensi merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh jawaban yang memuaskan.
Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan kira-kira 3.7 % seluruh kehamilan. Hipertensi
Gestasional adalah terminologi untuk menggambarkan adanya hipertensi berkaitan dengan
kehamilan yang sifatnya new-onset.
Hipertensi karena kehamilan
1. Hipertensi
Keadaan dengan tekanan darah diastoloik minimal 90mmHg atau tekanan sistolik
minimal 140 mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik minimal 15mmHg atau kenaikan
tekanan sistolik minimal 30mmHg. Tekanan darah harus diukur paling sedikit 2 kali
dengan selang waktu 6 jam.
2. Preeklampsia
Keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau keduanya, yang
terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20, atau kadang-kadang timbul lebih awal bila
terdapat perubahan hidatifirmis yang luas pada vili korialis.
3. Eklampsia
Didiagnosis bila wanita denagn kriteria klinis preeklampsi, timbul kejang-kejang yang
bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain seperti epilepsi.
Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan
Superimposed preeclampsia/eclampsia: keadaan preeklampsia atau eklampsia yang
terjadi pada wanita yang menderita hipertensi vaskuler kronis atau penyakit ginjal.
Hipertensi bersamaan dengan kehamilan
Penyakit hipertensi kronik: penyakit hipertensi yang menetap dengan penyebab apa pun,
dan sudah diderita sebelum kehamilan atau timbul setelah minggu ke 2- tanpa adanya
mola hidatinosa atau perubahan molar yang luas, atau hipertensi yang selama 6 minggu
postpartum
ANAMNESIS1
Karena pasien datang dengan keadaan kejang, maka anamnesis dilakukan melalui alloanamnesis,
yaitu menanyakan kepada orang-orang terdekat pasien dan mengetahui tentang keadaan pasien
contohnya seperti suami. Antara hal yang dapat ditanyakan adalah seperti:
1. Identitas pasien.
2. Menanyakan tentang riwayat kejang pasien. Kapan mulainya, berapa lama, apakah
pernah mengalami sebelum ini.
3. Menanyakan hari pertama haid terakhir pasien.
4. Pasien sudah berapa kali hamil, apakah ada komplikasi pada kehamilan sebelumnya.
5. Menanyakan apakah pasien pernah menerima antenatal care. Antenatal care penting
untuk mendeteksi hipertensi pada kehamilan.
6. Menanyakan apakah ada riwayat penyakit lainnya, seperti hipertensi, epilepsy,
hipoglikemi dsb.
7. Menanyakan apakah pasien pernah timbul keluhan lainnya.
8. Menanyakan apakah ada riwayat trauma, pengambilan obat-obatan dsb.
PEMERIKSAAN FISIK1,2
Ada beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan Umum.
a. Menilai keadaan umum dan sikap pasien pada saat pasien dibawa ke rumah sakit.
b. Kesadaran pasien dengan mengikut Glasgow Coma Scale.
c. Tanda-tanda vital
i. Tekanan darah (>160/110 mmHg)
ii. Suhu
iii. Denyut nadi (Takikardi)
iv. Frekuensi napas (Takipnea)
2. Pemeriksaan obstetrik.
a. Inspeksi
b. Palpasi (Leopold)
c. Auskultasi
Dilakukan dengan stetoskop kebidanan atau fetal heart detector (Doppler) untuk
mendengarkan dan menentukan frekuensi bunyi jantung anak.
d. Pemeriksaan edema
Menentukan apakah terdapat pitting edema pada kaki, tangan dan muka. Pada
eklamsia, edema terjadi di seluruh tubuh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG2
Diagnosis preeklamsia/eklamsia terutama ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium,
contohnya seperti:
1.
Pemeriksaan urinalisis.
a. Proteinuria (>300mg/24jam atau Dipstick >1+) adalah antara manifestasi klinis
yang sering pada pasien eklamsia. Pada pemeriksaan konvensional biasanya
dilakukan urin yang dikumpul secara berkala dalam 24 jam, tetapi dapat juga
2.
Pemeriksaan radiologi
A. Transabdominal Ultrasonography
Transabdominal ultrasonography dilakukan untuk menentukan usia kehamilan. Dapat
juga digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan rupture plasenta.
B. CT Scan
CT Scan kepala dengan atau tanpa kontras, dapat menyingkirkan kemungkinan
thrombosis vena serebral, perdarahan intracranial, dan lesi pada CNS, yang dapat terjadi
pada kehamilan dan menimbulkan gejala kejang.Pertimbangkan CT Scan pada pasien
yang pernah mengalami trauma, tidak berespon terhadap terapi Magnesium Sulfat, atau
menunjukkan gejala atipikal seperti kejang setelah 24 jam post partum
DIAGNOSIS KERJA3
Eklampsia adalah lanjutan dari wanita hamil yang sebelumnya didiagnosis dengan preeklamsia
yang disertai dengan kejang dan koma. Dalam beberapa kasus kejang atau koma mungkin
merupakan tanda pertama yang dikenali pada seorang wanita hamil preeclampsia. Tanda
peringatan yang penting untuk preeclampsia pada wanita hamil adalah sakit kepala parah, kabur
penglihatan atau penglihatan ganda. Toksemia adalah gambaran umum yang digunakan untuk
menggambarkan preeclampsia dan eklampsia
DIAGNOSIS BANDING4-5
1. Pre-eklampsia ringan
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Tekanan darah ibu
adalah >140mmHg sistolik atau >90mmHg diastolic. 0.3gram protein dikumpulkan
dalam sampel urin 24jam atau berkelanjutan pengukuran 1+ protein pada urin dipstick.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas
namun tidak ada tanda-tanda lain dari masalah ibu atau bayi. Penyebab pre eklampsia
ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai maladaptation
syndrome akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
2. Pre-eklampsia berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Preeklampsia berat adalah masalah yang lebih serius.Diagnosis pre
eklampsia berat memerlukan fitur dasar pre eklampsia ingan serta beberapa indikasi
masalah tambahan baik dengan ibu atau bayi.
ETIOLOGI7
Etiologi pasti preeklampsia/eklampsia masih belum diketahui. Beberapa teori antara lain
memperkirakan faktor-faktor:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada penderita preeklampsia-eklampsia (PE-E), didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan
normal ianya akan meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian
akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan
(TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
"Penyakit
Teori.
eklampsia selama kehamilan dan pre eklampsinya tidak ditangani dengan tepat dan segera
disertai dengan kejang. Eklampsia secara teorinya adalah pre eklampsia berat yang disertai
kejang.
Pada preeklamsia
terjadi spasme pembuluh darah disertai retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriol glomerolus. Jadi jika semua arteriole dalam tubuh
mengalami spasme , maka tekanan darah akan naik. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema
yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui penyebabnya mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriol sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Beberapa
teori
tentang
terjadinya
hipertensi dalam
kehamilan yakni
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan
keras
sehingga lumen
arteri
spiralis
tidak
memungkinkan
kegagalan
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak
akan merusak membran sel, nucleus, dan protein sel endotel.
3. Teori disfungsi endotel
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel hal ini yang disebut disfungsi endotel. Disfungsi sel endotel akan
mengakibatkan :
4. Teori genetic
Ada
tunggal. Genotipe
ibu
lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika di bandingkan dengan
genotip janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsi 26% anak perempuan
akan mengalami preeklampsia pula.
6. Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi
minyak ikan akan mengurangi resiko preeklamsia. Minyak ikan mengandung banyak
asam
lemak
tidak
juga
menanggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan resiko
7
terjadinya preeklamsia dan eklampsia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang
diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklampsia adalah 14% sedang yang
diberi glukosa 17%.
8. Teori stimulasi inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga
melepaskan
debris trofoblas sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas sebagai akibat
reaksi stress oksidatif. Bahan ini sebagai bahan asing yang merangsang timbulnya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal jumlah debris trofoblas masih dalam batas normal. Berbeda
dengan proses apoptosis pada preeklamsia di mana preeklamsia terjadi peningkatan stress
oksidatif sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Respon
inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel dan sel-sel makrofag atau granulosit lebih
besar sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklamsia
pada ibu. Redman menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preeklampsia akibat produksi
debris trofoblas plasenta berlebihan mengakibatkan aktivitas leukosit yang sangat tinggi
pada sirkulasi ibu.
Perubahan beberapa sistem dan organ yang ditemukan pada penderita preeklamsia:
i. Otak
Resistensi
pembuluh
darah
meningkat
menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat
terjadi perdarahan
ii. Plasenta dan rahim
terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering
terjadi peningkatan
tonus
rahim dan
air.
Filtrasi glomerolus dapat menurun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan
lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
iv. Paru-paru : Kematian pada preekiampsia sebagian besar disebabkan karena edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena aspirasi pneumonia
atau abses paru.
v. Jantung : Pada
jantungnya
sebagian
biasa mengalami
perubahan
degeneratif
oleh
karena
eklampsia,
pada miokard.
Sering
atau
kerusakan
sel
yang patologik
adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan atau edema generalisata dan
biasanya disertai kenaikan berat badan yang cepat.
xii. Neurologik : Perubahan neurologik dapat berupa :
Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak sehingga menimbulkan vasogenik
edema.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus
Hiperfleksi sering disertai pada preeklamsia berat
Dapat timbul kejang eklamptik
9
nulliparitas
primigravidae (terutama remaja dan perempuan muda lebih dari 35 tahun)
riwayat keluarga menderita preeklampsia atau pasien sendiri pernah ada riwayat
preeklampsia, eklampsia.
wanita dengan diabetes, mola hydatidosa, polyhydramnion, hidrops fetalis .
sosial ekonomi rendah
wanita yang gemuk
perempuan dengan hipertensi esensial atau ginjal
diabetis gestasional
Faktor-faktor risiko berikut membuat bahaya kematian akibat eklampsia lebih besar
MANIFESTASI KLINIS8
penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
oedem (pembengkakan kaki, tangan, muka)
Gejala Preeklamsia
Dengan demikian salah satu temuan berikut ini diperlukan untuk diagnosis preeclampsia
berat :
o Ganngguan susunan saraf pusat (sakit kepala berat, penglihatan buram, status
mental terganggu)
o Gangguan hati (mual dan/atau muntah dengan nyeri abdomen)
10
o Setidaknya dua kali didapatkan kadar enzim hati yang normal pada pemeriksaan
darah
o Tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik : >160 mmHg , diastolic :>110 mmHg)
o Trombositopenia
o Kadar protein >5 gram/24 jam
o Urine output yang rendah (<500 ml/24 jam)
o Gangguan system respirasi (edema pulmonary, kulit membiru)
o Fetal Growth Restriction berat
o Stroke
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan
menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum
persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu dari onset
kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah
wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang
menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang
akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata,
otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara
bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang kadang begitu hebatnya sehingga
dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita
dapat tergigit oleh karena kejang otot otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit,
kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang,
dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang
pertama ini akan diikuti dengan kejang kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang
ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma
setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya
segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus kasus yang berat, keadaan
koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih
kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti
dengan koma yang lama bahkan kematian.
11
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai
50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat
hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan
yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada
susunan saraf pusat.
PENATALAKSANAAN 4
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang,
mengatasi hipoksemia dan sidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada wkatu krisis hipertensi, melahirkan janin pada
tepat waktu dan dengan cara yang tepat. Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif
eklampdia,
merupakan
perawatan
yang
sangat
penting.
Tujuan
utama
pengobatan
medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi
penyulit, khusunya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat
melahirkan janin pada saat dengan cara yang tepat.
Pengobatan Medika mentosa
1. Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat
pada preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi
organ-organ
penting,
misalnya
tindakan-tindakan
untuk
memperbaiki
asidosis,
Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas 10%, diberikan iv
secara perlahan, apabila terdapat tanda tanda intoksikasi MgSO4.
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ). Pemberian
Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan diurese
13
makanan, harus segera diisap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil
untuk drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Glascow Coma Scale. Pada
perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. Pada
koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin, dapat diberikan melalui Nasi Gastric Tube
(NGT)
4. Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita dirawat di ICU karena membutuhkan
perawatan animasi dengan respirator.
5. Persalinan
- Pada preeclampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada
-
tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU
dalam
500
ml
Dekstrose
10
tetes/menit
atau
dengan
cara
pemberian
prostaglandin/misoprostol.
6. Perawatan post partum
- Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir.
- Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolic masih > 90 mmHg.
- Lakukan pemantauan jumlah urin.
KOMPLIKASI 6
Komplikasi ibu
Sistem saraf pusat : perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi
ensefalopati, edema serebri, makular / retina detachment dan kebutaan.
Gastrointestinal - hepatik : subkapsular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar.
Ginjal : gagal ginjal akut (GGA), insuffisiensi ginjal.
14
PROGNOSIS 4
Bila penderita tidak terlambat pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas
setelah kehamilannya di akhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisologik akan
segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan
ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama
penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali janin dari ibu yang sudah
mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia juga tergolong buruk.
Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi sudah
sangat inferior.
PREVENTIF8
Melakukan pemeriksaan antenatal yang teratur (dimonitor tekanan darah dan kenaikan
15
Umur kehamilan di atas 20 minggu , tirah baring posisi miring kiri karena dapat
menghilangkan tekanan rahim pada vena cava inferior, sehingga meningkatkan aliran
16
KESIMPULAN
Preeklampsia - eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan sebab
utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi di Indonesia sehingga diagnosis
dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus
diperhatikan dengan seksama. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda
preeklampsia yaitu hipertensi, edema dan proteinuri sangat penting dalam usaha pencegahan, di
samping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Eclampsia.
Michael
GR
et
al.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/253960-overview#a1
17
553.
Wiknjosastro H. Preeklampsia dan eklampsia. Dalam
ketiga.
300.
6. Gabbe G Steven, Niebly R
:Obstetrics Normal
Joe. Hypertension.
In
18