Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tujuan:
1. Membuat awetan kering dalam media pengawet resin (bioplastik).
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Amplas uco berbagai ukuran
b. Gabus
c. Gelas bekas aqua
d. Gurind atau kikir
e. Jarum pentul
f. Pengaduk Resin (lidi, tusuk gigi, batan gelas)
g. Kapas
h. Wadah cetakan
2. Bahan
a. Aseton
b. Compound
c. Katalis
d. Plastik label klasifikasi
e. Spesimen objek
f. San poly
C. Langkah Kerja
1. Penyiapan Spesimen
Penyiapan spesimen meliputi pematian spesimen, pengaturan posisi spesimen,
dan pengeringan spesimen,
2. Pembuatan Cetakan
3. Pembentukan, Penghalusan, dan Finishing
Blok resin yang sudah kering dapat diperoleh dengan cara membuka wadah.
Hasil yang diperoleh mungkin belum mencapai bentuk yang diharapkan karena
permukaannya kasar atau bentuknya tidak beraturan. Tahap selanjutnya adalah
membentuk blok resin sesuai dengan keinginan. Dapat dilakukan dengan
bantuan alat seperti kikir, gurinda, dan amplas dengan langkah-langkah sebagai
beriku:
a. Pembentukan
Meratakan permukaan kasar dan membentuk blok yang tepat menggunakan
gurinda atau amplas kasar (no. 80, 120, 180).
b. Penghalusan
Menghaluskan permukaan dan membuat blok menjadi transparan dengan cara
menggosoknya dengan amplas no. 400, 800, dan 1000.
c. Finishing
praktikum ini lapisan pertama blok mengering setelah kurang lebih 3 jam.
Langkah berikutnya, adalah peletakan label klasifikasi dan spesimen pada
permukaan lapisan pertama ini. Penempatan label harus dilakukan hati-hati
seperti menutup coverglass pada preparat mikroskop.
Kemudian, praktikan membuat campuran resin-aseton-katalis lagi sebagai
lapisan pengikat. Campuran pengikat ini bisa dalam bentuk formula sedang bila
objek yang diblok merupakan spesimen kering atau kecil, atau formula lambat
bila spesimen yang diblok merupakan spesimen besar atau hasil pengeringan.
Pada praktikum ini sendiri, perbandingan volum resin-aseton-katalis hampir
sama dengan lapisan pertama.
Langkah berikutnya adalah pembuatan lapisan penutup. Banyaknya lapisan
penutup disesuaikan agar menutupi seluruh lapisan atas (seluruh bagian tubuh
hewan tertutupi). Campuran resin-aseton-katalis menggunakan formula cepat
atau lambat. Untuk ketebalan objek kurang dari 0,5 cm menggunakan formula
cepat, tapi apabila ketebalan objek lebih dari 0,5 cm menggunakan formula
lambat. Untuk spesimen yang lebih besar dapat menggunakan lapisan penutup
beberapa kali. Hal ini dilakukan untuk menghindari blok menjadi pecah karena
permukaan atas terlalu cepat kering atau panas yang berlebihan. Pada kegiatan
ini total jumlah lapisan adalah 4 dengan 2 lapisan penutup. Untuk pembuatan
blok bioplastik pada praktikum ini, perbandingan volum resin-aseton-katalis
hampir sama.
Ketika semua lapisan telah mengering dan blok dikeluarkan, kemudian
dilaksanakan tahap pembentukan, penghalusan, dan finishing. Pada praktikum
ini, praktikan hanya melakukan penghalusan dan finishing. Tahap penghalusan
blok dilakukan dengan menggunakan amplas. Penghalusan terutama dilakukan
pada bagian tepi karena pada bagian tersebut kasar. Langkah ini juga bertujuan
untuk membuat blok lebih tranasparan. Penghalusan ini menggunakan amplas
no. 400, 800, dan 1000. Tahap terakhir adalah finishing. Tahap ini bertujuan
untuk menghaluskan dan membuat blok leboh transparan. Pada tahap ini
dilakukan penggosokan dengan amplas yang lebih halus (no. 1500). Setelah itu
agar blok mengkilap, maka digosok dengan kain berbahan halus (kaos) yang
ditetesi bahan pengkilap untuk membersihkan motor atau mobil, seperti
coumpond dan sanpoly..
Dapat dilihat pada gambar di atas, masih terdapat beberapa gelembung
terutama pada bagian bawah sayap belalang dan label klasifikasi. Hal itu terjadi
karena udara yang terjebak pada resin, keterangan klasifikasi, dan tubuh
belalang. Untuk mengatasi hal ini, penuangan lapisan dan peletakan keterangan
klasifikasi sebaiknya dilakukan sehati-hati mungkin. Solusi lain, adalah
melakukan pemanasan. Dalam keadaan panas tersebut, gelembung udara akan
keluar.
Masalah kedua adalah kesalahan penentuan bagian atas dan bawah blok. Bagian
yang ditentukan sebagai bagian atas blok tidak rata sehingga mengganggu
tampilan label dan belalang. Untuk mengatasinya, sebaiknya praktikan lebih
cermat dalam menentukan bagian atas dan belakang blok.
Masalah ketiga adalah terjadinya retakan pada blok yang dihasilkan. Retakan ini
pada awalnya tidak ada. Akan tetapi setelah berselang sekitar 4 minggu dari
awal pembuatan, tiba-tiba blok menjadi retak. Penyebab retakan ini diduga
disebabkan penambahan katalis yang terlalu banyak. Satino (2011:4)
menyebutkan bahwa pembentukan blok resin yang terlalu cepat dapat
mengakibatkan pengeluaran panas yang tinggi. Terlalu panas yang disebabkan
terlalu banyak katalis dapat menyebabkan spesimen mengalami pemanasan,
bahkan matang. Lebih lanjut menjadi retak atau pecah. Untuk mengurangi
pemanasan yang berlebihan dapat dilakukan dengan menurunkan suhu ruangan
atau panas yang dihasilkan ditransfer ke air denga cara direndam.
E. Kesimpulan
Pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan awetan kering dalam media
pengawet resin (bioplastik). Terdapat tahap-tahap yang harus dilalui untuk
menghasilkan sebuah blok bioresin, yakni: pematian spesimen, pengaturan
posisi spesimen, pengeringan spesimen, pembuatan cetakan, penghalusan blok,
dan finishing. Setiap langkah tersebut harus dilakukan dengan cermat, akurat,
dan hati-hati sebab akan berdampak terhadap produk yang dihasilkan. Pada
praktikum ini, blok yang dihasilkan praktikan memiliki beberapa masalah.
Pertama, adanya gelembung pada blok. Hal itu terjadi karena udara yang
terjebak pada resin, keterangan klasifikasi, dan tubuh belalang. Untuk mengatasi
hal ini, penuangan lapisan dan peletakan keterangan klasifikasi sebaiknya
dilakukan sehati-hati mungkin. Solusi lain, adalah melakukan pemanasan. Dalam
keadaan panas tersebut, gelembung udara akan keluar. Masalah kedua adalah
kesalahan penentuan bagian atas dan bawah blok. Bagian yang ditentukan
sebagai bagian atas blok tidak rata sehingga mengganggu tampilan label dan
belalang. Untuk mengatasinya, sebaiknya praktikan lebih cermat dalam
menentukan bagian atas dan belakang blok. Masalah ketiga adalah terjadinya
retakan pada blok yang dihasilkan. Penyebab retakan ini diduga disebabkan
penambahan katalis yang terlalu banyak. Terlalu panas yang disebabkan terlalu
banyak katalis dapat menyebabkan keretakan. Untuk mengurangi pemanasan
yang berlebihan dapat dilakukan dengan menurunkan suhu ruangan atau panas
yang dihasilkan ditransfer ke air denga cara direndam.
Daftar Pustaka
Satino. 2011. Penyediaan Spesimen Awetan Sebagai Media Embelajaran
Biologi. Diunduh darihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pelatihan
%20Media%20Bioplastik%20 Untuk%20Guru.pdf pada tanggal 1 Januari 2013
pukul 08.00 WIB.
Stellman, Jeanne Mager. 1998. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety:
Guides, Indexes, Directory. Geneva: International Labour Organization.
Supriatno, Bambang. ____. Bioresin. Bandung: FMIPA UPI
Tang, Muhamad dan Suendo, Veinardi Suendo. 2011. Pengaruh Penambahan
Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun. In: Prosiding
Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23
Juni 2011, Bandung, Indonesia.