Anda di halaman 1dari 3

Pengelolaan Air Asam Tambang

Aktivitas penambangan dan rehabilitasi lahan pasca tambang biasanya akan mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur batuan yang diikuti dengan perubahan kualitas sika dan kimia
tanah serta air di sekitarnya. Hal ini terjadi akibat adanya pelarutan batuan dan proses
oksidasi dari material sisa penambangan yang akan menghasilkan air asam tambang (AAT)
dengan pH rendah yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi lingkungan dan dapat
mengakibatkan tercemarnya air tanah dan berkurangnya kesuburan tanah. Untuk itu, KPC
melaksanakan upaya preventif dalam pengelolaan batuan asam melalui klasifikasi dan
pemisahan batuan penutup dan desain pengelolaan air asam tambang.
Pemisahan Batuan Asam
Proses penanganan air asam tambang di KPC, diawali dengan proses pencegahan
pembentukan AAT dengan cara menutup material yang berpotensi membentuk AAT. Kegiatan
utama dalam proses ini adalah melakukan analisa Net Acid Generation (NAG) untuk
mengindentikasi dan memisahkan batuan yang bersifat asam (Potential Acid Forming
PAF) dari batuan yang tidak bersifat asam (Non Acid Forming NAF), baik dalam kegiatan
penggalian, penempatan dan penimbunan batuan penutup tersebut. Dengan adanya
pemisahan material tersebut, penanganan penutupan demi menghidari terbentuknya AAT
dapat dilaksanakan dengan lebih efektif.
Sistem Pengelolaan Air Tambang
KPC memiliki sistem pengelolaan air tambang yang bertujuan untuk menghindari dampak air
asam batuan terhadap kualitas badan air permukaan terdekat dan juga kualitas tanah. Dalam
sistem pengelolaan air tambang KPC, air permukaan dari berbagai lokasi kegiatan
penambangan dan pengolahan batubara dialirkan ke sistem pengendali berupa kolam
pengendap bertingkat untuk diproses dan dipantau sebelum dialirkan ke badan air umum.
Pemantauan baku mutu air dilaksanakan dengan pengambilan sample harian yang kemudian
dianalisa di laboratorium kami. Sebelum air dari kolam pengendapan dialirkan ke badan air
umum, KPC memastikan baku mutu air pada kolam-kolam pengendapan tersebut sudah
sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113/2003 dan Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Timur No. 02/2011.
Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah sudah dilakukan KPC sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Seluruh keluaran air limbah yang dihasilkan oleh KPC dapat
dipastikan memenuhi baku mutu yang ditentukan Pemerintah sebelum dialirkan ke sungai
atau laut.
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (b3)

Limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan operasional KPC dikelola dengan mengikuti aturan
Pemerintah dan izin pengelolaan limbah B3 mulai dari penyimpanan sementara,
pemanfaatan, pengolahan internal, sampai dengan dikirim ke pihak ketiga berizin untuk
dikelola lebih lanjut. Kami hanya melakukan pengiriman limbah B3 kepada pihak ketiga
berizin dari KLH dan tidak melakukan pengiriman limbah B3 ke luar negeri.
Limbah B3 yang berhasil kami kelola antara lain pelumas bekas, barang terkontaminasi
hidrokarbon, filter beroli, hose beroli, limbah medis, limbah hidrogen peroksida, grease
bekas, baterai/aki bekas, toner bekas, limbah kimia, abu insinerator, baterai kering bekas,
lampu TL, wadah terkontaminasi B3, abu batubara, dan tanah terkontaminasi hidrokarbon.
Pengelolaan Limbah Non-B3
Limbah non-B3 yang dihasilkan KPC terdiri dari sampah umum, limbah kertas, ban bekas,
plastik, dan kardus bekas. KPC mengelola sampah umum yang berasal dari limbah umum
dari area perumahan karyawan KPC dan area industri KPC yang kemudian dibuang ke TPA
di daerah dumping Hatari East. Sepanjang tahun 2013, volume sampah umum yang dibuang
ke TPA tersebut mencapai 2.044,20 m3 atau sekitar 8.017,68 ton dengan asumsi 1 m3 setara
dengan 400 kg.
Limbah non-B3 yang paling banyak adalah limbah kertas dari perkantoran KPC. Limbah
kertas ini kami kumpulkan dan manfaatkan untuk kegiatan reklamasi sebagai mulsa (mulch)
yang kemudian dicampur dengan biji, pupuk, dan perekat. Kemudian setelah tercampur,
mulsa disemprotkan ke lereng area reklamasi dengan menggunakan Hydroseeder. Selain
mulsa, limbah kertas juga dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos yang dilakukan di
nursery Departemen Lingkungan KPC. Kompos yang kami buat juga terdiri dari sampah
basah yang berasal dari kegiatan dapur mess karyawan.
Penanganan Tumpahan
Prosedur penanganan tumpahan yang kami lakukan adalah dengan membentuk Oil Spill
Response Team yang bertujuan untuk menangani tumpahan yang terjadi sesegera mungkin.
Selain itu, KPC memastikan oil spill kitselalu tersedia di setiap maintenance workshop.
Selama tahun 2013, terjadi 7 kali tumpahan hidrokarbon di beberap area tambang dan
penyimpanan hidrokarbon. Volume tumpahan tahun ini mencapai 12.448 liter dan kami telah
berhasil membersihkan seluruh volume tumpahan tersebut
Salah satu dampak dari tumpahan bahan bakar, oli, maupun minyak adalah terkontaminasinya
tanah di area penambangan. Tanah terkontaminasi tersebut kami olah secara bioremediasi
menggunakan bakteri petrophylic yang dilakukan di area Biological Treatment Unit (BTU)
yang terletak di Sangatta North Dump sesuai dengan izin yang diperoleh dari Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 184 tanggal 11 Agustus 2010.
Pemantauan dan Pengendalian Emisi

Sumber utama emisi karbon dari kegiatan operasional KPC adalah dari penggunaan bahan
bakar fosil untuk menunjang aktivitas penambangan, antara lain: penggunaan bahan bakar
untuk boiler dan genset, bahan bakar untuk kendaraan operasional, penggunaan batubara
untuk PLTU, landclearing dalam rangka pembukaan lahan untuk pertambangan
Untuk mengurangi dampak emisi gas dari peralatan operasional maupun kendaraan
operasional, kami senantiasa melakukan perawatan berkala untuk menjaga efektifitias proses
pembakarannya. Selain itu, dalam pengadaan peralatan baru seperti truk dan alat berat
lainnya kami mengacu pada standar emisi Environmental Protection Agency (EPA) Tier-1,
Tier-2 dan Tier-3.
Untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan mengurangi jumlah emisi gas karbondioksida
dari areal penambangan, kami melakukan reklamasi yang dilanjutkan dengan revegetasi.
Vegetasi yang terpelihara dapat menciptakan kondisi yang relatif stabil, mencegah erosi dan
pada akhirnya dapat memperbaiki kondisi lahan bekas tambang secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai