Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA ISLAM

AQIDAH

Oleh :

PAI 70

1. Ayu Dilia Novita Sari (122010101009)


2. Zuliyatul Masnunah (122010101016)
3. Ulva Sertiana (122010101017)
4. Kardiana Izza Ell Milla (122010101031)
5. Farmitalia Nisa Tristianti (122010101037)

Pembimbing : Akhmad Munir

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER

2012

PENDAHULUAN

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut.


Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu trsebut
untuk dipelajati. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, yakni pencipta kita.
Allah menciptakan manusia dengan seindah indahnya dan
selengkap lengkap bentuk dibandingkan dengan makhluk /
ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing dengan mengutus para
rasul-Nya, semua menyerukan kepada tauhid agar mereka berjalan
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang
dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin,
orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu ragu
disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
Begitu pentingnya aqidah ini sehingga Nabi Muhammad
SAW, penutup para nabi dan rasul, membimbing umatnya selama
13 tahun ketika berada di Mekkah dengan menekankan masalah
aqidah. Sebab aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan
merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, para dai dan
para pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah
mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah. Untuk itu, masalah
aqidah akan dibahas dalam makalah ini.

DAFTAR ISI
Pendahuluan ..........................................................
Daftar Isi .................................................................
Aqidah .....................................................................
1.Pengertian ....................................................
..
2.Tujuan mempelajari
Aqidah ............................
3.Aqidah sebagai kebutuhan
manusia ................
4.Ruang Lingkup
Aqidah .....................................
Daftar Pustaka .........................................................

AQIDAH
1. PENGERTIAN AQIDAH
1. Pengertian aqidah secara etimologi
Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqdu. Aqidah artinya ketetapan yang
tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah
dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti
aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang
telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun
salah.
2. Pengertian aqidah secara terminologi
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu
keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai
dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau
prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan
yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah,
karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

2. Tujuan Mempelajari Akidah


Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka
kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan
karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin
kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya
yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara
ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan
adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang
menguasai Aqidah Islamiyah adalah :
1. Membebaskan kita dari ubudiyah/penghambat selain Allah. Baik bentuknya
penghambaan kepasa kekuasaan, harta, pimpinan maupun yang lain
2. Membentuk pribadi yang seimbang, yaitu selalu taat pada Allah, baik dalam
keadaan suka maupun duka
3. Merasa lebih aman dari berbagai rasa takut dan cemas. Takut kurang rezeki,
terhadap jiwa, harta, keluarga, jin, dan seluruh manusia, termasuk takut pada
kematian. Dengan semikian, hamba yang memeiliki akidah akan penuh tawakal
kepada Allah
4. Memberi kekuatan pada Jiwa, sekukuh gunung. Akidah hanya berharap pada
Allah dan ridha terhadap segala ketentuan Allah
5. Berdasar kepada asas ukhuwah (persaudaraan) dan persamaan, tidak membedakan
antara miskin dan kaya, antara pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan
hitam, dan orang arab dan bukan arab, kecuali kadar ketakwaan kita di sisi Allah
swt

3. AQIDAH ADALAH KEBUTUHAN MANUSIA


Aqidah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan
prinsipil membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya.
Sesungguhnya binatang (mahluk) yang paling buruk disisi Allah ialah orang-orang
karena mereka tidak beriman. (Q.S. 8:55)
Dalam kehidupan manusia, aqidah merupakan dasar hidup (fondasi) untuk
mendirikan bangunan (beramal). Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, semakin
kokoh pula fondasi yang dibuat. Jika fondasinya lemah, bangunan akan cepat ambruk.
Dan akhirnya tidak ada bangunan tanpa fondasi. (Q.S. Ibrahim (24):24-27).
Seperti kontraktor, membangun gedung bertingkat, fondasinya harus kuat agar tidak
cepat hancur dan mengecewakan pemiliknya. Penguasa harus menguasai landasan etika
berdagang agar tidak mengalami kerugian. Demikian juga manusia agar hidupnya sukses
dan tahan dalam menghadapi setiap dinamika kehidupan maka dituntut memiliki
pegangan yang kuat (aqidah).
Karena aqidah adalah fondasi, maka aqidah merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
meluruskan fitrah serta mengaktualisasikan misi kemanusiaan. Manusia tanpa iman akan
kehilangan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang mulia. Bahkan menurut kitab
suci, manusia yang demikian akan kehilangan eksistensi dasar nilai manusia kemanusiaan
(iman dan amal shaleh).
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali
mereka yang beriman dan beramal shaleh; maka bagi mereka pahala yang melimpah.
(Q.S. 95:4-9).
Dan Sungguh Kami (Tuhan) telah memuliakan anak cucu Adam (Umat manusia), dan
Kami bawa (kembangkan) mereka di daratan dan lautan. (Q.S. 17:70).
Jika kita perhatikan kembali lebih seksama urutan keterangan dalam kitab Suci, kita
dapat menyimpulkan bahwa, manusia menurut kejadian atau asal Fitrahnya adalah
mahluk mulia. Tetapi karena berbagai hal yang muncul akibat kelemahannya sendiri
manusia selalu terancam kemungkinan mengalami kemerosotan harkat dan martabatnya
sehingga menjadi mahluk yang paling hina.
Manusia akan terselamatkan dari kemungkinan kemerosotan harkat dan martabat
kemanusiaan kalau ia mempunyai semangat Ketuhanan (rabbaniyyah atau ribbiyyah) dan
berbuat baik kepada manusia. (Q.S. (3:79), (3:146)).
Dalam pengalaman sejarah kemanusiaan, banyak pemerkosaan hak-hak manusia,
kediktatoran, kesewenang-wenangan antar sesama mahluk sosial. Tindakan tersebut tidak
disemangati nilai Ke-Tuhanan dan kemanusiaan, seperti Firun dan Qarun (kedua orang
ini adalah tiran, diktator, dan kapitalistik).
Dari sudut penglihatan inilah kita juga dapat menafsirkan kedatangan Rasul-rasul
dan Nabi-nabi, yaitu untuk memimpin umat manusia melawan kenistaanya dan
mengemansipasi harkat dan martabatnya sebagai mahluk mulia.
Kejatuhan manusia itu terlambangkan dalam terusirnya Adam dan Istrinya dari surga
karena melanggar larangan Tuhan. Adam dan istrinya terangkat hanya setelah Adam
menerima pengajaran Tuhan dan bertaubat (2:35-37) yaitu pengajaran tentang hidup
beriman dan beramal shaleh.

Perkataan iman, harus diikuti dengan perkataan amanah, kedua perkataan tersebut
muara akhirnya (tujuannya) adalah menjadi Aman (hidup sejahtera/bahagia). Jadi iman
itu bukan sekedar percaya, akan tetapi konsekwensinya adalah melaksanakan amanah
(kepercayaan) ketuhanan (amal shaleh). Perpaduan dan kesatuan iman dan amanah itu
akan menyebabkan diri manusia merasa aman, merasa Islam (ketenangan dan
kedamaian). Lihat padanan Istilah dibawah ini:
Iman + Amanah = Aman
Iman + Islam = Ihsan
Iman yang demikian itu terkandung pengertian sikap atau pandangan hidup
kepasrahan menyandarkan diri (tawakal) kepada Tuhan dan kembali (ruju atau inabah)
kepada-Nya. (Q.S. (39:54), (89:28). Memang salah satu wujud rasa iman adalah sikap
hidupa yang memandang Tuhan sebagai tempat menyandarkan diri, menggantungkan
harapan, berdoa, berdzikir, bersyukur dan lain sebagainya. Karena Allah ash shamad
(Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Q.S. 112:2)
Contohnya:: kalau kita ingin sukses belajar, tidak perlu pergi ke dukun, tidak perlu
meramalkan nasib. Kita harus mengikuti hukum kesuksesan (belajar, bekerja, dan
berdoa). Jangan sampai kita berdoa tanpa keja.
Oleh karena itu konsistensinya iman ialah khusnuzhzan (khusnal zhanzz, baik sangka
yakni sikap optimis) kepada Tuhan (Q.S. (12:87), (3:153)), serta kemantapan kepada-Nya
sebagai Yang Maha Suci, Maha Kasih dan menyayangi seluruh ciptaanya-Nya tanpa
diskriminasi. Justru sifat rahmah (keramahan dan kerahiman), disamping pengetahuan
(ilm) adalah sifat Tuhan yang paling komprehensif dan serba meliputi, (QS. (6:12),
(7:156), (40:7)).
Contohnya orang yang beriman dan tidak beriman oleh Allah juga diberi kehidupan dan
diberi rizki melaui usahanya. Binatang dari yang kecil, yang besar serta yang bermanfaat
dan yang dilarang dimakan juga diberi kehidupan. Ini semua menunjukkan sifat
keramahan Allah lebih besar.
Misalnya jika permohonan doa kita belum terkabulkan, jangan menuduh yang
macam-macam kepada Tuhan mungkin cara berdoa kita kurang benar, kurang serius
serta melebihi kapasitas diri. Kalau permohonan kita dikabulkan sedangkan kita tidak
siap menerimanya maka akan berimplikasi negatif. Bukankah Tuhan Maha Mengetahui
dan mengabulkan setiap permohonan.
Keimanan merupakan suatu yang inhern pada manusia, dengan kata lain secara
alamiah bahwa manusia itu cenderung kepada kebenaran Allah, karena setiap calon
manusia di kala masih berada dalam kandungan telah mengadakan perjanjian premodial
untuk mengakui Allah sebagai Tuhannya (Q.S. 7:172). Fitrah adalah sesuatu yang ada di
dalam diri manusia. Fitrah itu membuat manusia itu berkeinginan suci dan secara kodrati
cenderung kepada kebenaran (Hanief).
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (Q.S. 30:30).
Jadi iman itu harus dipertahankan melalui perjuangan yang sungguh-sungguh, sebab
iman bisa bertahan, bertambah, berkurang dan bisa lepas (hilang) dari diri seseorang.

Dan mereka yang berjuang dijalan Ku (kebenaran), maka pasti aku tunjukkan
jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang
selalu berbuat baik. (Q.S. 30:30).
Dengan demikian kita semakin tahu dan mengeri betapa pentingnya mempertahankan
harkat dan martabat kita dengan memiliki aqidah Islamiah, agar tidak jatuh kelembah
yang hina, nista dan kehilangan fitrah kemanusiaan. Aqidah itulah yang menjadikan
manusia sempurna, manusia utuh, manusia yang tidak memiliki kepribadian yang pecah
dalam menatap kehidupan.

4. Ruang Lingkup Aqidah


Ruang lingkup pembahasan Materi Aqidah dalam mata pelajaran Agama Islam,
yaitu :
1. Iman (bahasa Arab:)
Secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman ( )diambil dari
kata kerja 'aamana' ( )-- yukminu' ( )yang berarti 'percaya' atau
'membenarkan'.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang
diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip
dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka
orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap
ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga
disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga
pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara
lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan
dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan
anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan
dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam alGhazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan)
membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan
rukun-rukun (anggota-anggota)."
2. Tauhid (Arab :),
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan
keesaan Allah.

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah


dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan
konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang
muslim.
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang
paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah
satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus
sesuai dengan tuntunan rasulullah saw.
Pembagian aqidah tauhid
1. Tauhid Al-Uluhiyyah.
Mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya
kepada Allah dan karenaNya semata.
2. Tauhid Ar-Rububiyyah.
Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani
dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan
mengatur alam semesta ini.
3. Tauhid Al-Asma' was-Sifat.
Mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya
mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah,
dalam dzat, asma maupun sifat.

3. Ibadah.
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa
Arab. Arti kata ini adalah perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah
yang didasari oleh peraturan agama (syar`i).
Ibadah dapat dibagi menjadi 2(dua), yaitu
1. Ibadah Mahdhah
Berarti peribadatan yang sudah ditetapkan tata cara serta
aturan-aturannya yang meliputi syarat, rukun, sunat dan hal-hal
yang dimakruhkan serta membatalkan.

Contoh : Shalat, Puasa, Zakat dan Haji


2. Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah dalam pengertian yang luas karena tidak ditentukan
tata cara atau aturannya secara baku sebagaimana halnya ibadah
mahdhah
Contoh : Ibadah Qurban, Infaq, Shadaqah, dan sebagainya.
Prinsip ibadah :

Menjunjung tinggi kemurnian tauhidIkhlas karena Allah.


Tunduk mengikuti (ittiba) kepada syariat islam.

Keseimbangan rohani dan jasmaniKemudahan dan peniadaan beban.

Urgensi Ibadah :

ibadah adalah wujud cinta dan bentuk kepatuhan hamba kepada al-khaliq
ibadah merupakan implementasi rasa syukur hamba kepada allah

ibadah membawa hamba kepada ketenangan hidup (pikir, batin dan memberi
kepuasan dari dahaga spiritual dg jalan yg benar)

ibadah adalah jalan memuliakan diri sendiri

ibadah adalah upaya mencari cinta allah dan terlepas dari murka-nya.

Hubungan antara aqidah, ibadah & akhlaq

aqidah sebagai bentuk keyakinan terhadap kebenaran


ibadah sebagai realisasi & implementasi keyakinan hamba

akhlaq adalah buah dari aqidah dan ibadah seorang hamba

3. Islam (Arab: al-islm, Tentang suara ini dengarkan (bantuaninfo):


"berserah diri kepada Tuhan")

Agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ,
Allh).
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti
"seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin
bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada
manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang
diutus ke dunia oleh Allah.

Kesimpulan : dalam pembahasan Materi Aqidah tercakup


kepada Rukun Iman dan Rukun Islam

Bagi seorang muslim, keharusan memiliki akidah yang benar merupakan sesuatu
yang tidak bisa ditawar lagi. Baginya, akidah yang benar kedudukannya seperti kepala
bagi jasad. Di atas akidah yang benar inilah akan dibangun segala amal perbuatannya,
yang nantinya akan menentukan bermanfaat atau tidak amalan tersebut di hadapan Allah.
Kerusakan terbesar yang menodai kesucian fitrah setiap insan adalah
penyimpangan di dalam aqidah. Kerusakan inilah yang menjadi tujuan akhir dari setiap
gerakan setan, yang berlayar dan berlabuh di atas kesucian fitrah manusia dengan senjata
yang sulit tertandingi kecuali oleh orang-orang yang mendapat rahmat dan taufik .serta
hidayah dari Allah
Dua senjata ampuh setan dalam merusak fitrah manusia adalah syubhat dan syahwat.
Dengan syubhat yang disebarkan setan, sesuatu yang haq bisa menjadi samar-samar
bahkan menjadi batil dan sebaliknya yang batil bisa menjadi haq dalam pandangan orang
yang terfitnah. Dengan syubhatnya pula, tauhid bisa menjadi syirik dan sebaliknya syirik
bisa menjadi tauhid. Pun dengan syubhatnya, sunnah bisa menjadi bidah dan bidah bisa
menjadi sunnah. Demikian seterusnya.
Adapun syahwat, maka dengannya semua keharaman akan mudah dilakukan dan
menjadi sesuatu yang membahagiakan dan mendatangkan kepuasan hidup; mencuri,
berzina, berjudi, minum khamr, membunuh, mencaci maki, menyakiti, berbuat sihir dan
segala bentuk keharaman lainnya.
Bila umat berkubang dalam kerusakan fitrah dan aqidah, maka tidak ada
penyebabnya selain syubhat dan syahwat. Oleh karena itu, Allah mengatakan di dalam Al
Quran:

Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah kami ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami. (AsSajdah: 24)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: Dengan kesabaran dan keyakinan
akan didapatkan kepemimpinan dalam agama di muka bumi ini.
As-Sadi dalam Tafsir-nya (hal. 656) mengatakan: Derajat yang tinggi ini mereka
peroleh dengan kesabaran dalam belajar dan mengajar, , bersabar terhadap gangguan di
jalan Allah,berdakwah di jalan Allah dan menahan diri-diri mereka untuk berlabuh dalam
lautan maksiat dan lautan syahwat.
Mereka yakin dengan ayat-ayat Kami artinya dengan keimanan mereka terhadap
ayat-ayat Allah, mereka sampai ke derajat yakin yaitu ilmu yang sempurna yang
menuntut amal. Mereka sampai ke derajat yakin karena mereka belajar dengan benar dan
mengambil ilmu tersebut dengan dalil-dalilnya yang menghasilkan keyakinan. Mereka
mempelajari terus-menerus ilmu dengan dalil-dalilnya sehingga mengantarkan mereka ke
derajat yakin. Maka dengan kesabaran dan keyakinan akan diperoleh kepemimpinan
dalam agama.
memberikan pelajaran besar bahwa untuk Dalam ayat ini Allah mematahkan kedua
senjata iblis tersebut adalah dengan cara mempelajari ilmu dan bersabar. Dengan ilmu
akan terpatahkan segala wujud dan bahaya syubhat, dan dengan kesabaran akan bisa
terpadamkan kobaran api syahwat.
Aqidah yang benar adalah aqidah yang terambil dari Al Quran dan As . dan
Rasul-Nya Sunnah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah Aqidah inilah yang
menjadi pondasi Islam dan yang menjadi asas diterimanya seluruh amalan. Inilah makna
ucapan Al-Imam Asy-Syafii ketika beliau menyatakan, Aku beriman kepada Allah dan
(kepada) apa-apa yang diutus-Nya sesuai dengan apa yang dimaukan-Nya. (Ar-Risalah,
hal. 7, Majmu Fatawa, 4/182-184, dan Ijtima Al-Juyusy, hal. 164-165)
Aqidah yang Rusak
Aqidah yang rusak adalah lawan aqidah shahihah. Yaitu aqidah yang terambil dari
peninggalan nenek moyang (taqlid), dari fanatisme golongan, jamaah, atau individu, dan
yang terambil dari akal. Tentang menjelaskan di dalam firman-Nya:aqidah yang rusak
ini Allah
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi
peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri
itu berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama
dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Rasul itu) berkata:
Apakah kamu akan mengikuti mereka, sekalipun aku membawa untuk kalian (agama)
yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu
menganutnya? Mereka menjawab: Sesungguhnya kami mengingkari yang kamu diutus
untuk menyampaikannya. (Az-Zukhruf: 23-24)
Bahaya Kerusakan Aqidah

Bahaya kerusakan aqidah berbentuk laten baik terhadap


individu, jamaah atau ummat di dunia dan di akhirat. Di antara
bahaya-bahayanya adalah :
a) Menjerumuskan seseorang atau jamaah ke dalam
lubang kesyirikan dan kekufuran serta pengingkaran
terhadap aqidah yang benar yang diturunkan . dan
dibawa oleh Rasul-Nya oleh Allah.
b) Menolak ketentuan-ketentuan syariat dan
mengutamakan ajaran nenek moyang, fanatisme, akal
dan sebagainya daripada ketentuan-ketentuan syariat
tersebut.
c) Mengakibatkan kehinaan, keterbelakangan dan
kerendahan umat Islam sepanjang masa dan tempat.
d) Memecah belah persatuan umat, menghancurkan
kejayaan mereka serta menghancurkan kemenangan
demi kemenangan yang mereka telah raih.
e) .Menjauhkan kaum muslimin dari pertolongan Allah .
f) Menyebabkan terjatuh ke dalam neraka dan kekal di
dalamnya (dinukil secara makna dari Al-Aqidah AlIslamiyyah, hal. 22 dan seterusnya).

DAFTAR PUSTAKA
http://wanitamuslimah2010.blogspot.com/2010/01/aqidah-adalah-kebutuhanmanusia.html
http://banggoro.blogspot.com/2009/03/bahaya-penyimpangan-aqidah.html
http://guruaqidahakhlakmenulis.blogspot.com/2011/06/ruang-lingkup-aqidah.html

Muniah. . PendidikanAgama Islam Untuk Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai