Anda di halaman 1dari 8

Judul OPT Hama

: Hypothenemus hampei (Curculionidae)

Nama umum dalam bahasa Indonesia

: kumbang

Nama umum dalam bahasa Inggris


: weevil
Klasifikasi Hypothenemus hampei
Kingdom : Animalia,
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta,
Order
: Coleoptera,
Family : Curculionidae,
Genus
: Hypothenemus,
Species : H. Hampei. Penggerek Buah Kopi (PBKo) (Hypothenemus hampei),
Famili
: Scolytidae,
Ordo
: Coleoptera
Deskripsi
Penggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Umumnya, hanya serangga betina yang sudah kawin akan
menggerek buah kopi; biasanya masuk ke dalam buah dengan membuat lubang kecil pada ujung
buah. Kumbang betina menyerang buah kopi dari mulai buah sedang terbentuk (8minggu setelah
berbunga) sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang dan larva PBKo
menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di
dalamnya sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang
buah kopi di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan. Selain hidup dalam buah kopi,
hama ini juga menyerang tanaman Tephrosia, Crotalaria, Caesalpinia, dan Leucaena glauca yang
sering digunakan sebagai tanaman penaung/penutup tanah. Penggerek buah kopi merupakan
kumbang berukuran 0,7 1,7 mm, berbadan bulat dengan kepala berbentuk segi tiga yang
ditutupi oleh rambutrambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan
Telurnya menetas dalam waktu sekitar 4 hari, lalu berubah menjadi larva berwarna putih dan
bermulut cokelat.
Siklus hidup
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 31 50 butir. Siklus
hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4 hari telur menetas menjadi larva
yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam
biji. Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan
kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 87
hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina
terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga
sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah.
Gejala Serangan

Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah
yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya
digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak
berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada
buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang.
Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama
pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan
mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa
kimia yang terkandung dalam biji.
Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji keras yang
sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur pada biji di dalam
endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi setelah pemetikan adalah tempat
berkembang biak yang sangat baik untuk penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan
sampai 75 ekor serangga per biji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang
lebih satu tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup.
PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang
bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,
serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang
sudah matang sampai merah, biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada
buah. Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk meletakkan telur.
Ketika telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga menyebabkan menurunnya mutu
kopi. PBKo masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan
pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan
biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah. PBKo diketahui makan dan berkembang
biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan
membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah.
Imago H. hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk endosperma. Serangga
yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah memiliki endosperma yang keras. Betina
membuat lubang kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur
jika buah sudah cukup matang.
Cara pengendalian :
Kondisi tanaman yang lemah merupakan faktor utama terjadinya serangan penggerek buah. Oleh
karena itu untuk mencegah terjadinya serangan dan penyebarannya dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1) Mekanik
Dilakukan dengan memetik buah sehat yang tertinggal di pohon kopi maupun pengumpulan buah
yang jatuh. Cara ini dilakukan untuk menghilangkan sumber makanan sehingga penggerek buah
ini tidak dapat berkembangbiak dan siklus hidupnya terputus. Selain itu juga dilakukan dengan
memetik buah yang terserang kemudian dijemur agar penggerek buah yang ada di biji dalam
bentuk telur, larva, pupa maupun dewasanya mati. Cara ini diharapkan dapat mengurangi
populasi yang ada di lapangan.
2) Biologi

Dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang penggerek buah. Salah
satu musuh alami yang digunakan adalah Beauveria bassiana (Bb) yaitu dengan; (1) memetik
buah masak pertama yang terserang, dikumpulkan, dicampur dengan Bb, dan dibiarkan selama
satu malam, kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada
pasangannya di kebun; (2) Pemakaian Bb dilakukan pada saat kulit tanduk buah sudah mengeras.
3) Pemangkasan
merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur teknis yang dimaksudkan untuk
memutus siklus hidup hama utama pada pertanaman kopi. Pemangkasan dilakukan baik pada
tanaman kopi maupun terhadap tanaman penaung. Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi
ditujukan untuk menghindari kelembaban yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga
proses penyerbukan dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat
penyinaran merata guna merangsang pembungaan, dan membuang cabang tua yang kurang
produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat didistribusikan ke cabang muda
yang lebih produktif.
4) Pengendalian hayati memiliki prospek untuk dikembangkan. Ada dua
agensia pengendali hayati yang telah tersedia dan prospektif untuk dikembangkan, yaitu jamur
Beauveria bassiana dan serangga parasitoid Cephalonomia stephanoderis. Berbagai upaya untuk
mengendalikan hama ini di daerah-daerah penghasil kopi di dunia masih diarahkan pada
pengendalian secara kimia terutama dengan menggunakan endosulfan. Hasil Penelitian di
Kaledonia Baru menunjukkan bahwa hama bubuk buah kopi ini telah mengembangkan
ketahanannya pada endosulfan dan lindane. Hasil penelitian dengan menggunakan insektisida
monokrotofos 150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman kopi di
kecamatan Modoinding, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jenis-janis insektisida ini dapat
menekan populasi hama bubuk buah kopi.
BIOEKOLOGI

Hypothenemus hampei merupakan kumbang kecil yang termasuk pada ordo Coleoptera
famili scotylidae.

kemampuan bertelur 54 butir

umur telur 5-9 hari

larva (2 instar pada jantan dan 3 instar pada betina) 10 s.d 26 hari

prapupa 2 hari

pupa 4 s.d 9 hari

dewasa betina berukuran 2 mm dan jantan 1,3 mm

usia kumbang jantan max 103 hari, sedangkan betina kurang lebih 156 hari, max 282
hari.

serangga berwarna hitam kecoklatan, jantan tidak bisa terbang. sedangkan betina terbang
jam 16.00-18.00 dengan kemampuan terbang sejauh 350 meter.

satu daur hidup 25-35 hari.

GEJALA DAN KERUSAKAN

pada buah muda, buah tidak berkembang, busuk dan gugur mencapai 7-14%

sasaran serangga betina pada buah cukup tua untuk meletakan telur, sehingga PBKo
berkembang sampai buah dipanen/gugur

biji berlubang dan mutunya rendah

tingkat kerusakan mencapai 30-80%

TANAMAN INANG
teprosia, crotalaria, centrosema, caesalpinia, hibiscus, rubus, leguminosae, leucaena glauca

Hama Penggerek Pucuk Tebu dan Gejala Serangan

3.1.1 Klasifiksi Hama Penggerek Pucuk Tebu :


Kerajaan
Filum
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Pyralidea
: Scirpophaga
: Scirpophaga nivella

(Anonymous, 2012)

Hama penggerek pucuk tebu menurut Kalshoven, 1981 diklasifikasikan Phyllum Arthropoda,
Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea, Marga Scirpophaga, Jenis Scirpophaga
nivella.
Scirpophaga nivella Fabricus meletakkan telurnya pada bagian bawah perkumakaan daun secara
berkelompok, dan tersususn seperti sisik ikan yang tertutup selaput berwarna coklat kekuningan.
Jumlah telur mencapai 6-30 butir. Setelah 8-9 hari menetas. Ulat yang keluar dari telur menuju
daun yang masih muda dengan cara menggantungkan pada benang benang halus yang
dikeluarkan dari mulutnya. Larva akan menggerek daun dan menuju ibu tulang daun, larva
menggerek menuju titik tumbuh batang dan menembus batang. Setiap batang berisi satu telur
penggerek. (Kalshoven, 1991). Ulat tersebut pada umur muda berwarna kelabu, kemudian
berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan pada saat mendekati stadium pupa berwarna
kuning putih.
3.1.2 Siklus Hidup Penggerek Pucuk Tebu
Fase pertama adalah telur yang di hasilkan dari tetua betina yang jumlahnya berkisar 6-30 butir
akan menetas pada umur 8-9 hari. Ulat yang keluar dari telur menuju daun yang masih muda
dengan cara menggantung pada benang-benang halus yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva
akan menggerek daun dan menuju ibu tulang daun, larva menggerek menuju titik tumbuh
batang dan menembus batang. Setiap batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven, 1981). Ulat
tersebut pada umur muda berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna kuning kecoklatan dan

pada saat mendekati stadium pupa berwarna kuning putih. Stadium pupa calon betina 8-10 hari
dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupu betina sudah dapat bertelur sehari setelah keluar
dari kepompong kupu-kupu mempunyai warna sayap dan punggung putih dengan jambul
berwarna merah. Siklus hidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan 50-56 hari (Handjojo,
1976).
3.1.3. Gejala Serangan
Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun terlihat bekas
gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan kering yang disebut Mati
Puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan lorong gerekan dari titik tumbuh ke bawah
kemudian mendekati permukaan batang dan sering menembus batang. Oleh karena itu serangan
penggerek pucuk dapat menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik
tumbuh terlepas lubang keluar ngengat. (Djsamin, 1984)
3.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Hama penggerek Pucuk Tebu
Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama penggerek pucuk tebu antara lain, teknik bercocok
tanam, tanaman inang, faktor lingkungan serta faktor musuh alami.
1. Teknik Bercocok Tanam
Waktu tanam yang tidak serentak merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan populasi
hama penggerek pucuk tebu. Tebu yang ditanam lebih awal bisa menjadi sumber investasi
hama penggerek pucuk bagi tanaman tebu yang ditanam berikutnya. Tebu yang ditanam awal
merupakan inang (host) bagi penggerek pucuk dalam memenuhi kebutuhan makan,
tempat tinggal dan berkembang biak. Akibatnya akan diperoleh sumber serangan yang besar
dan sangat berpotensi untuk merusak tebu yang ditanam berikutnya.
2. Tanaman Inang
Sifat morfologi dan anatomi tebu mempunyai korelasi dengan serangan penggerek pucuk
(Anonymous, 2012). Tebu dengan tulang daun yang keras atau tulang daun dengan banyak
lekukan pada epidermis bagian bawah lebih tahan terhadap serangan hama penggerek pucuk.
Kekerasan pupus dapat mengurangi serangan hama penggerek pucuk. Kemampuan
menyerang penggerek pucuk juga dipengaruhi oleh umur tanaman. Penggerek pucuk
umumnya menyerang tanaman muda berumur lebih kurang 2 bulan.
3. Faktor Lingkungan
Tingkat serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu di lapang lebih banyak dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya curah hujan daripada jenis tebu. Semakin tinggi curah hujan

serangan penggerek pucuk cenderung meningkat (Wiriatmojo, 1978). Curah hujan yang
tinggi meningkatkan kelembapan tanah dan merupakan tempat yang sangat baik untuk
pengembangannya.
4. Faktor Musuh Alami
Keberadaan musuh alami di lapang juga mempengaruhi populasi hama, musuh alami yang dapat
mengendalikan hama penggerek pucuk adalah parasit Trichogramma. Kerugian akibat serangan
penggerek pucuk yang terjadi pada 1 s/d 5 bulan sebelum tebang menyebabkan rendemen gula
berkurang 15-77% (Anonymous, 2012).
3.2 Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu Secara PHT
3.2.1 Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu
Dengan kondisi luas serangan yang merata di seluruh Indonesia, maka strategi pengelolaan
hama penggerek pucuk tebu yang paling tepat adalah dengan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Teknik Pengendalian Hama Terpadu yang dapat diterapkan diantaranya:
1. Pengendalian Mekanis
Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di kebun
yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok telur.
2. Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya
a) Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan cara
Penggunaan bibit unggul,
b) Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan cara
pemakaian yang dianjurkan.
c) Pengaturan pola tanam
d) Penanaman serentak
e) Pengaturan jarak tanam
f) Pergiliran tanaman
3. Pengendalian Hayati atau Biologis

a. Konservasi Musuh Alami


Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan oleh
petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan usaha kita untuk
membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan musuh alami terutama
kelompok predator dan parasitoid.
b. Pelepasan Musuh Alami
Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh alami dari tempat
lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh alami hama penggerek pucuk
berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur misalnya Trichogramma japonicum,
sedangkan parasit larva misalnya lalat jatiroto.
4. Pengendalian Kimiawi
Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan hama penggerek pucuk
dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis insektisida yang dianjurkan adalah
golongan karbamat, antara lain Karbofuran (Furadan 3G), Kalbosulfan (Matrix 200EC),
Imidakloprid (Wingran 0,5G). konsentrasi yang digunakan sesuai rekomendasi yaitu antara 1-2
ml/l atau 10-12kg/Ha.

Anda mungkin juga menyukai