Anda di halaman 1dari 29

TUGAS PAPER

TUBERKULOSIS (TB) PARU

Oleh:
I Gede Sumertana Jaya
NIM: H1A011030

Pembimbing :
dr. H. Hasan Amin, Sp. Rad
KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2015

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut di ucapkan selain ucapan puji syukur kehadirat Allah
SWT, karena dengan izin dan rahmat-Nya la tugas Paper Tuberkulosis
0

ParupadaKepaniteraan Klinik SMF Radiologi di Rumah Sakit Umum Provinsi


Nusa Tenggara Barat ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada manusia yang tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kami
mohon kritik serta saran demi kesempurnaan karya-karya selanjutnya.Semoga
paper ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.

Mataram, 6 Desember 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis, merupakan salah satu dari penyakit yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, biasanya mempengaruhi paru-paru, walaupun organ
lain juga terlibat pada satu pertiga kasus (Kasper, Dennis L., et al , 2008).
Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang T B dengan

kematian 3 juta orang pertahun (WHO, 1993). DiNegara berkembang kematian


ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95% penderita TB berada dinegara-negara berkembang.Dengan
munculnya epidemic HIV dan AIDS didunia jumlah penderita TB akan terus
meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian
karena kehamilan, persalinan serta nifas. WHO mencanangkan keadaan darurat
global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (Depkes, 2010).
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan.Penyakit TB Paru, masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat Data tahun 2007 menunjukkan bahwa
TB Paru menyebabkan 250 kematian setiap harinya (Depkes, 2010).
Laporan global WHO tahun 2009 menunjukkan terdapat 528.063 untuk
semua kasus TB baru atau 228/100.000 penduduk dan 236.029 untuk kasus TB
BTA positif atau 102/100.000 penduduk dimana sekitar sepertiga penderita
terdapat di sekitar Puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktik swasta dan sisanya belum terjangkau
unit pelayanan kesehatan. Sedangkan prevalensi untuk semua kasus TB
diperkirakan sebanyak 565.614 atau 244/100.000 penduduk. Angka kematian
karena TB diperkirakan 91.368 per tahun atau setiap hari 250 orang meninggal
karena TB.
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 didapatkan data
bahwa prevalensi Tuberkulosis Paru Klinis yang tersebar di seluruh Indonesia
adalah 1,0%. Tujuh belas provinsi diantaranya mempunyai angka prevalensi di
atas angka nasional, yaitu provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Secara
umum prevalensi yang tertinggi yaitu Papua Barat (2.5%) dan terendah di provinsi
Lampung (0,3%).

Dalam pemberantasan TB paru, pencarian kasus penting untuk


keberhasilan pelaksanaan program pengobatan.Hal ini ditunjang oleh sarana
diagnostik yang tepat. Diagnosis TB dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan klinis (dari anamnesis terhadap keluhan pasien dan dari hasil
pemeriksaan fisik penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya (Bobby, M, 2009).
Pemeriksaan radiologi toraks sendiri merupakan pemeriksaan yang sangat
penting dan merupakan keharusan dalam mendiagnosis TB (Rasad, S.,
2005).Sehingga dengan melihat pentingnya pemeriksaan radiologis dalam kasus
TB, inilah yang melatarbelakangi penyusunan paper TB ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.Kuman
batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit.Sifat dari bakteri yang aerob ini menyebabkan otganisme ini

lebih senang hidup pada jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi seperti
apeks paru (Sudoyo, 2009).
Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit (Sudoyo,
2009).
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,
dan sebagian besar negara-negara di dunia.Laporan TB dunia oleh WHO yang
terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar
nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar
539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan
merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi 3.Baik di
Indonesia maupun di dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia
yang utama.Walaupun sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh
ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas
bahkan terus berkembang. Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada
saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis yang tidak tepat,
(2) pengobatan yang tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak
dilaksanakan dengan tepat, (4) infeksi endemik human immuno-deficiency virus
(HIV), (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment), (7)
meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Indonesia sekarang berada pada ranking ketiga negara dengan beban TB
tertinggi didunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 680,000 dan
estimasi insidensi berjumlah 450,000 kasus baru per tahun.Jumlah kematianakibat
TB diperkirakan 65,000 kematian per tahunnya (WHO, 2012).

ETIOLOGI
Penyebab

tuberculosis

adalah

Mycobacterium

tuberculosis,

Mycobacterium bovis, sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium.


Mycobacterium merupakan kuman batang tahan asam, yang dapat hidup selama
berminggu-minggu dalam keadaan kering, tapi mati dengan suhu 60C dalam
cairan suspensi selama 15-20 menit. Mycobacterium memiliki ukuran panjang 14/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak ( Lipid ). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehinnga disebut bakteri
tahan asam (BTA) .Kuman dapat tahan hidup pada keadaan kering maupun
dingin, karena kuman berada dlam keadaan dormant.Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadi aktif kembali.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal paru-paru merupakan tempat predileksi tuberkulosis
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selam 1-2 jam, tergantung dengan ada atau
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Bila
pertikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jaringan paru
atau saluran napas. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5
mikrometer. Kuman pertama kali akan dihadapi oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dan sekretnya
(Sudoyo, 2009).

Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma


makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis penumonia kecil
dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang
primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke
peura maka akan terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui GIT,
jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati reginol kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,
tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh organ
paru dan terjadi TB milier (Sudoyo, 2009).
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional =
kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi (Sudoyo, 2009):
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi penumonia yang luasnya
> 5 mm dan 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman
yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara : a) perkontinuitatum, yakni
menyebar ke sekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan
maupun pada paru sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum
dan ludah sehingga menyebar ke usus, c) secara limfogen, ke organ tubuh
lainnya, d) secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis
post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai
90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi,
alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca

primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian
apikal-posterior lobus superior atau inferior). Infasinya adalah ke daerah parenkim
paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru (Sudoyo, 2009).
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 310 minggu sarang ini menjadi tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari selsel Histosit dan sel Datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi
oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat (Sudoyo, 2009).
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi (Sudoyo, 2009):
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras
menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma
berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukkan keluar dan terjadilah kavitas. Kavitas ini
bermla-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Terjadinya perkejuan dan kavitas adalah kaena
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk
perkejuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi
pada immunodefisiensi dan usia lanjut.
DIAGNOSA
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
tuberculin tes, pemenksaan radiologis dan bakteriologis.Diagnosis pasti TB paru
ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberkulosis.
A. Gejala Klinis
1. Demam
7

2. Batuk / batuk darah


3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu subfebris atau berat
badan

menurun.

Seringkali

pasien

tidak

menunjukkan

suatu

kelainan

apapun.Tempat kelainan TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru.
Bila dicuragai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi redup
dan auskulltasi suara nafas bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
berupa ronki basah, kasar dan nyaring.Tetapi bila infitrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah.Dalam penampilan
klinis, TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya
kelainan radiologis dada.
C. Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan
tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan
kelainan pada foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
roentgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.

3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang
-kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis
yang terpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit
tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh
melalui kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
seperti Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu
disertai proyeksi-proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak
AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus lainnya.

Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam.Bila terlihat suatu kelainan
pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral

Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang


kepala.Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru.Proyeksi tambahan ini
hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan
dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks.Pengambilan foto dilakukan
pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan
klavikula.
Gambaran Radiologis TB
Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :
1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga
paling sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak,
tetapi bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah.Pasien
dengan TB primer sering menunjukkan gambaran foto normal.Pada 15% kasus
tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks.
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering
terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior
lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah
limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. . Pada paru
bisa dijumpai infiltrat dan kavitas.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul
adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura melalui
penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus
karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis

10

pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi


dibelakangnya.

11

Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral

Tuberculosis disertai komplikasi pleuritis eksudativ dan atelektasis - Pleuritis TB

12

13

14

15

16

2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi


Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
timbul reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita
tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas
merupakan ciri dari tuberculosis sekunder

17

Tuberculosis

dengan

cavitas

Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah.Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis.Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang
-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
18

tersebut berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang


homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang
dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka
diameter semua lubang melebihi 4 cm.

Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara
lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,
dengan densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)

19

Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah :


1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak infiltrat dengan densitas rendah
hingga sedang dengan batas tidak tegas. Sarang -sarang ini biasanya
menunjukan suatu proses aktif.
2. Lubang ( kavitas ). Berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil,
yang dinamakan residual cavity .
3. Sarang-sarang seperti garis ( fibrotik ) atau bintik - bintik kapur ( kalsifikasi,
yang biasanya menunjukkan proses telah tenang ( fibrocalcification)

Tuberculosis dengan cavitas

20

Tuberculosis dengan kalsifikasi


Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai suatu tumor. Bila terdapat di otak,
tuberkuloma juga termasuk suatu lesi yang mengambil tempat (space
occupying lesion, disingkat SOL) (Rasad, 2005).
Pada hakekatnya tuberkuloma adalah suatu sarang keju (caseosa) dan
biasanya menunjukkan penyakit yang tidak begitu virulen, bahkan
biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif, lebih-lebih bila batasnya licin,
tegas, dan di dalam atau dipinggirnya ada sarang perkapuran, sesuatu yang
dapat dilihat jelas pada tomogram.
Diagnosis diferensialnya dengan suatu tumor sejati (jinak atau ganas)
adalah bahwa didekat tuberkuloma sering di temukan sarang-sarang kapur
lainnya (satelit) (Rasad, 2005).

21

Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
kedua paru. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas

D. Pemeriksaan laboratorium

Darah : Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri,


jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah
normal lagi. Anemia ringan, gama globulin meningkat, kadar natrium darah
menurun

Sputum : ditemukan kuman BTA , diagnosis TB sudah dapat dipastikan.

Tes Tuberkulin. Biasanya dipakai tes Mantoux. Tes tuberculin hanya


menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi
M.tuberculosae.

E. Diagnosis banding TB paru secara radiologist


i. TB paru primer
i. Pembesaran KGB pada TB paru primer : Limfoma, sarkoidosis Pada
TB paru primer, pembesaran KGB dimulai dari hilus, baru ke
paratrakea, dan pada umumnya unilateral. Sedangkan pada limfoma
biasa dimulai dari paratrakea dan bilateral. Pada sarkoidosis
pembesaran KGB hilus bilateral,
ii. Infiltrat unilateral lapangan bawah paru
TB anak: Pneumonia
Untuk membedakan pneumonia TB dengan pneumonia bukan karena
TB, pada pneumonia bukan TB umumnya tidak disertai pembesaran
KGB dan pada evaluasi foto cepat terjadi resolusi TB dewasa
:pneumonia non TB, karsinoma (bronchioloalveolar cell ca),
sarkoidosis, non tuberculous mycobacteria (NTM)

22

ii. TB post primer


1. NTM
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur.
iii. Komplikasi
Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa,
meningitis TB

F. Prognosis
Kemungkinan-kemungkinan kelanjutan dari sarang tuberkulosis
a. Penyembuhan
Penyembuhan tanpa bekas
Penyebuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak
(tuberkulosis primer), bahkan sering penderita tidak menyadari
sama sekali bahwa ia pernah diserang penyakit tuberkulosis. Pada
orang
dewasa (tuberkulosis sekunder) penyembuhan tanpa
bekaspun mungkin terjadi apabila diberikan pengobatan yang baik
(Rasad, 2005).

23

Penyembuhan dengan meninggalkan cacat


Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang
fibrotik atau bintik-bintik kapur (sarang kalsiferus).
Sarang-sarang fibrotik yang tebal dan kalsiferus, disingkat sarang
fibrokalsiferus, di kedua lapangan atas dapat mengakibatkan
penarikan pembuluh darah besar di kedua hili ke atas. Keadaan ini
dinamakan tuberkulosis fibrosis densa dan memberikan gambaran
yang cukup khas. Pembuluh-pembuluh darah besar di hili terangkat
ke atas, seakan-akan menyerupai kantong celana yang di angkat
dan disebut fenomena kantong celana terngkat (broekzak
fenomeen) (Rasad, 2005).
Secara roentgnenologis sarang baru dapat dinilai sembuh (proses
tenang) bila setelah jangka waktu sekurang-kurangnya 3 bulan
bentuknya sama (stationary). Sifat bayangan tidak boleh bercakbercak, awan atau lubang melainkan garis-garis atau bintik-bintik
kapur. Kesan roentgenologis bahwa proses tenang harus didukung
oleh hasil pemeriksaan klinik laboratorium termasuk pemeriksaan
sputum yang baik (Rasad, 2005).

b. Perburukan (perluasan) penyakit


Pleuritis
Pleuritis terjadi karena perluasan infiltrat primer langsung ke
pleura atau melalui penyebaran hematogen; sering ditemukan pada
remaja belasan tahun tapi jarang pada anak balita.
Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1-2
mm, atau sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di
kedua belah paru. Pada foto toraks, tuberkulosis miliar ini dapat
24

menyerupai gambaran badai kabut (snow storm appeareance).


Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi,
selaput otak, dan sebagainya.

Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru
yang bersangkutan, sering menduduki lobus kanan (sindroma lobus
medius).
Timbulnya lubang (kavitas)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding
lubang sering tipis, berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal dan
berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan, yang
biasanya sedikit. Lubang kecil di kelilingi oleh jaringan fibrotik
dan bersifat tidak berubah-ubah (stationer) pada pemeriksaan
berkala ulang (follow-up) dinamakan lubang sisa (residual cavity)
dan berarti suatu proses spesifik lama yang sudah tenang.

BAB III
SIMPULAN
a. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis,
b. TB dapat menyerang semua organ, namun organ yang paling sering
terserang adalah paru.
25

c. Adapun diagnosa TB dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan bakteriologis, dan foto thorak. Pemeriksaan radiologi sendiri
memegang peranan penting dalam diagnosis TB Paru.
d. Berdasarkan pemeriksaan radiologi dapat dijumpai gambaran berupa lesi
di daerah apeks, dan beberapa gambaran khas pada TB aktif maupun TB
inaktif.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
,Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9
Alsagaff, Hood, et al. 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. Departmen Ilmu
penyakit paru FK UNAIR : Surabaya

26

Bobby, M. (2009).Peranan Foto Dada Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru


Tersangka dengan BTA Negatif di Puskesmas Kodya Medan. FK USU/SMF
Paru RSUP H. Adam Malik: Medan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Nasional
Penanggulangan

Tuberkulosis,

Available

from:

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf
(Accessed 9 April 2013).
DepKes RI. (2006), Panduan Bagi Petugas Laboratorium Pemeriksaan
Mikroskopis

Tuberkulosis,

available

from:

http://xa.yimg.com/kq/groups/46694515/1060976715/name/bookmikroskopis
.pdf (Accessed 9 April 2013).
Hasan, H., 2010. Tuberkulosis paru. In: M.J. Wibisono, Winariani, S. Hariadi,
eds. 2010. Buku ajar ilmu penyakit paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
Unair RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Kementerian Kesehatan. (2011), Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia
2010-2014,

available

from:

www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf(Accessed

April 2013).
Patel, R. (2007). Tuberkulosis in Lecture Notes Radiologi edisi 2. EMS Erlangga:
Surabaya.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia. Available at

http://www.klikpdpi.com/

konsensus/tb/tb.pdf (Accessed 9 April 2013).


Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta
Rasad, S.; Kartolaksono S.,; Ekayuda I. eds. (2005). Radiologi Diagnostik Edisi
II. Jakarta: Penerbit FK UI.
Sembiring, Hilaludin. (2005). Hubungan pemeriksaan Dahak dengan Kelainan
Radiologis

pada

penderita

TBC

Paru

Dewasa. Available

from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3446/1/paru-hilaluddin.pdf.
(Accessed 9 April 2013).

27

Sudoyo, et. al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Internal
Publishing: Jakarta
Tani, J., et.al. (2008). Evaluation of Tuberculosis Control Programs in Indonesian
Community Health Centers Using Systemic Approach. Dalam Majalah
Kedokteran

Indonesia, Volume: 58, Nomor: 4.

Available from:

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/578/5
70 (Accessed 9 April 2013).
WHO.(2012).

Global

Tuberculosis

Report

2012.Available

from:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf
(Accessed 9 April 2013).

28

Anda mungkin juga menyukai