Paper TB Dede 2011
Paper TB Dede 2011
Oleh:
I Gede Sumertana Jaya
NIM: H1A011030
Pembimbing :
dr. H. Hasan Amin, Sp. Rad
KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut di ucapkan selain ucapan puji syukur kehadirat Allah
SWT, karena dengan izin dan rahmat-Nya la tugas Paper Tuberkulosis
0
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis, merupakan salah satu dari penyakit yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, biasanya mempengaruhi paru-paru, walaupun organ
lain juga terlibat pada satu pertiga kasus (Kasper, Dennis L., et al , 2008).
Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang T B dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.Kuman
batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit.Sifat dari bakteri yang aerob ini menyebabkan otganisme ini
lebih senang hidup pada jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi seperti
apeks paru (Sudoyo, 2009).
Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit (Sudoyo,
2009).
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,
dan sebagian besar negara-negara di dunia.Laporan TB dunia oleh WHO yang
terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar
nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar
539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan
merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi 3.Baik di
Indonesia maupun di dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia
yang utama.Walaupun sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh
ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas
bahkan terus berkembang. Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada
saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis yang tidak tepat,
(2) pengobatan yang tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak
dilaksanakan dengan tepat, (4) infeksi endemik human immuno-deficiency virus
(HIV), (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment), (7)
meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Indonesia sekarang berada pada ranking ketiga negara dengan beban TB
tertinggi didunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 680,000 dan
estimasi insidensi berjumlah 450,000 kasus baru per tahun.Jumlah kematianakibat
TB diperkirakan 65,000 kematian per tahunnya (WHO, 2012).
ETIOLOGI
Penyebab
tuberculosis
adalah
Mycobacterium
tuberculosis,
primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian
apikal-posterior lobus superior atau inferior). Infasinya adalah ke daerah parenkim
paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru (Sudoyo, 2009).
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 310 minggu sarang ini menjadi tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari selsel Histosit dan sel Datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi
oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat (Sudoyo, 2009).
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi (Sudoyo, 2009):
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras
menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma
berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukkan keluar dan terjadilah kavitas. Kavitas ini
bermla-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Terjadinya perkejuan dan kavitas adalah kaena
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk
perkejuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi
pada immunodefisiensi dan usia lanjut.
DIAGNOSA
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
tuberculin tes, pemenksaan radiologis dan bakteriologis.Diagnosis pasti TB paru
ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberkulosis.
A. Gejala Klinis
1. Demam
7
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu subfebris atau berat
badan
menurun.
Seringkali
pasien
tidak
menunjukkan
suatu
kelainan
apapun.Tempat kelainan TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru.
Bila dicuragai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi redup
dan auskulltasi suara nafas bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
berupa ronki basah, kasar dan nyaring.Tetapi bila infitrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah.Dalam penampilan
klinis, TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya
kelainan radiologis dada.
C. Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan
tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan
kelainan pada foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
roentgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang
-kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis
yang terpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit
tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh
melalui kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
seperti Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu
disertai proyeksi-proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak
AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus lainnya.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam.Bila terlihat suatu kelainan
pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
10
11
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral
12
13
14
15
16
17
Tuberculosis
dengan
cavitas
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah.Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis.Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang
-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
18
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara
lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,
dengan densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
19
20
21
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
kedua paru. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
D. Pemeriksaan laboratorium
22
F. Prognosis
Kemungkinan-kemungkinan kelanjutan dari sarang tuberkulosis
a. Penyembuhan
Penyembuhan tanpa bekas
Penyebuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak
(tuberkulosis primer), bahkan sering penderita tidak menyadari
sama sekali bahwa ia pernah diserang penyakit tuberkulosis. Pada
orang
dewasa (tuberkulosis sekunder) penyembuhan tanpa
bekaspun mungkin terjadi apabila diberikan pengobatan yang baik
(Rasad, 2005).
23
Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru
yang bersangkutan, sering menduduki lobus kanan (sindroma lobus
medius).
Timbulnya lubang (kavitas)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding
lubang sering tipis, berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal dan
berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan, yang
biasanya sedikit. Lubang kecil di kelilingi oleh jaringan fibrotik
dan bersifat tidak berubah-ubah (stationer) pada pemeriksaan
berkala ulang (follow-up) dinamakan lubang sisa (residual cavity)
dan berarti suatu proses spesifik lama yang sudah tenang.
BAB III
SIMPULAN
a. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis,
b. TB dapat menyerang semua organ, namun organ yang paling sering
terserang adalah paru.
25
DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
,Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9
Alsagaff, Hood, et al. 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Paru. Departmen Ilmu
penyakit paru FK UNAIR : Surabaya
26
Tuberkulosis,
Available
from:
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BUKU_PEDOMAN_NASIONAL.pdf
(Accessed 9 April 2013).
DepKes RI. (2006), Panduan Bagi Petugas Laboratorium Pemeriksaan
Mikroskopis
Tuberkulosis,
available
from:
http://xa.yimg.com/kq/groups/46694515/1060976715/name/bookmikroskopis
.pdf (Accessed 9 April 2013).
Hasan, H., 2010. Tuberkulosis paru. In: M.J. Wibisono, Winariani, S. Hariadi,
eds. 2010. Buku ajar ilmu penyakit paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
Unair RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Kementerian Kesehatan. (2011), Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia
2010-2014,
available
from:
www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf(Accessed
April 2013).
Patel, R. (2007). Tuberkulosis in Lecture Notes Radiologi edisi 2. EMS Erlangga:
Surabaya.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia. Available at
http://www.klikpdpi.com/
pada
penderita
TBC
Paru
Dewasa. Available
from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3446/1/paru-hilaluddin.pdf.
(Accessed 9 April 2013).
27
Sudoyo, et. al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Internal
Publishing: Jakarta
Tani, J., et.al. (2008). Evaluation of Tuberculosis Control Programs in Indonesian
Community Health Centers Using Systemic Approach. Dalam Majalah
Kedokteran
Available from:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/578/5
70 (Accessed 9 April 2013).
WHO.(2012).
Global
Tuberculosis
Report
2012.Available
from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf
(Accessed 9 April 2013).
28