Anda di halaman 1dari 27

Resume

John Dewey and the Art of Teaching


Pembimbing : Prof. Thomas Sukardi

Disusun Oleh :
Fauziah Amalia Devi
15722251003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, pemelihara
seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan segala hidayah. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan resume buku yang berjudul John
Dewey and the Art of Teaching
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
kelulusan pada mata kuliah manajemen diklat vokasional
Terselesaikannya tugas ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Thomas Sukardi selaku Dosen Pengampu
2. Teman-teman Magister Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2015 yang
telah membantu penulis dalam menyusun laporan
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan
bersama.

saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan

Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Aamiin.

Yogyakarta, Januari 2016

Penulis

1. The Teacher as Artist

Saya percaya bahwa mengajar adalah seni, sehingga memberikan bentuk untuk
kekuatan manusia dan mereka beradaptasi untuk pelayanan sosial, itu adalah seni
tertinggi, satu panggilan ke layanan yang terbaik, bahwa tidak ada wawasan,
simpati, kebijaksanaan, kekuasaan eksekutif terlalu besar untuk layanan seperti ini

John Dewey (EW 5:94)

Siapakah yang ingin menjadi artis? Mungkin salah satu dari kita pernah
menginginkannya. Idealnya jika kita menginginkan menjadi seorang pendidik
maka kita tidak perlu memikirkan mengenai bakat seni , apakah kita punya atau
tidak. Akan tetapi lebih ke bagaimana kita men support, memanfaatkan dan
menggunakan kemampuan kita semaksimal mungkin.
Perbedaan antara pendidik dengan guru terletak pada subjeknya, dimana
guru misalnya terdiri dari guru matematika, fisika, kimia dan sebagainya.
Sedangkan artis terbagi menjadi actor, pelukis, konduktor music dan sebagainya.
Sebenarnya definisi artis antara artis dan guru hampir mirip yaitu mengenai kultur,
konteks, ketertarikan.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai makna artis, mari kita lihat
pendapat dari Dewey dalam buku MY Pedagogic Creed: (1987). Dewey
berpendapat bahwa pendidik adalah seseorang yang membantu untuk membentuk
karakter dan adaptasi kemampuan dari anak-anak dan remaja. Beberapa tahun
kemudian dalam buku Experience and education, dia melanjutkan hal yang
sama. Berpendapat bahwa guru harus mampu mengambil impuls dari siswa, dan
keinginan mereka untuk memperbaharui sesuatu yang ada. Proses transformasi
antara kerjasama guru dan murid seperti actor dan produsernya. Dimana murid
menjadi

lebih

tinggi

kapabilitas

intelektualnya,lebih

mandiri,

dan

bertanggungjawab secara social.


Mengajar bukan berarti mendidik seseorang yang kemampuannya kurang,
tetapi mendidik seseorang agar lebih bisa memacu kemampuan di dalam
pribadinya. Menurut Dewey, murid tidak perlu menekan dirinya untuk belajar
segala hal secara bersamaan serta menguasainya dan hanya bertujuan untuk
masuk ke universitas yang favorit. Akan tetapi yang lebih penting adalah murid

harus bisa mengembangkan pandangan mengenai hisup dimana bisa membantu


mereka menjadi seseorang yang menarik dan dapat mempertimbangkan
ketertarikan akan hal lain termasuk sekolah, lingkungan kelompok, Negara dan
dunia.
Implikasi untuk guru :
Pertama
Ia mengajukan gagasan bahwa artis ditandai dengan telah berkembang baiknya
"wawasan simpati, kebijaksanaan dan kekuasaan eksekutif"
Meskipun ia tidak memberikan informasi yang cukup untuk menafsirkan dari
beberapa konsep, kami masih bisa mengajukan beberapa pertanyaan:
Dalam hal apa seorang guru yang paling membutuhkan wawasan? simpati?
kebijaksanaan? kekuasaan eksekutif?.
Kedua
Dewey memberikan informasi bahwa pendidik itu membentuk dan mengadaptasi
kekuatan manusia.
Ketiga
Seni seperti mengajar adalah sebuah aktivitas kegiatan. Aktivitas mengajar
mungkin akan artistic jika bertemu dengan kondisi tertentu.

2. The Teacher as Lover

Cinta alam kontak dengan yang muda, cinta alam berkomunikasi


pengetahuan, cinta pengetahuan, cinta membangkitkan orang lain untuk
kepentingan yang sama intelektual dan antusiasme, cinta yang tidak biasa, subjek
seseorang, cinta belajar, (mencirikan sukses guru)
Ia mengatakan dua hal tentang seni mengajar, yaitu mengenai wawasan
siswa dan kemampuan untuk mendiagnosa kebutuhan mereka, merupakan
prasyarat untuk menjadi seorang guru. Dewey mempercayai bahwa guru harus
mencintai murid seperti mencintai dirinya sendiri.
Setelah membahas cinta dari kontak dengan siswa dewey menyebutkan
dua hal lainnya mengenai cinta yang diperlukan untuk mensukseskan pedagogis
yaitu :
a. cinta pengetahuan
b. cinta berkomunikasi
Kedua jenis cinta tersebut yang diperlukan untuk menjadi sukses sebagai
seorang guru. Hal tersebut harus dilakukan secara nyata tidak hanya imajinasi
tetapi harus ada visualisasinya.
Pada tahap ini guru perlu memeriksa lebih lanjut idenya bagaiman
menciptakan lingkungan belajar. Empat poin yang pantas untuk diperhatikan
antara lain:
a. Pertama, sangat penting untuk memahami bagaiman seorang guru
mencintai dan belajar ilmu pengetahuan yang proses yang berkelanjutan
mengenai sebuah penciptaan diri.
b. Kedua, proses penciptaan pribadi seorang guru menciptakan dirinya
dengan terus tumbuh merupakan bagian intrinsik dari aktivitas
penciptaan lingkungan belajar bagi siswa. Itulah guru yang secara aktif
mempersiapkan aspek signifikan dari lingkungan belajar sendiri ketika
dia belajar tentang siswa, seni mengajar, belajar, masyarakat, dan materi
pelajaran.
c. Ketiga, menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas tetapi tidak
bergeser dengan konteks utama mata pelajaran yang disajikan.
Pada akhirnya kombinasi pengetahuan dan kematangan dari guru lah yang akan
menjadikan guru sebagai pemimpin di mata siswa di kelas.

3. The Teacher as A Wise Mother

Ibu yang bijaksana memperhitungkan kebutuhan anak tetapi tidak dengan cara
membagi-bagikan tanggung jawab sendiri untuk mengatur kondisi obyektif yang
memuaskan kebutuhan. Jika dia adalah seorang ibu yang bijaksana dalam hal ini,
ia mengacu pada pengalaman masa lalu serta pengalaman sendiri untuk membuka
wawasan bagaiman tindakan yang paling kondusif untuk perkembangan normal
seorang anak
Seberapa sering kita menganggap rumah merupakan pendidikan yag
paling baik? Tetapi dewey berpendapat bahwa tidak seluruh rumah memiliki
lingkungan yang baik serta seratus persen merupakan lingkungan yang
positif.Dewey membandingkan antara guru dengan orangtua, terutama orangtua
yang baik (bapak dan ibu). Dewey berpendapat bahwa rumah merupakan refleksi
dari sekolah karena sekolah bukan rumah begitu pula sebaliknya. Anak-anak
belajar dirumah merupakan sesuatu yang baik karena rumah merupakan sesuatu
yang natural. Rumah juga tempat dimana orangtua mengembangkan kemampuan,
ide dan keterampilan yang mereka miliki untuk mendidik anak-anak mereka.
Dewey mencoba mengemukakan bagaimana dan mengapa rumah bisa
menjadi powerfull dan mengapa sekolah harus meniru itu. Tidak hanya sebagai
tempat untuk menghabiskan tenaga dan pikiran murid selama lima hari dalam
seminggu. Seperti yang dikutip dari Experience and Education (LW 13: 23-24)
menjawab dari pertanyaan ini: Ibu adalah seseorang yang bijaksana. Dia
merefleksikan segala sesuatu, dia adala model untuk guru yang harus berpikir
untuk memberikan keputusan pada muridnya. Keputusan yang dibuat ibu lebih
reflektif, rumit dan melibatkan hati nurani dalam tanggungjawabnya seperti
pendidik yang professional. Guru yang bijaksana tidak meninggalkan pendapat
sendiri berdasarkan pengalaman belajar, analisis yang reflektif, dan evaluasi
secara kritis hanya karena belajar tentang teori dan pengalaman baru.
Orang tua yang bijaksana tidak akan suka melihat anak terlalu mudah
putus asa dalam menghadapi kendala. Jika anak sehat secara fisik, tetapi
menyerah akan suatu tindakan adalah gejala buruk. Karena hal itu menunjukkan
bahwa anak melakukan isyarat perlawanan. Permintaan dalam berusaha adalah
permintaan untuk kelangsungan dalam menghadapi kesulitan. (MW 7:174-175)

Pada kesimpulannya, Dewey membayangkan seorang guru yang seperti orang tua
yang bijaksana, yang mampu membuat informasi, melakukan penilaian yang sulit
dan cerdas, dn dewey beranggapan setiap orang penting untuk mmiliki
kemampuan yang reflektif. (LW 8: 214-215)

4. Teacher as A Navigator

Karena belajar adalah sesuatu yang murid harus lakukan dan untuk dirinya
sendiri, inisiatif terletak pada peserta didik. Guru sebagai panduan dan direktur; ia
mengarahkan perahu tetapi energi yang mendorong siswa untuk belajar harus
datang dari mereka yang belajar sendiri
-John Dewey (LW 8:140)
Gagasan pertama yang Dewey tekankan bahwa belajar adalah sesuatu yang siswa
lakukan dan tidak untuk dirinya sendiri. Belajar adalah suatu kegiatan dan dengan
demikian merupakan keterlibatan yang dapat mengakibatkan pengalaman edukatif
oleh siswa. Guru dapat melakukan pembelajaran sendiri dengan cara yang
edukatif, tapi dia tidak bisa belajar bagi siswa. Dia memainkan peran penting
dalam proses belajar siswa, tetapi akhirnya hanya siswa dapat belajar untuk
dirinya sendiri.
Gagasan kedua, menurut dewey dorongan belajar terbesar siswa berada pada usia
anak-anak sampai dengan usia remaja. Tetapi tidak mengesampingkan peran guru
dan sekolah dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, mereka adalah faktor penting
yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Tetapi guru dan sekolah tidak
sendirian dalam mendorong minat mereka dalam belajar. Siswa tidak hanya
tertarik untuk belajar. Dia benar-benar berusaha untuk belajar.
Sebagai navigator guru tentunya harus membiarkan siswa menjadi dirinya sendiri.
Dia mengakui bahwa siswa tidak mungkin meraih tujuannya tanpa kesadaran
reflektif dari dirinya sendiri. Kemudin guru juga tidak bisa sembarangan
mengarahkan siswa jika tidak sesuai dengan minat dn bakatnya masing-masing.
Sebagai navigator guru harus memiliki pengalaman yang memberikan tambahan
pengetahuan di masa sekarang dan menciptakan peluang untuk pembangunan
masa depan. Seluruh urutan peristiwa yang guru alami merupakan scenario positif
untuk masa depan seorang siswa.
Bagaimana analogi dewey tentang guru sebagai panduan, pemimpin, dan
navigator? Jelas dinyatakan, bahwa guru mengarahkan siswa kemana dia harus
pergi dan apa saja yang harus dipertimbangkan. Akan tetapi fungsi guru ini tidak
dapat dijalankan apabila guru tidak memahami siswa dan tidak mengerti apa
tujuan siswa yang sebenarnya.

Oleh karena itu navigator perlu tahu di mana hal edukatif berada dan bagaimana
ini mungkin masuk paling berhasil oleh masing-masing siswa. Guru ibarat
nahkoda yang mengarahkan kemudi siswa, membimbing agar dapat berlayar serta
berlabuh ditempat yang tepat. Sebagai pendidik kita perlu mengarahkan mereka
ke arah masalah-masalah sosial, simpati dan keterlibatan dengan masyarakat.
Dengan tambatan sosial yang tepat mereka bisa menjadi peserta aktif dalam
membangun, memperluas dan mempertahankan demokrasi kebijakan, lembaga,
masyarakat dan pemerintah. Semua siswa pada akhirnya memperkaya kehidupan
mereka dengan segala pengalaman yang ada.

5. The Teacher as Gardener

a. Kapasitas asli siswa adalah titik awal dari berkembang dan tumbuhnya
pendidikan
b. Lingkungan pendidikan adalah sarana pengembangan kapasitas asli
c. Pendidik merupakan sesorang yang menyediakan lingkungan pendidikan
untuk memelihara kemampuan asli siswa
d. Pendidikan merupakan sesuatu yang terus tumbuh dan tidak akan pernah
berakhir.
Proses perkembangan mental pada dasarnya adalah sebuah proses partisipasi
social (LW 11: 206)
Bahkan dalam merencanakan pendidikan siswa secara individu dikontribusikan
oleh "semua yang terlibat dalam proses pembelajaran"., termasuk guru, yang
memimpin kelompok sosial atau kelas yang membentuk sebuah intelegensi dalam
bidang social.
Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu dikenalkan
pembelajaran dalam lingkungan masyarakat , bukan mengenai kurikulu, guru atau
belajar hanya di dalam kelas saja. Mengingat Dewey yang mampu memahami
karakter siswa tidak dari berdiam diri dikelas saja, tetapi dewey menagamti juga
kegiatan siswa dari alam sekitar
Dari beberapa diskusi yang telah dilakukan dewey berpendapat bahwa kita harus
mempelajari karakter murid kita. Karakter siswa di kelas, diluar kelas maupun
dilingkungan mereka.
dari perspektif dewey belajar tidak pernah sepenuhnya lengkap dan tidak akan
berhenti sebelum otak terpenuhi oleh rangsangan dan pikiran mengenai hal yang
dipelajari. Ini berarti belajar tidak akan berhenti sampai dengan sejauh mana otak
siswa mampu menyerap pengetahuan yang didapatkan. Kemudian bagaimana
siswa memperbaiki dirinya dan menerapkan ilmu yang dimiliki setelah
berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan unsur dipelajari dari lingkungan,
menanggapi rangsangan, membangun makna, mengekspresikan pemikiran dia,
mengeluarkan ide dan menggunakan keterampilannya.
Dalam penelitian terhadap siswa bisa diibaratkan seperti tukang kebun mengamati
berbagai jenis tanaman dan tanggapan tanaman terhadap berbagai rangsangan.
Jadi jika kita ingin tanaman tersebut tumbuh berkembang dan sehat sama seperti

ibarat siswa kita harus tahu bagaimana memperlakukan mereka sesuai dengan apa
yang seharusnya didapatkan.

6. The Teacher as Educational Pioneer


Sepert kita ketahaui bahwa Dewey telah memikirkan beberapa permasalahan
terkaitan dengan pengajar. Salah satu dari permasalahan yang dikemukaan oleh

Dewey dan mungkin kita sebut sebagai pendidikan atau reformasi sekolah,
disebut oleh dewey sebagai renovasi radikal dari sistem sekolah
Kesimpulan dari pemikirannnya yang mungkin mengejutkan kita adalah : kita
membutuhkan pengajar yang tidak diatur oleh tradisi, adat, ketakutan, kebiasaan,
kepuasaan, kepatuhan dan kemalasan tetapi pengajar yang beransi, imjainatif,
tegas, senang berexperimen, kreatif, dan berjiwa petualang. Dewey yakin bahwa
jika kita mengembangkan sikap kita seperti kataegori kedua, kita dapat
mengembangkat seni mengarjar seni rekayasa pendidikan
Terdapat tujuh pemikiran dari dewey sehingga ia dapat mencapai kesimpulan
tersebut :
a. Dia percaya bahwa sekolah yang memiliki system yang didominasi oleh
tradisi tidak cukup dipengaruhi oleh experiment dan penerapan dari
penemuan/pembelajaran yang terbaru
b. Dia berfikir bahwa teori pendidikan telah menghasilkan ide baru mengenai
sekolah dan pembelajaran yang telah melebihi apa yang biasanya
diperbolehkan di sekolah. Walaupun terdapat teori pendidikan yang bagus
hal tersebut tidak akan berarti apabila kebebasan dan keingintahuan akan
penerapan dari hal tersebut
c. Dia berpendapat bahwa teradapat perkembangan ilmu dari pendidikan
yang tidak di aplikasikan secara optimal
d. Dia takut jika pengajar terlalu mementingkan mengenai menemukan
informasi tertentu(bukan pembelajaran secara keseluruhan) yang secara
eksplisit, memberi araha secara detail tentang bagaiman cara mengajar
setiap murid
e. Dia merasa bahwa terlalu banyak orang yang berharap ilmu mengenai
pendidikan segera diterapkan sebelum adanya experiment yang cukup
f. Dia berkata bahwa terlalu banyak peneliti yang berfokus kepada
mengembangkan ilmu atau tradisi yagn sudah ada, tidak kepada
mengembangkan suatu jenis pendidikan yang baru
g. Terakhir, yang dia anggap paling banyak, atau dapat dikatakan hampir
keselurhan, adalah harus mempertimbangkan perubahan di sekolah tentang
kebiasaan dalam verbal grab atau di dalam label noval wrapper

Kita harus menggunakan pikiran, imajinasi, dan sikap kita selagi kita
berksperiment dengan bebergai cara mengajar, ketika kita menggunakan pekiran
kita, kita haris merubah pikiran kita untuk berfikir keluar dari jalur tentang
kebiasaan dan adat. Hal ini seperti Berfikir di luar kotak. Apapun keamaannya
kita tidak perlu mengganti satu kotak, satu set garis, atau dogma dengan yang lain.
Kita juga tidak harus berkonsentrasi hanya kepada mengevaluasi dna mengkritik
dari garis atau box yang lain. Kita mempunyai kebiasaan, tradisi sendiri yang
menutup dan membatasi kemampuan berfikir kita walaupun kita telah
membebaskan cara berfikir kita. Jadi kita harus mengarah kepada megkritik diri
kita sendiri baru kita berfikir tentang orang lain, atau paling tidak kita haraus
mengevaluasi mereka secara simultan
Dewey tahu bahwa berfikir, menggunaan imaginasi kita, bereksperiment tidak lah
mudah. Lingkungan, kepercayaan, nilai dan posisi kita berpengaruh secara
signifikan dalam membuat sekolah kita dan kita seperti sekarang. Tetapi kita juga
tidak boleh berubah terlalu mudah, karena hal ini memerlukan waktu untuk
difikirkan

secara

mendalam,

menyelami

ide

baru,

bereksperimen

dan

mengevaluasi teori baru. Tetapi ada factor lain yang membuat berfikir dan
berubah menjadi sulit, yaitu : ketakutan. Pada dasarnya, kita terlalu takut untuk
berubah. Takut,intimidasi, dan malu adalah musuh terbesar kita.
Kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa terdapat banyak teman dan
musuh dari pengajar pelopor. Seharusnya kita akan mennempatkan dirikita dengan
teman dari semangar artistic dan mencari cara untuk mengurangi/memusnahkan
pengaruh dimana menolak hal yang baru . Teman dari Pengajar Pelopor antara
lain : keberanian, keberagaman, imaginasi, ketegasan, kreatif, keahlian untuk
menciptakan sesuatu, kepetualangan, eksperimen, pemikiran, ilmu, kepercayaan.
Kita harus memilih teman kita atau kolega kita secara hati-hati, kita membutuhkan
pengajar di sekitra kita yang memiliki karakteristik seperti disebut diatas bukan
musuh(takut, pengulangan, sesuatu yang biasa, kepatuhan, kebisaaan, kemalasan,
malu, tradisi, kebiasaan, ketidakyakinan, keasyikan)

7. The Teacher as Servant


Menurut Dewey demokrasi berpengaruh terhadap kelas dan sekolah. Untuk
memulai kita harus ingat bahwa kelas dan sekolah harus merupakan tempat
berlajar demokrasi. Mulanya kita akan berfikir bahawa ide ini omongkosong jika
kita telah digiring untuk percaya bahwa initisari dari demokrasi adalah suara
terbanyak. Dewey Setuju dan tidak menyarankan bahwa murid-murid harus
memberikan pilihan apakah mereka menginginkan guru, kepala sekolah, komitem
atau kurikulum. Pada titik ini sama seperti politik demokrasi tidak mengijinkan
kita untuk memilih apakah kita ingin memilki perdana menteri atau preseiden,
parlement atau kongres, piagam atau konstitusi. Karena itu Dewey menentang
segala bentuk demokrasi yang tidak melindungi hak kaum minoritas. Hak mereka
tidak dapat dikesampingkan karena pilihan suara terbanyak. Dewey mengacu
kepada implikasi positif dari demokrasi dan demokrasi di kelas dan sekolah.
Pemikirannya bersumber dari tiga interpretasi dari demokrasi : bentuk dari
pemerintah; cara untuk bermasyarakat;cara hidup seseorang
Karena murid telah belajar dan mempunyai pengalaman tentang demokrasi sama
seperti di pemerintahan, Dewey berharap bahwa pembelajaran masyarakat berisi
untuk mengembangkan setiap siswa sehingga mereka memilki:
a. Kapasistas untuk memilih dengan cerdas
b. Memposisikan untuk mematuhi hukum etika
c. Kompetensi untuk memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat
d. Pengetahuan untuk menjalankan fungsi secara menyeluruh sebagai bagian
dari keluarga
e. Kemampuan untuk berfikir secara independen
f. Kemampuan untuk bersimpati sebagai bagian dari masyarakat
g. Kemampuan untuk memimpian secara demkrasi
Kunci yang harus dipertimbangkan oleh setiap guru/pengajar adalah bagaimana
cara kita membantu sekolah dan mendesin kelas kita untuk merenungkan dan
memlihara kapasitas terebut. Pertanyaan, tentu saja. Apa yang dapat kita lakukan
untuk menjamin bahwa setiap murid berpartisipasi di setiap peluang
kepemimpinan demokratis? Bagaimana kita membuat setiap murid untuk
melayani satu sama lain dank e masyarakat? Apakah merupakan cara berfikir yang

lama bahwa murid harus belajar berfungsi sebagai bagian dari keluarga? Apa
sebenarnya maksud dari pertanyaan tersebut? Apakah kamu yakin akan
mendiskusikan hal ini ketika berpotensi untuk melanggar hukum, bahkan hukum
etika? Apakah maksud dari mematuhi hukum etika?
Kemudian, masri kita lihat beberapa ide dari Dewey pada konsep demokrasi
sebagai bagian dari hidup. Sadar bahwa demokrasi pemeintah terlalu dangkal jika
kesuksesan utama terlepas dari lingkungan yang mendukung fasilitas dan keadilan
social, kebebasan dasar, respek terhadap individu, dan kemanan pribadi, Dewey
mendorong ide nya di luar masalah kepemerintahan kedalam komunitas dan
sekolah
Dampak dari demokrasi di kehidupan sehari-hari termasuk di cita-cita mereka,
praktik untuk memelihara di murid :
a. Kecenderungan untuk mendorong kesempatan yang sama untuk
pengembangan setiap orang
b. Kecenderungan untuk mendukung kebebasan hidup kepada setiap orang
c. Kecenderungan untuk mempormosikan komunikasi terbuka diantara orang
yang berfikri setuju dan tidak setuju
d. Berpihak kepada pengembangan aktivitas yang koorperatif untuk tujuan
yang sama
e. Kecondongan untuk mencari jalan keluar dari ketidak cocokan dengan
berdiskusi dan berinteraksi
f. Kemauan untuk berkerja ke kebutuhan dasar yang dibutuhkan semua
orang
g. Kecondongan untuk mempertimbangkan keinginan dan inspirasi dari
setaip orang
h. Kecenderungan untuk mendukung pertumbuhan dari kebutuhan umum dan
kebutuhan perorangan
Kita

harus

mempertimbangan

demokrasi

sebagai

cara

hidup.

Dewey

menambahakan tema atau subtema terkait maslah ini, untuk menghindari


kesalahpahaman yang penting. Dia ingin mengklarifikasi bahwa hukum
pemerintah dan kehidupan social sangat penting tetapi tidak cukup jika masingmasing individu tetap tidak merubah sikap,perasaan, dan cara berfikir mereka.

Demokrasi ditemukan di dalam bagian dari sikap seseorang, bukan hanya sekedar
hukum. Konsekuensinya, dia berpendapat bahwa sekolah dan guru harus tertarik
terhdapa edukasi moral yang melampaui pendidikan kewarganegaraan dan
interaksi masyarakat dan hars memumbuhkan sebagai bagian dari siswa :
a. Sikap seseorang terhadap nilai demokraasi walaupun hukum dan
lingkungan masyrakat tidak mendukung
b. Karakter yang dapat membuat seseorang memilih demokrasi yang ideal
tanpa terpengaruh keuntungan diri sendiri dan social
c. Kebiasaan yan cenderung setiap orang untuk mengunakan demokrasi di
setiap kegiatan nya dan pilihnnya
d. Kepercayaan yang memungkinkan seseorang untuk mengikuti demokrasi
Sebagai pengajar, kita ingin mengembangkan bagaiman kita dapat dan harus
membantu perkembangan sikap, karakter, kebiasaan, kepercayaan mereka, tanpa
tidak etis dan secara kritis.

8. The Teacher as Social Engineer


Guru sebagai perekayasa social dalam hal ini mengacu pada pendidikan
sebagai jenis rekayasa sosial (LW 5: 20). Tidak diragukan lagi analogi tersebut
mungkin bagi kita merupakan hal yang tidak menarik. Karena guru merupakan
pendidik bukan lah insinyur ataupun engineer. Tetapi dalam hal ini hal yang
dimaksud merupakan istilah insinyur social.
Hanya membaca kata-kata dapat menyebabkan kita bertanya-tanya
mengapa dewey akan menggunakan ilustrasi mechanictisc seperti rekayasa sosial
untuk menggambarkan pekerjaan guru. Apakah dia entah bagaimana lupa bahwa
guru bekerja dengan manusia, bukan benda-benda fisik atau materi? Padahal
sebagai insinyur seharusnya bekerja dengan benda-benda mati seperti mesin dan
bangunan. Pendapat ini dapat juga ditafsirkan bahwa guru dapat mengubah
ataupun memanipulasi siswa yang terbentuk sebelumnya.
Mari kita ingat bahwa gagasan ini dari guru sebagai insinyur konstruktif
atau pelopor pendidikan dosis tidak berarti bahwa ia telah melupakan dimensi
manusia pendidikan.Buku ini hanya mengibaratkan bahwa sebagai guru kita bisa
melakoni layaknya sebagai profesi apa saja untuk mendidik karakter siswa.
Faktanya bahwa terdapat banyak subjek dalam teori pendidikan mengisyaratkan
bahwa terdapat banyak pengaruh penting yang mempengaruhi kompleksitas
pembelajaran, mengajar dan sekolah.
Kekhawatiran lain mengenai pendapat ini adalah karena insinyur bekerja
secara mandiri tanpa adanya factor social yang berpengaruh maka guru
mengembangkan pendidikan dengan cara

tidak menggunakan kemampuan

reflektif, analitis, interpretif dan sintetis. Ketika masa depan dan guru saat ini
dipandang sebagai sesuatu yang bisa mengubah kearah hal yang lebih baik,
padahal guru tidak bisa mengharapkan pengaruh belajar dan sekolah positif.
Ketika kita memperlakukan guru sebagai pusat saluran informasi, kita
meninggalkan kesan bahwa universitas dan sekolah-sekolah merupakan satu garis
dan lini. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk merujuk kembali ke
komentar sebelumnya yang dibuatyaitu, pikiran dan suara guru selalu dibutuhkan
jika apa yang kita sedang berusaha untuk belajar dan menerapkan akan bekerja

secara efektif dengan anak-anak dan remaja di sekolah. Seerti yang dewey
tekankan "Sebuah jumlah tertentu benar-benar berpikir terjadi diam-diam di
kepala adalah sebagai diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan apapun
adalah kegiatan indra dan tangan di laboratorium.
Implikasinya bahwa mengajar merupakan sebuah rekayasa social
merupakan guru melakukan sebuah pekerjaan yang merupakan perpaduan antara
berbagai disiplin ilmu dan hal tersebut akan terus berkembang. Tetapi mengajar
akan menjadi sebuah seni jika seorang guru memiliki kemampuan yang akan
mendukung tanggung jawabnya bersama kecerdasan , imajinasi serta keterampilan
yang dimilikinya.

9. The Teacher as Composer


Karya nyata dari seorang seniman adalah untuk membangun sebuah
pengalaman yang koheren dalam persepsi sambil bergerak dengan perubahan
konstan dalam perkembangannya
Seperti kita ketahui sebelumnya dalam diskusi kita tentang guru sebagai
ibu yang bijaksana, pemahaman yang benar tentang pengalaman bagi dewey
memainkan peran penting dalam seni mengajar. Ide-ide guru serta pengalaman
mengubah persepsi, tujuan dan perilaku guru sendiri. Guru dapat melihat dan
memahami secara berbeda mengenai bidang ini. Sekarang kita dapat
mengontekstualisasikan ide-ide yang terkait, menguraikan pentingnya pendidikan
dan mendiskusikan peran guru dalam menciptakan lingkungan yang membantu
guru menulis pengalaman edukatif untuk semua anak-anak didik di kelas nya.
Kita dapat mengetahui bahwa para rekan dewey yang sudah
berpengalaman baik dengan pengalaman khusus maupun biasa mengidentifikasi
resistensi dan konflik sebagai stimulan untuk kesadaran. Dia mengacu pada
interaksi kita dengan bahan dan dunia manusia di sekitar kita. Demikian juga ia
menyebutkan bahwa emosi dan ide-ide menjadi melekat atau memenuhi syarat
pengalaman yang kita miliki. Dia mengaitkan pengalaman dengan menarik anda
di lingkungan kita, mengembangkan niat dan memiliki emosi dan ide-ide.
Dewey menambahkan bahwa peralatan fisik dan penataan ruang sekolah
rata-rata memperngaruhi kenyamanan situasi dalam kondisi pembelajaran. Ibarat
composer kita sebagai guru, dapat berhenti dan mulai, kita bisa melontarkan
pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa yang menjawabnya. Guru bisa
memunculkan ide-ide yang dia pikirkan. Walaupun mungkin profesi guru tidak
akan pernah seterkenal composer music akan tetapi guru tetap diapresiasi sebagai
sebuah profesi yang harus memiliki keterampilan yang tinggi.

10. The Teacher as Wise Physician

Guru harus menjadi seorang dokter jiwa yang bijaksana untuk


memenangkan hati para siswa
Tantangan memfasilitasi, merancang, dan kegiatan yang semakin
bergerak ke arah mahasiswa yang memiliki serangkaian pengalaman menyusun,
dan pengalaman dan pengalaman estetis mungkin tampak luar biasa. Standar yang
ditetapkan oleh guru merupakan tanggung jawab guru. Tetapi banyak hal yang
tidak bisa dikontrol oleh guru misalnya gaya belajar serta perilaku siswa.
Sebagian besar siswa merasa ditarik dan didorong di begitu banyak arah oleh
orang tua, kepala sekolah dan lain-lain.
Sebagian besar guru merasa bahwa terlalu jarang mendapatkan
kesempatan untuk mempraktekkan apa yang mereka ketahui dan mengerti di
dalam kelas. Mereka merasa tidak dapat bebas mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki karena adanyainspeksi, pemeriksaan dan standarisasi dalam lingkungan
pendidikan. Guru merasa harus ada kekuatan besar untuk bekerja melawan prinsip
tersebut agar bisa melaksanakan prinsip individualitas dalam pendidikan.
Kami mengeksplorasi kearifan sebelumnya ketika melihat guru sebagai
ibu yang bijaksana. Jadi kita akan menghindari kata sifat dan fokus pada frase
"dokter jiwa". Tapi tentu saja, dalam prakteknya tidak akan mengabaikan
pengembangan dan penggunaan kebijaksanaan. Bagaimana murid saat mengalami
masalah dan bagaimanakah sikap murid tersebut terhadap guru? Tentu saja dalam
hal ini guru harus mengerti dan memahami apa yang murid rasakan. Seperti yang
dewey katakana bahwa guru harus masuk dalam kehidupan yang terdalam dari
siswa. Siswa akan mengerti jika gurunya bersimpati pada dia.
Gagasan Dewey jiwa atau pikiran tidak sempit secara intelektual saja tapi
juga meliputi perasaan siswa dan tujuan. Pikiran seseorang itu tidak entitas statis
tetapi juga berproses dan tumbuh berkembang ditandai dengan "fase khas
kapasitas dan kepentingan". Akibatnya, kita tidak bisa berasumsi bahwa siswa kita
yang kita pahami tahun lalu adalah sama saat kita akan mengajar dia di tahun ini.
Apalagi lima tahun kemudian ketika dia remaja. Anak-anak seperti orang lain,
akan mengalami sebuah perubahan dan bukan hanya secara fisik. Tapi kita bisa
berasumsi bahwa karena kita mengajar siswa dinamis dan berkembang kita tidak

perlu untuk menarik keluar ide-ide mereka atau menuangkan ide ke dalam mereka
dalam setiap siswa atau anak.
Guru dan siswa tentu saja harus berkolaborasi atau bekerja sama dalam
konversi dan transformasi impuls ke keinginan dan ke tujuan. Tapi kerjasama akan
kurang jika keduanya tidak memahami proses konversi dan peran hambatan
karena mereka memblokir atau menghambat impuls. Di permukaan, rintangan dan
hambatan muncul kontra produktif, tetapi dewey berpikir bahwa mereka adalah
bagian eessential dan berharga dari proses pematangan pribadi, pendidikan dan
sosial.
Skenario ini, ada yang berhasil ada yang tidak, bahkan ketika sebagian
besar berhasil. Ada kali juga ketika seseorang atau siswa tidak menghindari atau
mengatasi hambatan. Kadang-kadang kita kecewa ketika konsekuensi yang tidak
diinginkan muncul tapi kami berharap siswa tidak akan bisa dikalahkan. Jika
seorang guru yang cerdas dan peduli serta memberi panduan, dia akan mendapat
dukungan yang dia butuhkan untuk kembali ke analisis kegiatan dan rencana
belajar untuk tindakan masa depan.

11. The Teacher as Builder

Dalam bab ini kita mengikat ide dari pengalaman siswa dan tujuanguru
sebagai pembangun. Guru sebagai pembangun berarti guru merupakan
konstruktor dari kurikulum dan siswa itu sendiri. Pada bagian, ini berarti bahwa
pengalaman edukatif guru tidak terlepas dari keterlibatannya sebagai pembangun
kurikulum atau dalam arti kurikulum untuk setiap siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa saat ia menggunakan pengetahuan itu dari pikiran siswa, dia lebih mampu
menciptakan lingkungan yang penuh dengan kesenian dan pengalaman edukatif.
Pengetahuan dan kesenian nya, karena itu memainkan peran yang terlibat dalam
dirinya. Dewey mengistilahkan "yang terbesar dari semua konstruksi-bangunan
dari karakter bebas dan kuat".
Guru membangun sebuah suasana kelas, komunitas sekolah dan juga
kurikulum. Dalam ketiga hal tersebut guru harus menguasainya secara mendalam.
Terdapat beberapa ide dari dewey sdan Goodwin yang harus guru
perhatikan sebelum membangun siswa serta kurikulum, antara lain mengakui
bahwa guru adalah atau seharusnya :
a.
b.
c.
d.
e.

Terlibat dalam hubungan mediasi siswa dan pengalaman siswa


Berkaitan dengan pengembangan kepribadian siswa
Mengetahui informasi tentang anak dan remaja pertumbuhan
Siap untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran
Ditandai dengan membangun kurikulum yang muncul dari penelitian

sebelumnya dan tumbuh kesadaran kehidupan masyarakat


f. Mengetahui pemahaman yang menyeluruh tentang perkembangan siswa
Mungkin sebagian besar dari kita mempertanyakan atau meragukan
pendapat tersebut. Hal itu wajar, sebagai seorang guru kita tidak boleh
mempercayai begitu saja argument yang dilontarkan oleh orang lain. Untuk
melakukan apa dewey sarankan, guru harus memahami interaksi dinamis siswa
dan lingkungan pendidikan nya, termasuk dimensi sosial dan fisik.
Contoh kongkrit adalah dalam sebuah kelas terdapat 30 siswa. Berarti
terdapat 30 pemikiran yang berbeda dari masing-masing siswa. Tantangan guru
adalah menjaga banyak pikiran dengan berbagai pergeseran intelektual mrupakan
pikiran yang membingungkan. Hal ini menuntut seorang guru yang dipersiapkan
dengan baik sehingga dia bisa melupakan informasi, fakta dan interpretasi

sehingga dia bisa fokus pada pemikiran siswa. Tidak heran dewey berbicara
tentang guru ibarat sebagai konduktor orchestra.

12. The Teacher as Leader

Pada teori jaman dahulu anggapan bahwa guru memerintah sebagai


dictator. Pada saat ini anggapan itu masih ada bahwa kadang-kadang
memperlakukan guru sebagai seorang yang jahat dan suka memerintah. Pada
kenyataannya guru adalah pemimpin intelektual dari kelompok sosial.
Kepemimpinan seorang guru bukan merupakan kepemimpinan yang resmi atau
merupakan suatu jabatan tetapi malah lebih luas dan mendalam karena
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman matang.
Misalnya, jika guru benar benar reflektif maka guru tahu bahwa mereka
harus mengarahkan, mendorong, membimbing dan memberitahu siswa apa yang
harus dilakukan agar membuat mereka berpartisipasi dalam kegiatan yang
mengarah pada hasil belajar yang ditentukan oleh sekolah. Boleh jadi guru disebut
dictator akan tetapi guru lebih paham dan mengerti mengenai bagaimana
menyikapi keadaan dengan lebih bijaksana. Guru selalu mengusahakan yang
terbaik dari anak-anak yang belum dewasa dan remaja. Di sisi lain ada perspektif
lain yang mengatakan jika kita adalah guru yang benar-benar cerdas dan peduli,
kita mengakui bahwa kita harus hanya membuka alam semesta untuk siswa dan
memungkinkan mereka untuk menemukan, menciptakan dan membangun sendiri.
Memahami jenis pikiran para siswa, apa hal yang membuat para siswa
menjadi bermasalah serta menjadi tidak produktif merupakan hal yang penting
bagi guru. Mengapa penting? Karena guru bertindak sebagai leader yang
intelektual di muka rekan-rekan sejawat, komite sekolah dan anggota masyarakat.
Guru pun terutama dianggap seorang intelektual terutama di kelas di depan muridmurid.
Memiliki pikiran yang terbuka dan terus belajar untuk berpikir terbuka
memiliki banyak implikasi bagi guru. Seni mengajar seperti yang kita ketahui
merupakan bagian gabungan dari seni berpikir dan seni bertanya. Guru yang
memiliki pikiran yang terbuka menikmati manfaat dari sifatnya tersebut. Dewey
mengatakan ada beberapa ide yang bisa kita ingat, antara lain:
a. mengembangkan refleksi siswa dengan mengajak mereka untuk
menggunakan informasi, ide, dan teori-teori mereka sudah mengerti
untuk memecahkan masalah baru
b. Focus perhatian siswa pada mata pelajaran atau masalah bukan pada
menebak apa pendapat guru

c. Meminta siswa untuk berpikir secara luas dan menilai masalah dari sudut
pandang yang lebih lebar
d. Merangsang siswa berpikir untuk meninjau seluruh set ide-ide sehingga
mereka memahami makna dan konteks apa yang telah mereka pelajari
e. Meningkatkan harapan siswa dengan memunculkan ide kreatif yang akan
diselidiki.

13. The Teacher as Classroom Teacher


Konsep ini mungkin tampak biasa dan tidak memiliki sesuatu yang
tampak kreatif seperti konsep-konsep sebelumnya yang telah dijabarkan.Tetapi
guru sebagai guru dikelas adalah istilah yang terhormat dan memiliki makna siapa
kita dan apa yang kita lakukan secara teratur. Pada kenyataannya, guru merupakan

seorang guru kelas walaupun mereka telah bergabung dengan jajaran pengurus
atau kepala sekolah dsb.
Apapun maknanya kita merupakan seorang guru yang tugas utamanya
adalah mendidik dan peduli dengan pembelajaran siswa. Guru merupakan
pendidik yang sebenarnya bahkan lebih luas dari apa yang elah dicantumkan oleh
kurikulum.Guru dapat melayani di komite, dan kegiatan pengembangan staf dan
melakukan hal-hal proffesional lain. Hampir segala sesuatu yang kita telah
diperiksa sejauh ini tidak langsung atau langsung berhubungan dengan kelas.
Sekarang kita ingin memusatkan perhatian kita kepada guru kelas sebagai
seniman. Dalam proses mengejar pemahaman ini kita akan mengkaji beberapa
pertanyaan:
a. Perilaku guru yang seperti apa yang memberi karakteristik bahwa guru
dikelas merupakan seorang yang menjadi pusat perhatian?
b. Apa yang kita ketahui tentang metode guru kelas yang artistic?
c. Bagaimana kita menilai bahwa sebuah kelas telah berhasil?
Pertanyaan di atas jawabannya sebenarnya telah diketahui dari bagian
bagian sebelumnya dari ringkasan ini.
Guru yang memahami benak siswa, kondisi sekolah dan ruang kelas
dapat dipercaya untuk memilih kondisi spesifik atau metode yang lebih sempit
dan lebih teknis yang terkait dengan mengajar mata pelajaran yang khusus dan
spesifik. Dalam mengajar sebaiknya dan seharusnya guru memahami bahwa
dalam kondisi yang berbeda beda cara mengajarnya pun harus berbeda pula.
Teragntung dengan kondisi siswa, kelas maupun sekolah. Maka dari itu dewey
mempercayai bahwa, mengajar merupakan sebuah seni dan sebuah aksi nyata
secara langsung. Guru harus menggunakan kebijaksanaan ini sebagai refleksi dan
penelitian kolektif. Guru tidak boleh kehilangan persepsi emosional dan imajinatif
saat dia mengajar ditambah dia menggunakan metode klasik dalam cara-cara baru
dan inovatif.

Anda mungkin juga menyukai