Disusun Oleh :
Fauziah Amalia Devi
15722251003
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, pemelihara
seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan segala hidayah. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan resume buku yang berjudul John
Dewey and the Art of Teaching
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
kelulusan pada mata kuliah manajemen diklat vokasional
Terselesaikannya tugas ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Thomas Sukardi selaku Dosen Pengampu
2. Teman-teman Magister Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2015 yang
telah membantu penulis dalam menyusun laporan
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan
bersama.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Aamiin.
Penulis
Saya percaya bahwa mengajar adalah seni, sehingga memberikan bentuk untuk
kekuatan manusia dan mereka beradaptasi untuk pelayanan sosial, itu adalah seni
tertinggi, satu panggilan ke layanan yang terbaik, bahwa tidak ada wawasan,
simpati, kebijaksanaan, kekuasaan eksekutif terlalu besar untuk layanan seperti ini
Siapakah yang ingin menjadi artis? Mungkin salah satu dari kita pernah
menginginkannya. Idealnya jika kita menginginkan menjadi seorang pendidik
maka kita tidak perlu memikirkan mengenai bakat seni , apakah kita punya atau
tidak. Akan tetapi lebih ke bagaimana kita men support, memanfaatkan dan
menggunakan kemampuan kita semaksimal mungkin.
Perbedaan antara pendidik dengan guru terletak pada subjeknya, dimana
guru misalnya terdiri dari guru matematika, fisika, kimia dan sebagainya.
Sedangkan artis terbagi menjadi actor, pelukis, konduktor music dan sebagainya.
Sebenarnya definisi artis antara artis dan guru hampir mirip yaitu mengenai kultur,
konteks, ketertarikan.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai makna artis, mari kita lihat
pendapat dari Dewey dalam buku MY Pedagogic Creed: (1987). Dewey
berpendapat bahwa pendidik adalah seseorang yang membantu untuk membentuk
karakter dan adaptasi kemampuan dari anak-anak dan remaja. Beberapa tahun
kemudian dalam buku Experience and education, dia melanjutkan hal yang
sama. Berpendapat bahwa guru harus mampu mengambil impuls dari siswa, dan
keinginan mereka untuk memperbaharui sesuatu yang ada. Proses transformasi
antara kerjasama guru dan murid seperti actor dan produsernya. Dimana murid
menjadi
lebih
tinggi
kapabilitas
intelektualnya,lebih
mandiri,
dan
Ibu yang bijaksana memperhitungkan kebutuhan anak tetapi tidak dengan cara
membagi-bagikan tanggung jawab sendiri untuk mengatur kondisi obyektif yang
memuaskan kebutuhan. Jika dia adalah seorang ibu yang bijaksana dalam hal ini,
ia mengacu pada pengalaman masa lalu serta pengalaman sendiri untuk membuka
wawasan bagaiman tindakan yang paling kondusif untuk perkembangan normal
seorang anak
Seberapa sering kita menganggap rumah merupakan pendidikan yag
paling baik? Tetapi dewey berpendapat bahwa tidak seluruh rumah memiliki
lingkungan yang baik serta seratus persen merupakan lingkungan yang
positif.Dewey membandingkan antara guru dengan orangtua, terutama orangtua
yang baik (bapak dan ibu). Dewey berpendapat bahwa rumah merupakan refleksi
dari sekolah karena sekolah bukan rumah begitu pula sebaliknya. Anak-anak
belajar dirumah merupakan sesuatu yang baik karena rumah merupakan sesuatu
yang natural. Rumah juga tempat dimana orangtua mengembangkan kemampuan,
ide dan keterampilan yang mereka miliki untuk mendidik anak-anak mereka.
Dewey mencoba mengemukakan bagaimana dan mengapa rumah bisa
menjadi powerfull dan mengapa sekolah harus meniru itu. Tidak hanya sebagai
tempat untuk menghabiskan tenaga dan pikiran murid selama lima hari dalam
seminggu. Seperti yang dikutip dari Experience and Education (LW 13: 23-24)
menjawab dari pertanyaan ini: Ibu adalah seseorang yang bijaksana. Dia
merefleksikan segala sesuatu, dia adala model untuk guru yang harus berpikir
untuk memberikan keputusan pada muridnya. Keputusan yang dibuat ibu lebih
reflektif, rumit dan melibatkan hati nurani dalam tanggungjawabnya seperti
pendidik yang professional. Guru yang bijaksana tidak meninggalkan pendapat
sendiri berdasarkan pengalaman belajar, analisis yang reflektif, dan evaluasi
secara kritis hanya karena belajar tentang teori dan pengalaman baru.
Orang tua yang bijaksana tidak akan suka melihat anak terlalu mudah
putus asa dalam menghadapi kendala. Jika anak sehat secara fisik, tetapi
menyerah akan suatu tindakan adalah gejala buruk. Karena hal itu menunjukkan
bahwa anak melakukan isyarat perlawanan. Permintaan dalam berusaha adalah
permintaan untuk kelangsungan dalam menghadapi kesulitan. (MW 7:174-175)
Pada kesimpulannya, Dewey membayangkan seorang guru yang seperti orang tua
yang bijaksana, yang mampu membuat informasi, melakukan penilaian yang sulit
dan cerdas, dn dewey beranggapan setiap orang penting untuk mmiliki
kemampuan yang reflektif. (LW 8: 214-215)
4. Teacher as A Navigator
Karena belajar adalah sesuatu yang murid harus lakukan dan untuk dirinya
sendiri, inisiatif terletak pada peserta didik. Guru sebagai panduan dan direktur; ia
mengarahkan perahu tetapi energi yang mendorong siswa untuk belajar harus
datang dari mereka yang belajar sendiri
-John Dewey (LW 8:140)
Gagasan pertama yang Dewey tekankan bahwa belajar adalah sesuatu yang siswa
lakukan dan tidak untuk dirinya sendiri. Belajar adalah suatu kegiatan dan dengan
demikian merupakan keterlibatan yang dapat mengakibatkan pengalaman edukatif
oleh siswa. Guru dapat melakukan pembelajaran sendiri dengan cara yang
edukatif, tapi dia tidak bisa belajar bagi siswa. Dia memainkan peran penting
dalam proses belajar siswa, tetapi akhirnya hanya siswa dapat belajar untuk
dirinya sendiri.
Gagasan kedua, menurut dewey dorongan belajar terbesar siswa berada pada usia
anak-anak sampai dengan usia remaja. Tetapi tidak mengesampingkan peran guru
dan sekolah dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, mereka adalah faktor penting
yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Tetapi guru dan sekolah tidak
sendirian dalam mendorong minat mereka dalam belajar. Siswa tidak hanya
tertarik untuk belajar. Dia benar-benar berusaha untuk belajar.
Sebagai navigator guru tentunya harus membiarkan siswa menjadi dirinya sendiri.
Dia mengakui bahwa siswa tidak mungkin meraih tujuannya tanpa kesadaran
reflektif dari dirinya sendiri. Kemudin guru juga tidak bisa sembarangan
mengarahkan siswa jika tidak sesuai dengan minat dn bakatnya masing-masing.
Sebagai navigator guru harus memiliki pengalaman yang memberikan tambahan
pengetahuan di masa sekarang dan menciptakan peluang untuk pembangunan
masa depan. Seluruh urutan peristiwa yang guru alami merupakan scenario positif
untuk masa depan seorang siswa.
Bagaimana analogi dewey tentang guru sebagai panduan, pemimpin, dan
navigator? Jelas dinyatakan, bahwa guru mengarahkan siswa kemana dia harus
pergi dan apa saja yang harus dipertimbangkan. Akan tetapi fungsi guru ini tidak
dapat dijalankan apabila guru tidak memahami siswa dan tidak mengerti apa
tujuan siswa yang sebenarnya.
Oleh karena itu navigator perlu tahu di mana hal edukatif berada dan bagaimana
ini mungkin masuk paling berhasil oleh masing-masing siswa. Guru ibarat
nahkoda yang mengarahkan kemudi siswa, membimbing agar dapat berlayar serta
berlabuh ditempat yang tepat. Sebagai pendidik kita perlu mengarahkan mereka
ke arah masalah-masalah sosial, simpati dan keterlibatan dengan masyarakat.
Dengan tambatan sosial yang tepat mereka bisa menjadi peserta aktif dalam
membangun, memperluas dan mempertahankan demokrasi kebijakan, lembaga,
masyarakat dan pemerintah. Semua siswa pada akhirnya memperkaya kehidupan
mereka dengan segala pengalaman yang ada.
a. Kapasitas asli siswa adalah titik awal dari berkembang dan tumbuhnya
pendidikan
b. Lingkungan pendidikan adalah sarana pengembangan kapasitas asli
c. Pendidik merupakan sesorang yang menyediakan lingkungan pendidikan
untuk memelihara kemampuan asli siswa
d. Pendidikan merupakan sesuatu yang terus tumbuh dan tidak akan pernah
berakhir.
Proses perkembangan mental pada dasarnya adalah sebuah proses partisipasi
social (LW 11: 206)
Bahkan dalam merencanakan pendidikan siswa secara individu dikontribusikan
oleh "semua yang terlibat dalam proses pembelajaran"., termasuk guru, yang
memimpin kelompok sosial atau kelas yang membentuk sebuah intelegensi dalam
bidang social.
Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu dikenalkan
pembelajaran dalam lingkungan masyarakat , bukan mengenai kurikulu, guru atau
belajar hanya di dalam kelas saja. Mengingat Dewey yang mampu memahami
karakter siswa tidak dari berdiam diri dikelas saja, tetapi dewey menagamti juga
kegiatan siswa dari alam sekitar
Dari beberapa diskusi yang telah dilakukan dewey berpendapat bahwa kita harus
mempelajari karakter murid kita. Karakter siswa di kelas, diluar kelas maupun
dilingkungan mereka.
dari perspektif dewey belajar tidak pernah sepenuhnya lengkap dan tidak akan
berhenti sebelum otak terpenuhi oleh rangsangan dan pikiran mengenai hal yang
dipelajari. Ini berarti belajar tidak akan berhenti sampai dengan sejauh mana otak
siswa mampu menyerap pengetahuan yang didapatkan. Kemudian bagaimana
siswa memperbaiki dirinya dan menerapkan ilmu yang dimiliki setelah
berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan unsur dipelajari dari lingkungan,
menanggapi rangsangan, membangun makna, mengekspresikan pemikiran dia,
mengeluarkan ide dan menggunakan keterampilannya.
Dalam penelitian terhadap siswa bisa diibaratkan seperti tukang kebun mengamati
berbagai jenis tanaman dan tanggapan tanaman terhadap berbagai rangsangan.
Jadi jika kita ingin tanaman tersebut tumbuh berkembang dan sehat sama seperti
ibarat siswa kita harus tahu bagaimana memperlakukan mereka sesuai dengan apa
yang seharusnya didapatkan.
Dewey dan mungkin kita sebut sebagai pendidikan atau reformasi sekolah,
disebut oleh dewey sebagai renovasi radikal dari sistem sekolah
Kesimpulan dari pemikirannnya yang mungkin mengejutkan kita adalah : kita
membutuhkan pengajar yang tidak diatur oleh tradisi, adat, ketakutan, kebiasaan,
kepuasaan, kepatuhan dan kemalasan tetapi pengajar yang beransi, imjainatif,
tegas, senang berexperimen, kreatif, dan berjiwa petualang. Dewey yakin bahwa
jika kita mengembangkan sikap kita seperti kataegori kedua, kita dapat
mengembangkat seni mengarjar seni rekayasa pendidikan
Terdapat tujuh pemikiran dari dewey sehingga ia dapat mencapai kesimpulan
tersebut :
a. Dia percaya bahwa sekolah yang memiliki system yang didominasi oleh
tradisi tidak cukup dipengaruhi oleh experiment dan penerapan dari
penemuan/pembelajaran yang terbaru
b. Dia berfikir bahwa teori pendidikan telah menghasilkan ide baru mengenai
sekolah dan pembelajaran yang telah melebihi apa yang biasanya
diperbolehkan di sekolah. Walaupun terdapat teori pendidikan yang bagus
hal tersebut tidak akan berarti apabila kebebasan dan keingintahuan akan
penerapan dari hal tersebut
c. Dia berpendapat bahwa teradapat perkembangan ilmu dari pendidikan
yang tidak di aplikasikan secara optimal
d. Dia takut jika pengajar terlalu mementingkan mengenai menemukan
informasi tertentu(bukan pembelajaran secara keseluruhan) yang secara
eksplisit, memberi araha secara detail tentang bagaiman cara mengajar
setiap murid
e. Dia merasa bahwa terlalu banyak orang yang berharap ilmu mengenai
pendidikan segera diterapkan sebelum adanya experiment yang cukup
f. Dia berkata bahwa terlalu banyak peneliti yang berfokus kepada
mengembangkan ilmu atau tradisi yagn sudah ada, tidak kepada
mengembangkan suatu jenis pendidikan yang baru
g. Terakhir, yang dia anggap paling banyak, atau dapat dikatakan hampir
keselurhan, adalah harus mempertimbangkan perubahan di sekolah tentang
kebiasaan dalam verbal grab atau di dalam label noval wrapper
Kita harus menggunakan pikiran, imajinasi, dan sikap kita selagi kita
berksperiment dengan bebergai cara mengajar, ketika kita menggunakan pekiran
kita, kita haris merubah pikiran kita untuk berfikir keluar dari jalur tentang
kebiasaan dan adat. Hal ini seperti Berfikir di luar kotak. Apapun keamaannya
kita tidak perlu mengganti satu kotak, satu set garis, atau dogma dengan yang lain.
Kita juga tidak harus berkonsentrasi hanya kepada mengevaluasi dna mengkritik
dari garis atau box yang lain. Kita mempunyai kebiasaan, tradisi sendiri yang
menutup dan membatasi kemampuan berfikir kita walaupun kita telah
membebaskan cara berfikir kita. Jadi kita harus mengarah kepada megkritik diri
kita sendiri baru kita berfikir tentang orang lain, atau paling tidak kita haraus
mengevaluasi mereka secara simultan
Dewey tahu bahwa berfikir, menggunaan imaginasi kita, bereksperiment tidak lah
mudah. Lingkungan, kepercayaan, nilai dan posisi kita berpengaruh secara
signifikan dalam membuat sekolah kita dan kita seperti sekarang. Tetapi kita juga
tidak boleh berubah terlalu mudah, karena hal ini memerlukan waktu untuk
difikirkan
secara
mendalam,
menyelami
ide
baru,
bereksperimen
dan
mengevaluasi teori baru. Tetapi ada factor lain yang membuat berfikir dan
berubah menjadi sulit, yaitu : ketakutan. Pada dasarnya, kita terlalu takut untuk
berubah. Takut,intimidasi, dan malu adalah musuh terbesar kita.
Kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa terdapat banyak teman dan
musuh dari pengajar pelopor. Seharusnya kita akan mennempatkan dirikita dengan
teman dari semangar artistic dan mencari cara untuk mengurangi/memusnahkan
pengaruh dimana menolak hal yang baru . Teman dari Pengajar Pelopor antara
lain : keberanian, keberagaman, imaginasi, ketegasan, kreatif, keahlian untuk
menciptakan sesuatu, kepetualangan, eksperimen, pemikiran, ilmu, kepercayaan.
Kita harus memilih teman kita atau kolega kita secara hati-hati, kita membutuhkan
pengajar di sekitra kita yang memiliki karakteristik seperti disebut diatas bukan
musuh(takut, pengulangan, sesuatu yang biasa, kepatuhan, kebisaaan, kemalasan,
malu, tradisi, kebiasaan, ketidakyakinan, keasyikan)
lama bahwa murid harus belajar berfungsi sebagai bagian dari keluarga? Apa
sebenarnya maksud dari pertanyaan tersebut? Apakah kamu yakin akan
mendiskusikan hal ini ketika berpotensi untuk melanggar hukum, bahkan hukum
etika? Apakah maksud dari mematuhi hukum etika?
Kemudian, masri kita lihat beberapa ide dari Dewey pada konsep demokrasi
sebagai bagian dari hidup. Sadar bahwa demokrasi pemeintah terlalu dangkal jika
kesuksesan utama terlepas dari lingkungan yang mendukung fasilitas dan keadilan
social, kebebasan dasar, respek terhadap individu, dan kemanan pribadi, Dewey
mendorong ide nya di luar masalah kepemerintahan kedalam komunitas dan
sekolah
Dampak dari demokrasi di kehidupan sehari-hari termasuk di cita-cita mereka,
praktik untuk memelihara di murid :
a. Kecenderungan untuk mendorong kesempatan yang sama untuk
pengembangan setiap orang
b. Kecenderungan untuk mendukung kebebasan hidup kepada setiap orang
c. Kecenderungan untuk mempormosikan komunikasi terbuka diantara orang
yang berfikri setuju dan tidak setuju
d. Berpihak kepada pengembangan aktivitas yang koorperatif untuk tujuan
yang sama
e. Kecondongan untuk mencari jalan keluar dari ketidak cocokan dengan
berdiskusi dan berinteraksi
f. Kemauan untuk berkerja ke kebutuhan dasar yang dibutuhkan semua
orang
g. Kecondongan untuk mempertimbangkan keinginan dan inspirasi dari
setaip orang
h. Kecenderungan untuk mendukung pertumbuhan dari kebutuhan umum dan
kebutuhan perorangan
Kita
harus
mempertimbangan
demokrasi
sebagai
cara
hidup.
Dewey
Demokrasi ditemukan di dalam bagian dari sikap seseorang, bukan hanya sekedar
hukum. Konsekuensinya, dia berpendapat bahwa sekolah dan guru harus tertarik
terhdapa edukasi moral yang melampaui pendidikan kewarganegaraan dan
interaksi masyarakat dan hars memumbuhkan sebagai bagian dari siswa :
a. Sikap seseorang terhadap nilai demokraasi walaupun hukum dan
lingkungan masyrakat tidak mendukung
b. Karakter yang dapat membuat seseorang memilih demokrasi yang ideal
tanpa terpengaruh keuntungan diri sendiri dan social
c. Kebiasaan yan cenderung setiap orang untuk mengunakan demokrasi di
setiap kegiatan nya dan pilihnnya
d. Kepercayaan yang memungkinkan seseorang untuk mengikuti demokrasi
Sebagai pengajar, kita ingin mengembangkan bagaiman kita dapat dan harus
membantu perkembangan sikap, karakter, kebiasaan, kepercayaan mereka, tanpa
tidak etis dan secara kritis.
reflektif, analitis, interpretif dan sintetis. Ketika masa depan dan guru saat ini
dipandang sebagai sesuatu yang bisa mengubah kearah hal yang lebih baik,
padahal guru tidak bisa mengharapkan pengaruh belajar dan sekolah positif.
Ketika kita memperlakukan guru sebagai pusat saluran informasi, kita
meninggalkan kesan bahwa universitas dan sekolah-sekolah merupakan satu garis
dan lini. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk merujuk kembali ke
komentar sebelumnya yang dibuatyaitu, pikiran dan suara guru selalu dibutuhkan
jika apa yang kita sedang berusaha untuk belajar dan menerapkan akan bekerja
secara efektif dengan anak-anak dan remaja di sekolah. Seerti yang dewey
tekankan "Sebuah jumlah tertentu benar-benar berpikir terjadi diam-diam di
kepala adalah sebagai diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan apapun
adalah kegiatan indra dan tangan di laboratorium.
Implikasinya bahwa mengajar merupakan sebuah rekayasa social
merupakan guru melakukan sebuah pekerjaan yang merupakan perpaduan antara
berbagai disiplin ilmu dan hal tersebut akan terus berkembang. Tetapi mengajar
akan menjadi sebuah seni jika seorang guru memiliki kemampuan yang akan
mendukung tanggung jawabnya bersama kecerdasan , imajinasi serta keterampilan
yang dimilikinya.
perlu untuk menarik keluar ide-ide mereka atau menuangkan ide ke dalam mereka
dalam setiap siswa atau anak.
Guru dan siswa tentu saja harus berkolaborasi atau bekerja sama dalam
konversi dan transformasi impuls ke keinginan dan ke tujuan. Tapi kerjasama akan
kurang jika keduanya tidak memahami proses konversi dan peran hambatan
karena mereka memblokir atau menghambat impuls. Di permukaan, rintangan dan
hambatan muncul kontra produktif, tetapi dewey berpikir bahwa mereka adalah
bagian eessential dan berharga dari proses pematangan pribadi, pendidikan dan
sosial.
Skenario ini, ada yang berhasil ada yang tidak, bahkan ketika sebagian
besar berhasil. Ada kali juga ketika seseorang atau siswa tidak menghindari atau
mengatasi hambatan. Kadang-kadang kita kecewa ketika konsekuensi yang tidak
diinginkan muncul tapi kami berharap siswa tidak akan bisa dikalahkan. Jika
seorang guru yang cerdas dan peduli serta memberi panduan, dia akan mendapat
dukungan yang dia butuhkan untuk kembali ke analisis kegiatan dan rencana
belajar untuk tindakan masa depan.
Dalam bab ini kita mengikat ide dari pengalaman siswa dan tujuanguru
sebagai pembangun. Guru sebagai pembangun berarti guru merupakan
konstruktor dari kurikulum dan siswa itu sendiri. Pada bagian, ini berarti bahwa
pengalaman edukatif guru tidak terlepas dari keterlibatannya sebagai pembangun
kurikulum atau dalam arti kurikulum untuk setiap siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa saat ia menggunakan pengetahuan itu dari pikiran siswa, dia lebih mampu
menciptakan lingkungan yang penuh dengan kesenian dan pengalaman edukatif.
Pengetahuan dan kesenian nya, karena itu memainkan peran yang terlibat dalam
dirinya. Dewey mengistilahkan "yang terbesar dari semua konstruksi-bangunan
dari karakter bebas dan kuat".
Guru membangun sebuah suasana kelas, komunitas sekolah dan juga
kurikulum. Dalam ketiga hal tersebut guru harus menguasainya secara mendalam.
Terdapat beberapa ide dari dewey sdan Goodwin yang harus guru
perhatikan sebelum membangun siswa serta kurikulum, antara lain mengakui
bahwa guru adalah atau seharusnya :
a.
b.
c.
d.
e.
sehingga dia bisa fokus pada pemikiran siswa. Tidak heran dewey berbicara
tentang guru ibarat sebagai konduktor orchestra.
c. Meminta siswa untuk berpikir secara luas dan menilai masalah dari sudut
pandang yang lebih lebar
d. Merangsang siswa berpikir untuk meninjau seluruh set ide-ide sehingga
mereka memahami makna dan konteks apa yang telah mereka pelajari
e. Meningkatkan harapan siswa dengan memunculkan ide kreatif yang akan
diselidiki.
seorang guru kelas walaupun mereka telah bergabung dengan jajaran pengurus
atau kepala sekolah dsb.
Apapun maknanya kita merupakan seorang guru yang tugas utamanya
adalah mendidik dan peduli dengan pembelajaran siswa. Guru merupakan
pendidik yang sebenarnya bahkan lebih luas dari apa yang elah dicantumkan oleh
kurikulum.Guru dapat melayani di komite, dan kegiatan pengembangan staf dan
melakukan hal-hal proffesional lain. Hampir segala sesuatu yang kita telah
diperiksa sejauh ini tidak langsung atau langsung berhubungan dengan kelas.
Sekarang kita ingin memusatkan perhatian kita kepada guru kelas sebagai
seniman. Dalam proses mengejar pemahaman ini kita akan mengkaji beberapa
pertanyaan:
a. Perilaku guru yang seperti apa yang memberi karakteristik bahwa guru
dikelas merupakan seorang yang menjadi pusat perhatian?
b. Apa yang kita ketahui tentang metode guru kelas yang artistic?
c. Bagaimana kita menilai bahwa sebuah kelas telah berhasil?
Pertanyaan di atas jawabannya sebenarnya telah diketahui dari bagian
bagian sebelumnya dari ringkasan ini.
Guru yang memahami benak siswa, kondisi sekolah dan ruang kelas
dapat dipercaya untuk memilih kondisi spesifik atau metode yang lebih sempit
dan lebih teknis yang terkait dengan mengajar mata pelajaran yang khusus dan
spesifik. Dalam mengajar sebaiknya dan seharusnya guru memahami bahwa
dalam kondisi yang berbeda beda cara mengajarnya pun harus berbeda pula.
Teragntung dengan kondisi siswa, kelas maupun sekolah. Maka dari itu dewey
mempercayai bahwa, mengajar merupakan sebuah seni dan sebuah aksi nyata
secara langsung. Guru harus menggunakan kebijaksanaan ini sebagai refleksi dan
penelitian kolektif. Guru tidak boleh kehilangan persepsi emosional dan imajinatif
saat dia mengajar ditambah dia menggunakan metode klasik dalam cara-cara baru
dan inovatif.