Anda di halaman 1dari 23

KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA

Oleh:
Muhammad Izet Mutaqien
1112016100053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

a. Judul : KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA


b. Tujuan
1. Mendeskripsikan kawasan konservasi di Indonesia
2. Menjelaskan spesifikasi kawasan dengan perbandingan antar
kawasan
c. Landasan Teori
Kawasan yang dilindungi adalah kawasan atau wilayah yang
dilindungi karena nilai-nilai lingkungan alaminya, lingkungan
sosial budayanya, atau karena hal-hal lain yang serupa dengan
itu. Perbagai macam kawasan yang dilindungi terdapat di
berbagai negara, sangat bervariasi baik dalam aras atau tingkat
perlindungan yang disediakannya maupun dalam undang-undang
atau aturan (internasional, nasional, atau daerah) yang
dirujuknya dan yang menjadi landasan operasionalnya. Beberapa
contohnya adalah taman nasional, cagar alam, cagar alam
laut, cagar budaya, dan lain-lain.
Kawasan konservasi dalam keanekaragaman hayati adalah
area yang ditetapkan secara geografis yang ditunjuk atau diatur
dan dikelola untuk mencapai tujuan tertentu dari konservasi.
IUCN ( the word conservation unit) mendefinisikan bahwa
kawasan ditetapkan untuk melindungi dan memeihara
keanekaragaman hayati, sumber daya alam dan budaya yang
melekat padanya, dan dikelola secara legal atau dengan cara lain
yang efektif.
Dalam pelaksanaannya, perlindungan untuk konservasi
merujuk pada peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan operasional yang dilakukan. Wilayah konservasi
indonesia banyak sekali. Beberapa contoh kawasa yang
dilindungi secara umum adalah taman nasional, cagar alam,
cagar lama laut, cagar bbudaya dan lain sebagainya undangundang yang mengatur konservasi alam di Indonesia adalah
untudang-undang No 5/1990 tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
d. Data yang dikumpulkan
1. Daftar dan deskripsi kawasan konservasi Indonesia
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri
khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Hutan konservasi terdiri dari :
Kawasan hutan Suaka Alam (KSA) berupa Cagar
Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM);
Kawasan hutan Pelestarian Alam (KPA) berupa
Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (TAHURA)
dan Taman Wisata Alam (TWA); dan

Taman Buru (TB).

Kawasan hutan Suaka Alam (KSA) adalah hutan dengan ciri


khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan. Masing-masing bagian dari KSA
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

Cagar Alam (CA) adalah kawasan suaka alam yang


mempunyai ciri kekhasan tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
1. Cagar Alam Sibolangit di Sumatera Utara bagian
timur. Di daerah ini dilindungi berbagai macam
tumbuhan khas dataran rendah pantai, antara
lainpohon lebah yang sangat tinggi dan bunga
bangkai.
2. Cagar Alam Rafflesia di Provinsi Bengukulu. Tanaman
yang dililindungi adalah bungai bangkai Rafflesia
Arnoldi terbesar di dunia.
3. Cagar Alam Limpopati di Provinsi Sumatera Barat.
Satwa yang dilindungi adalah tapir dan siamang.
4. Cagar Alam Pulau Moyo di Provinsi NTB. Satwa yang
dilindungi adalah sapi liar, banteng, rusa, babi hutan,
burung kakak tua, dan ayam hutan.
5. Cagar Alam Arjuno Lalijiwo di Provinsi Jawa Timur.
Daerah ini adalah dataran tinggi Gunung Arjuna
dengan ketinggian 2.600 mdpl. Tanaman yang
dilindungi yaitu berbagai flora Alpina dan cemara
sebagai hutan alam.
6. Cagar Alam Pananjung-Pangandaran di Provinsi Jawa
Barat. Satwa yang dilindungi adalah banteng dan
rusa.
7. Cagar Alam Cibodas di Provinsi Jawa Barat. Kawasan
ini adalah cadangan hutan pegunungan hujan tropis
dengan daerah yang basah atau sering hujan.

8. Cagar Alam Pulau Dua di Provinsi Banten. Di wilayah


ini banyak terdapat jenis-jenis burung laut sehingga
sering disebut Kerajaan Burung.
9. Cagar Alam Ujung Kulon di Provinsi Banten. Satwa
yang dilindungi adalah badak bercula satu, banteng,
babi hutan, buaya dan berbagai jenis burung.
10. Cagar Alam Pulau Kaget di Provinsi Kalimantan
Selatan. Satwa yang dilindungi dan sekaligus menjadi
maskot provinsi ini adalah bekantan.
11. Cagar Alam Gunung Kentawan di Provinsi
Kalimantan Selatan. Sebagai kawasan konservasi
untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus
Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.
Suaka Margasatwa (SM) adalah kawasan suaka alam
yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dn
atau keunikan jenis satwa bagi ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dan kebanggaan nasional yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan
terhadap habitatnya.
1 Suaka Margasatwa Gunung Lauser di Provinsi NAD.
Satwa yang dilindungi antara lain orang utan, gajah,
badak sumatera, tapir, harrimau, rusa, dan berbagai
jenis burung.
2 Suaka Margasatwa Way Kambas di Provinsi Lampung.
Satwa yang dilindungi antara lain gajah sumatera,
rusa, dan babi hutan.
3 Suaka Margasatwa Pulau Komodo di Provinsi NTT.
Satwa yang dilindungi antara lain komodo, biawak,
rusa, babi hutan, anjing hutan, burung kakak tua,
kerbau liar, dan ayam hutan.
4 Suaka Margasatwa Baluran di Provinsi Jawa Timur.
Satwa yang dilindungi adalah banteng, kerbau liar,
burung merak, kera, lutung, babi hutan, dan ayam
hutan.
5 Suaka Margasatwa Pelahari di Provinsi Kalimantan
Selatan. Sebagai
kawasan
konservasi
untuk
melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus),
Kuwau (Argusianus Argus), Pecuk Ular (Cervus
Unicolor),
dan
Kijang
Pelaihari
(Muntiacus
Pleiharicus).
6 Suaka Margasatwa Pelahari Tanah Laut di Provinsi
Kalimantan Selatan. Sebagai kawasan konservasi
untuk melindungi bekantan, burung raja udang

(Palargopsis Capengis), rusa sambar, dan biawak


(Varanus Salvator).
7 Suaka Margasatwa Tanjung Puting Kotawaringin di
Provinsi Kalimantan Tengah. Sebagai kawasan
konservasi hutan dan satwa berupa orang utan
kalimantan.
8 Suaka Margasatwa Pulau Kaget di Provinsi Kalimantan
Selatan.
Sebagai
kawasan
konservasi
untuk
melindungi Bekantan (Nasalis Larvatus), Kera Abuabu (Macaca Fasicularis) dan lain-lain.
9 Suaka Margasatwa Nantu di Provinsi Gorontalo. Satwa
yang dilindungi di antaranya Babirusa (Babyrousa
babyrussa), Anoa (Bubalus depressicornis), Monyet
Sulawesi (Macaca heckii), Tarsius (Tarsius spectrum),
Babi Hutan (Sus celebensis), serta 90 jenis burung
yang 35 jenis di antaranya adalah khas Sulawesi.
10 Suaka Margasatwa Membramo Foja di Provinsi Papua.
Satwa yang dilindungi antara lain kupu-kupu hitamputih, katak pinokio berhidung panjang, pergam
(merpati)
kaisar,
kelelawar
kembang
baru
(Syconycteris sp nov), tikus pohon kecil (Pogonomys
sp
nov),
semak
belukar
berbunga
(Ardisia
hymenandroides), dan walabi kecil (Dorcopsulus sp
nov).
11 Suaka Margasatwa Pulau Venu di Provinsi Papua
Barat.
Satwa
khas
yang
dilindungi
adalah Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica).
Kawasan hutan Pelestarian Alam (KPA) adalah hutan dengan
ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.Masing-masing
bagian dari KPA dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

Taman Nasional (TN) adalah kawasan pelestarian


alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya tumbuhan dan atau satwa, pariwisata dan
rekreasi.
Pengelolaan
Kawasan
Taman
Nasional
dilakukan oleh Pemerintah.
Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan

atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau
bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata
dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya
dilakukan oleh Pemerintah.
Taman
Wisata
Alam
(TWA) adalah
kawasan
pelestarian
alam
dengan
tujuan
utama
untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
alam. Pengelolaan Kawasan Taman Wisaha Alam
dilakukan oleh Pemerintah.
Taman Buru (TB) adalah kawasan hutan yang di
tetapkan sebagai tempat wisata berburu.
2. Pembagian kawasan konservasi dan dasar hukumnya
Undang-undang yang mengatur tentang konservasi suberdaya
alam terdapat pada undang-undang nomor 41 tahun 1999
tentang
kehutanan
Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha
Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan
kekayaan alam yang tak ternilai harganya wajib disyukuri.
Karunia yang diberikan-Nya, dipandang sebagai amanah,
karenanya hutan harus diurus dan dimanfaatkan dengan
akhlak mulia dalam rangka beribadah, sebagai perwujudan
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki


manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa
Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun
ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus
diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara
berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,
baik generasi sekarang maupun yang akan datang.
Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu
sistem penyangga kehidupan, hutan telah memberikan
manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu harus
dijaga kelestariannya. Hutan mempunyai peranan sebagai
penyerasi dan penyeimbang lingkungan global, sehingga

keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi sangat


penting, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.
Sejalan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
sebagai landasan konstitusional yang mewajibkan agar bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, maka penyelenggaraan kehutanan
senantiasa mengandung jiwa dan semangat kerakyatan,
berkeadilan
dan
berkelanjutan. Oleh
karena
itu
penyelenggaraan kehutanan harus dilakukan dengan asas
manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan dan keterpaduan dengan dilandasi akhlak mulia
dan bertanggung-gugat.
Penguasaan hutan oleh Negara bukan merupakan
pemilikan, tetapi Negara memberi wewenang kepada
pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan;
menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status
kawasan hutan; mengatur dan menetapkan hubungan hukum
antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil
hutan, serta mengatur perbuatan hukum mengenai
kehutanan. Selanjutnya pemerintah mempunyai wewenang
untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain untuk
melakukan kegiatan di bidang kehutanan. Namun demikian
untuk hal-hal tertentu yang sangat penting, berskala dan
berdampak luas serta bernilai strategis, pemerintah harus
memperhatikan aspirasi rakyat melalui persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat
lingkungan, manfaat sosial budaya dan manfaat ekonomi,
pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan
luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai dan atau
pulau dengan sebaran yang proporsional.

Sumberdaya hutan mempunyai peran penting dalam


penyediaan bahan baku industri, sumber pendapatan,
menciptakan lapangan dan kesempatan kerja. Hasil hutan

merupakan komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan


dalam upaya mendapat nilai tambah serta membuka peluang
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Upaya
pengolahan hasil hutan tersebut tidak boleh mengakibatkan
rusaknya hutan sebagai sumber bahan baku industri. Agar
selalu terjaga keseimbangan antara kemampuan penyediaan
bahan
baku
dengan
industri
pengolahannya,
maka
pengaturan,
pembinaan
dan
pengembangan
industri
pengolahan hulu hasil hutan diatur oleh menteri yang
membidangi kehutanan. Pemanfaatan hutan tidak terbatas
hanya produksi kayu dan hasil hutan bukan kayu, tetapi harus
diperluas dengan pemanfaatan lainnya seperti plasma nutfah
dan jasa lingkungan, sehingga manfaat hutan lebih optimal.
Dilihat dari sisi fungsi produksinya, keberpihakan
kepada rakyat banyak merupakan kunci keberhasilan
pengelolaan hutan. Oleh karena itu praktek-praktek
pengelolaan hutan yang hanya berorientasi pada kayu dan
kurang memperhatikan hak dan melibatkan masyarakat, perlu
diubah menjadi pengelolaan yang berorientasi pada seluruh
potensi
sumberdaya
kehutanan
dan
berbasis
pada
pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku tentang pemerintahan daerah, maka pelaksanaan
sebagian pengurusan hutan yang bersifat operasional
diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat propinsi dan
tingkat kabupaten/kota, sedangkan pengurusan hutan yang
bersifat nasional atau makro, wewenang pengaturannya
dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Mengantisipasi perkembangan aspirasi masyarakat,
maka dalam undang-undang ini hutan di Indonesia
digolongkan ke dalam hutan negara dan hutan hak. Hutan
negara ialah hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak-hak atas tanah menurut Undang-undang Nomor
5 Tahun 1960, termasuk di dalamnya hutan-hutan yang
sebelumnya dikuasai masyarakat hukum adat yang disebut
hutan ulayat, hutan marga, atau sebutan lainnya.
Dimasukkannya hutan-hutan yang dikuasai oleh masyarakat
hukum adat dalam pengertian hutan negara, adalah sebagai
konsekuensi adanya hak menguasai dan mengurus oleh
Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat dalam

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian


masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya
masih ada dan diakui keberadaannya, dapat melakukan
kegiatan pengelolaan hutan dan pemungutan hasil hutan.
Sedangkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah
yang telah dibebani hak atas tanah menurut ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, seperti hak milik, hak guna usaha dan
hak pakai.
3. Dalam rangka memperoleh manfaat yang optimal dari hutan
dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat, maka
pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat
dimanfaatkan
dengan
tetap
memperhatikan
sifat,
karakteristik, dan kerentanannya, serta tidak dibenarkan
mengubah fungsi pokoknya. Pemanfaatan hutan dan kawasan
hutan harus disesuaikan dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi
konservasi,
lindung
dan
produksi.
Untuk
mejaga
keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan,
dilakukan juga upaya rehabilitasi serta reklamasi hutan dan
lahan, yang bertujuan selain mengembalikan kualitas hutan
juga meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga peranserta masyarakat merupakan inti
keberhasilannya. Kesesuaian ketiga fungsi tersebut sangat
dinamis dan yang paling penting adalah agar dalam
pemanfaatannya harus tetap sinergi. Untuk menjaga kualitas
lingkungan maka di dalam pemanfaatan hutan sejauh
mungkin dihindari terjadinya konversi dari hutan alam yang
masih produktif menjadi hutan tanaman.
Pemanfaatan hutan dilakukan dengan pemberian izin
pemanfaatan kawasan, izin pemanfaatan jasa lingkungan, izin
pemanfaatan hasil hutan kayu dan izin pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu dan
bukan kayu. Disamping mempunyai hak memanfaatkan,
pemegang izin harus bertanggung jawab atas segala macam
gangguan terhadap hutan dan kawasan hutan yang
dipercayakan kepadanya.
Dalam rangka pengembangan ekonomi rakyat yang
berkeadilan, maka usaha kecil, menengah, dan koperasi
mendapatkan kesempatan seluas-luasnya dalam pemanfaatan
hutan. Badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik

daerah (BUMD), dan badan usaha milik swasta Indonesia


(BUMS Indonesia) serta koperasi yang memperoleh izin usaha
dibidang kehutanan, wajib bekerja sama dengan koperasi
masyarakat
setempat
dan
secara
bertahap
memberdayakannya untuk menjadi unit usaha koperasi yang
tangguh, mandiri dan profesional sehingga setara dengan
pelaku ekonomi lainnya.
Hasil pemanfaatan hutan sebagaimana telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan, merupakan bagian
dari penerimaan negara dari sumber daya alam sektor
kehutanan,
dengan
memperhatikan
perimbangan
pemanfaatannya untuk kepentingan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Selain kewajiban untuk membayar iuran,
provisi maupun dana reboisasi, pemegang izin harus pula
menyisihkan dana investasi untuk pengembangan sumber
daya manusia, meliputi penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan latihan serta penyuluhan; dan dana investasi
pelestarian hutan.

Untuk menjamin status, fungsi, kondisi hutan dan


kawasan hutan dilakukan upaya perlindungan hutan yaitu
mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya-daya
alam, hama dan penyakit. Termasuk dalam pengertian
perlindungan hutan adalah mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan serta investasi dan perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Dalam pengurusan hutan secara lestari, diperlukan
sumber daya manusia berkualitas bercirikan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang didasari dengan iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta
penyuluhan kehutanan yang berkesinambungan. Namun
demikian dalam penyelenggaraan pengembangan sumber
daya manusia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, wajib
memperhatikan kearifan tradisional serta kondisi sosial
budaya masyarakat.

Agar pelaksanaan pengurusan hutan dapat mencapai


tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka pemerintah dan
pemerintah daerah wajib melakukan pengawasan kehutanan.
Masyarakat dan atau perorangan berperan serta dalam
pengawasan pelaksanaan pembangunan kehutanan baik
langsung maupun tidak langsung sehingga masyarakat dapat
mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil
hutan dan informasi kehutanan.
Selanjutnya dalam undang-undang ini dicantumkan
ketentuan pidana, ganti rugi, sanksi administrasi, dan
penyelesaian sengketa terhadap setiap orang yang melakukan
perbuatan melanggar hukum dibidang kehutanan. Dengan
sanksi pidana dan administrasi yang besar diharapkan akan
menimbulkan efek jera bagi pelanggar hukum di bidang
kehutanan. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengurusan hutan,
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Dari uraian tersebut di atas, Undang-undang Nomor 5
Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan,
ternyata belum cukup memberikan landasan hukum bagi
perkembangan pembangunan kehutanan, oleh karena itu
dipandang perlu mengganti undang-undang tersebut sehingga
dapat memberikan landasan hukum yang lebih kokoh dan
lengkap bagi pembangunan kehutanan saat ini dan masa
yang akan datang.

Undang-undang ini mencakup pengaturan yang luas


tentang
hutan
dan
kehutanan,
termasuk
sebagian
menyangkut konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya. Dengan telah ditetapkannya Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, maka semua ketentuan yang telah
diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tersebut
tidak diatur lagi dalam undang-undang ini.
4. Spesifikasi setiap kawasan konservasi
a) Zonasi Taman Nasional

Zonasi taman nasional adalah suatu proses


pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zonazona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan,
pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft
rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata
batas dan penetapan, dengan mempertimbangkan
kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat.
Kriteria penetapan zonasi dilakukan berdasarkan
derajat tingkat kepekaan ekologis (sensitivitas ekologi),
urutan spektrum sensitivitas ekologi dari yang paling
peka sampai yang tidak peka terhadap intervensi
pemanfaatan,
berturut-turut
adalah
zona:
inti,
perlindungan, rimba, pemanfaatan, koleksi, dan lainlain. Selain hal tersebut juga mempertimbangkan faktorfaktor:
keperwakilan
(representation),
keaslian
(originality) atau kealamian (naturalness), keunikan
(uniqueness), kelangkaan (raritiness), laju kepunahan
(rate of exhaution), keutuhan satuan ekosistem
(ecosystem integrity), keutuhan sumberdaya/kawasan
(intacness), luasan kawasan (area/size), keindahan alam
(natural beauty), kenyamanan (amenity), kemudahan
pencapaian
(accessibility),
nilai
sejarah/arkeologi/
keagamaan (historical/ archeological/religeus value),
dan ancaman manusia (threat of human interference),
sehingga
memerlukan
upaya
perlindungan
dan
pelestarian secara ketat atas populasi flora fauna serta
habitat terpenting.
Zona dalam kawasan taman nasional terdiri
dari:
Zona inti;
Zona rimba; Zona perlindungan bahari
untuk wilayah perairan
Zona pemanfaatan;
Zona lain, antara lain:
i. Zona tradisional;
ii.
Zona rehabilitasi;
iii.
Zona religi, budaya dan sejarah;
iv.
Zona khusus.

Berikut penjelasan masing-masing zona :


Zona Inti

Zona inti adalah bagian taman nasional


yang mempunyai kondisi alam baik biota atau
fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu
oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi
untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman
hayati yang asli dan khas.
Peruntukan Zona inti : untuk perlindungan
ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas
beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan
dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis
tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penunjang budidaya.Kriteria zona
inti :
i. Bagian taman nasional yang mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya;
ii.
Mewakili formasi biota tertentu dan atau
unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri
khas ekosistem dalam kawasan taman
nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan
belum diganggu oleh manusia;
iii.
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun
fisiknya yang masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia;
iv.
Mempunyai luasan yang cukup dan bentuk
tertentu yang cukup untuk menjamin
kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu
untuk menunjang pengelolaan yang efektif
dan
menjamin
berlangsungnya
proses
ekologis secara alami;
v. Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat
merupakan contoh yang keberadaannya
memerlukan upaya konservasi;
vi.
Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau
satwa liar beserta ekosistemnya yang langka
yang keberadaannya terancam punah;
vii.
Merupakan
habitat
satwa
dan
atau
tumbuhan tertentu yang prioritas dan
khas/endemik;
viii.
Merupakan tempat aktivitas satwa migran.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
zona inti meliputi:
i.
Perlindungan dan pengamanan;

ii.

Inventarisasi dan monitoring sumberdaya


alam hayati dengan ekosistemnya;
iii.
Penelitian
dan
pengembangan,
ilmu
pengetahuan, pendidikan,
dan atau
penunjang budidaya;
iv.
Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak
permanen dan terbatas untuk kegiatan
penelitian dan pengelolaan.
Zona Rimba
Kriteria zona rimba:
i.
Kawasan yang merupakan habitat atau
daerah jelajah untuk melindungi dan
mendukung upaya perkembangbiakan dari
jenis satwa liar;
ii.
Memiliki
ekosistem
dan
atau
keanekaragaman
jenis
yang
mampu
menyangga pelestarian zona inti dan zona
pemanfaatan;
iii.
Merupakan tempat kehidupan bagi jenis
satwa migran.
Peruntukkan Zona rimba : untuk kegiatan
pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian,
pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat
satwa migran dan menunjang budidaya serta
mendukung zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam zona rimba meliputi:
i. Perlindungan dan pengamanan;
ii.
Inventarisasi dan monitoring sumberdaya
alam hayati dengan ekosistemnya;
iii.
Pengembangan
penelitian,
pendidikan,
wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa
lingkungan
dan
kegiatan
penunjang
budidaya;
iv.
Pembinaan habitat dan populasi dalam
rangka meningkatkan keberadaan populasi
hidupan liar;
v. Pembangunan
sarana
dan
prasarana
sepanjang untuk kepentingan penelitian,
pendidikan, dan wisata alam terbatas.
Zona Pemanfaatan
Zona pemanfaatan adalah bagian taman
nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya
yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan

pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan


lainnya.
Peruntukkan Zona pemanfaatan : untuk
pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa
lingkungan,
pendidikan,
penelitian
dan
pengembangan yang menunjang pemanfaatan,
kegiatan penunjang budidaya.
Kriteria zona pemanfaatan:
i.
Mempunyai
daya
tarik
alam
berupa
tumbuhan, satwa atau berupa formasi
ekosistem tertentu serta formasi geologinya
yang indah dan unik;
ii.
Mempunyai luasan yang cukup untuk
menjamin kelestarian potensi dan daya tarik
untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan
rekreasi alam;
iii.
Kondisi
lingkungan
yang
mendukung
pemanfaatan
jasa
lingkungan,
pengembangan pariwisata alam, penelitian
dan pendidikan;
iv.
Merupakan wilayah yang memungkinkan
dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan
pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata
alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan;
v.
Tidak berbatasan langsung dengan zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
zona pemanfaatan meliputi:
i.
Perlindungan dan pengamanan;
ii.
Inventarisasi dan monitoring sumberdaya
alam hayati dengan ekosistemnya;
iii.
Penelitian dan pengembangan pendidikan,
dan penunjang budidaya;
iv.
Pengembangan potensi dan daya tarik
wisata alam;
v.
Pembinaan habitat dan populasi;
vi.
Pengusahaan
pariwisata
alam
dan
pemanfatan kondisi/jasa lingkungan;
vii.
Pembangunan
sarana
dan
prasarana
pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata
alam
dan
pemanfatan
kondisi/jasa
lingkungan.
Zona Tradisional
Zona tradisional adalah bagian dari taman
nasional yang ditetapkan untuk kepentingan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang

karena kesejarahan mempunyai ketergantungan


dengan sumber daya alam.
Peruntukkan Zona tradisional : untuk
pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh
masyarakat setempat secara lestari melalui
pengaturan
pemanfaatan
dalam
rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kriteria zona tradisional :
i.
Adanya potensi dan kondisi sumberdaya
alam hayati non kayu tertentu yang telah
dimanfaatkan
secara
tradisional
oleh
masyarakat setempat guna memenuhi
kebutuhan hidupnya;
ii.
Di wilayah perairan terdapat potensi dan
kondisi sumberdaya alam hayati tertentu
yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan
pengembangbiakan,
perbanyakan
dan
pembesaran oleh masyarakat setempat
guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
zona tradisional meliputi:
i.
Perlindungan dan pengamanan;
ii.
Inventarisasi dan monitoring potensi jenis
yang dimanfaatkan oleh masyarakat;
iii.
Pembinaan habitat dan populasi;
iv.
Penelitian dan pengembangan;
v.
Pemanfaatan
potensi
dan
kondisi
sumberdaya
alam
sesuai
dengan
kesepakatan dan ketentuan yang berlaku.
Zona Rehabilitasi
Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman
nasional yang karena mengalami kerusakan,
sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan
komunitas
hayati
dan
ekosistemnya
yang
mengalami
kerusakan.
Peruntukkan
Zona
rehabilitasi : untuk mengembalikan ekosistem
kawasan yang rusak menjadi atau mendekati
kondisi ekosistem alamiahnya.
Kriteria zona rehabilitasi :
i.
Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati
yang secara ekologi berpengaruh kepada
kelestarian ekosistem yang pemulihannya
diperlukan campur tangan manusia;
ii.
Adanya invasif spesies yang mengganggu
jenis atau spesies asli dalam kawasan;

iii.

Pemulihan kawasan pada huruf a dan b


sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5
(lima) tahun .
Zona Religi
Zona religi, budaya dan sejarah adalah
bagian dari taman nasional yang didalamnya
terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya
dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk
kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai
budaya atau sejarah. Peruntukkan Zona religi,
budaya dan sejarah : untuk memperlihatkan dan
melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah,
arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana
penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah,
arkeologi dan religius.
Kriteria zona religi, budaya dan sejarah :
i.
Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang
masih dipelihara dan dipergunakan oleh
masyarakat;
ii.
Adanya situs budaya dan sejarah baik yang
dilindungi undang-undang, maupun tidak
dilindungi undang-undang.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
zona religi, budaya dan sejarah meliputi:
i.
Perlindungan dan pengamanan;
ii.
Pemanfaatan pariwisata alam, penelitian,
pendidikan dan religi;
iii.
Penyelenggaraan upacara adat;
iv.
Pemeliharaan situs budaya dan sejarah,
serta
keberlangsungan
upacara-upacara
ritual keagamaan/adat yang ada.
Zona Khusus
Zona khusus adalah bagian dari taman
nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat
dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal
sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai
taman nasional antara lain sarana telekomunikasi,
fasilitas transportasi dan listrik.
Peruntukkan
Zona
khusus
:
untuk
kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang
tinggal
diwilayah
tersebut
sebelum
ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional dan

sarana
penunjang
kehidupannya,
serta
kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa
sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan
listrik.
Kriteria zona khusus :
i.
Telah terdapat sekelompok masyarakat dan
sarana
penunjang
kehidupannya
yang
tinggal
sebelum
wilayah
tersebut
ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
ii.
Telah terdapat sarana prasarana antara lain
telekomunikasi, fasilitas transportasi dan
listrik,
sebelum
wilayah
tersebut
ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
iii.
Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
zona khusus meliputi:
i.
Perlindungan dan pengamanan;
ii.
Pemanfaatan untuk menunjang kehidupan
masyarakat dan;
iii.
Rehabilitasi;
iv.
Monitoring
populasi
dan
aktivitas
masyarakat serta daya dukung wilayah

e. Hasil dan analisis yang diakukan


1. List/daftar kawasan konservasi Indonesia
Berikut ini daftar Taman Nasional yang ada di Indonesia:

Taman Nasional di Pulau


Sumatera
1. Gunung Leuser
2. Siberut

*) **)

*)

3. Kerinci Seblat

**)

4. Bukit Tigapuluh

Taman Nasional di
Pulau Jawa
1. Ujung Kulon

**)

Taman
Nasional di
Bali dan Nusa
Tenggara
1. Bali Barat

2. Kepulauan Seribu

2. Gunung
Rinjani

3. Gunung Halimun

3. Komodo

4. Gunung
Pangrango

*)

*) **)

Gede 4. Manupeu
Tanah Daru

5. Bukit Duabelas
6. Berbak

5. Laiwangi
Wanggameti

5. Karimunjawa

***)

6. Bromo Tengger Semeru 6. Kelimutu

7. Sembilang

7. Meru Betiri

8. Bukit Barisan Selatan

**)

8. Baluran

9. Way Kambas

9. Alas Purwo

10. Batang Gadis

10. Gunung Merapi

11. Tesso Nilo

11. Gunung Merbabu


12. Gunung Ciremai

Taman Nasional di Pulau


Kalimantan
1. Gunung Palung
2. Danau Sentarum

***)

Taman Nasional di
Pulau Sulawesi
1. Bunaken

1. Manusela

2. Bogani Nani Wartabone

2. Aketajawe
Lolobata

3. Lore Lindu

4. Bukit Baka-Bukit Raya

4. Taka Bonerate

*)

6. Wakatobi

7. Kayan Mentarang

7. Kepulauan Togean

8. Sebangau

8. Bantimurung
Bulusaraung

Keterangan:

**)

4. Lorentz

5. Rawa Aopa Watumohai 5. Wasur

6. Kutai

*)

3. Teluk
Cendrawasih

*)

3. Betung Kerihun

5. Tanjung Puting

Taman
Nasional di
Maluku dan
Papua

Cagar Biosfer
World Heritage Sites

**)

***)

Ramsar Sites

2. Deskripsi kawasan konservasi


Kawasan/Hutan konservasi dalam katagorisasi nasional
mencakup 2 kelompok besar, yaitu kawasan suaka alam (KSA)
dan kawasan pelestarian alam (KPA). Kawasan Suaka Alam
yanf terdiri Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, bertujuan
untuk perlindungan system penyangga kehidupan dan
pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Sementara untuk KPA yang terdiri dari Taman Nasional,
Tahura, Taman Wisata Alam dan Taman Buru, selain kedua
tujuan tersebut, juga bertujuan untuk pemanfaatan yang
lestari.
Cagar Alam (strictly nature reserve and wilderness area)
adalah suatu kawasan yang ditetapkan untuk menjaga agar
suatu species,, habitat, kondisi geologi, ekosistem, juga proses
ekologis agar tetap seperti apa adanya, tanpa campur tangan
manusia dengan tujuan utama untuk kepentingan ilmiah atau
pemantauan lingkungan. Pengelolaan dalam Cagar Alam
hanya berupa monitoring (termasuk riset) dan pengamanan
saja (sehingga sering dikenal sebagai zero manajemen).
Kegiatan pemanfaatan yang diperbolehkan dalam Cagar Alam
sangat
terbatas,
terutama
yang
berkaitan
dengan
kepentingan ilmiah serta bukan kegiatan yang sifatnya
ekstraktif (mengambil sesuatu yang berupa fisik dari
kawasan).
Suaka Margasatwa adalah kawasan yang ditetapkan
untuk melindungi populasi dan habitat dari 1 atau lebih
species tertentu yang memiliki nilai penting secara ilmiah.
Dalam suaka margasatwa intervensi pengelola untuk menjaga
keberlangsungan populasi species tersebut diperkenankan,
misalkan dalam bentuk perbaikan habitat, control populasi
dan sebagainya.

Taman Nasional merupakan suatu pelestarian alam


yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system
zonasi, yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata
dan rekreasi. Taman Nasional di Indonesia dalam prakteknya

merupakan kawasan konservasi yang paling terorganisir, baik


dari sisi infrastruktur maupun kelembagaannya. Kiteria yang
digunakan untuk penetapan suatu kawasan menjadi Taman
Nasional adalah sbb:
1. kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami (TN
terkecil di Indonesia saat ini, adalah TN Kelimutu seluas 5000
ha)
2. memiliki sumber daya alam khas dan unik baik berupa jenis
tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam
yang masih utuh dan alami.
3. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.
4. memiliki keadaan alam yang asli
dikembangkan sebagai pariwisata alam,

dan

alami

untuk

Adanya system zonasi dalam Taman Nasional


merupakan upaya untuk mengakomodasi kepentingan dari
aspek ekologi, ekonomi dan social budaya. Zona inti sebagai
inti dari Taman Nasional memiliki pengelolaan yang identik
dengan Cagar Alam, dimana intervensi pengelolaan sangat
minimal. Zona pemanfaatan merupakan kawasan dalam
Taman nasional yang dapat dialokasikan untuk kegiatankegiatan pemanfaatan dengan pembatasan-pembatasan
tertentu. Ada beberapa turunan dari zona pemanfaatan ini
yang merupakan variasi dari satu taman nasional ke taman
nasional lain di Indonesia, seperti Zona Pemanfaatan
Tradisional, Zona Pemanfaatan Terbatas, Zona Pemanfaatan
Internsif,
Zona
Reghabilitasi,
Zona
Budaya
dan
sebagainya. Penetapan atau alokasi masing-masing zona
seharusnya mempertimbangkan ketiga aspek yaitu aspek
ekologi, ekonomi dan social budaya. Metoda pendekatan yang
bisa digunakan dalam penentuan alokasi zona diantaranya
dapat menggunakan Multicriteria Analysis (MCA). Pendekatan
Multikriteria didefinisikan sebagai konsep pendekatan global
model dan metode untuk membantu pengambilan keputusan
dalam
hal
memodelkan
masalah,
mengevaluasi,
menyederhanakan, melakukan rangking, memilih atau
menolak suatu obyek/alternative (calon, produk, pilihan dsb)
(Sarifi dalam Hermawan dkk, 2005).

Tahura (Taman Hutan Raya) secara prinsip hampir mirip


dengan Taman Nasional, namun memiliki derajat kepentingan
keragaman hayati yang lebih rendah, serta dikelola untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami maupun bukan
alami, jenis asli maupun tidak asli. Ada pembagian blok-blok
pengelolaan yang hampir serupa dengan system zonasi,
namun lebih ditujukan untuk penataan koleksi.
Taman Wisata Alam dan Taman Buru merupakan bentuk
kawasan yang dilindungi/hutan konservasi yang memiliki
tujuan pemanfaatan tertentu (wisata alam dan perburuan).
Meskipun bertujuan untuk wisata dan perburuan namun
sebagai hutan konservasi maka aktivitas wisata dan
perburuan harus sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi.

Saat ini pemanfaatan di kawasan pelestarian alam


(KPA), kebanyakan masih bertumpu pada kegiatan-kegiatan
yang berbasis pada wisata alam dan pengambilan hasil hutan
non kayu
3. Deskripsi spesifikasi setiap kawasan dengan perbandingan
antar kawasan
4. Sebaran kawasan dan peta sebaran kawasan
f. Kesimpulan
Kawasan/Hutan
konservasi
dalam
katagorisasi
nasional
mencakup 2 kelompok besar, yaitu kawasan suaka alam (KSA)

dan kawasan pelestarian alam (KPA). Kawasan Suaka Alam yanf


terdiri Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, bertujuan untuk
perlindungan system penyangga kehidupan dan pengawetan
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Sementara untuk
KPA yang terdiri dari Taman Nasional, Tahura, Taman Wisata Alam
dan Taman Buru, selain kedua tujuan tersebut, juga bertujuan
untuk pemanfaatan yang lestari.

g. Daftar pustaka
Damanik, J. dan Helmut F.Weber., 2006.Perencanaan Ekowisata
dari Teori ke Aplikasi. diterbitkan atas kerjasama Pusat
Studi Pariwisata (PUSPAR) Universitas Gadjah Mada dan
Penerbit Andi. Yogjakarta.
Fandeli,

Elisa.

C. dan Mukhlison.,2000.Pengusahaan Ekowisata.


Diterbitkan atas kerjasama Fakultas Kehutanan UGM.
Pustaka Pelajar, Unit Konservasi Sumber daya Alam
Daerah Istimewa. Yogjakarta.
2010.
Konservasi
Biodiversitas.
http://elisa1.ugm.ac.id/files/t3hermawan/.../10Konservasi%20Biodiversitas.doc (diakses 5 November
2015).

Dahe,

Rahnan.

2009.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/584/jbptunikomppgdl-rahnandahe-29153-8-unikom_p-i.pdf
Kholid

November 2015).
.
2012.

Konservasi

(diakses

Ex-situ.

http://eprints.undip.ac.id/3212/1/KHOLID_2.BAB_I.doc
(diakses 5 November 2015).

Anda mungkin juga menyukai