Anda di halaman 1dari 15

Membangun Karakter dan

Watak Bangsa Melalui


Pendidikan

A.Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban
manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika
sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para
tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Tulisan ini
akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia,
serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia.
Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad
pencerahan(renaisance) di eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan
strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan yang paling utama,
hal itu setidaknya dapat kita lihat dari pendapat beberapa ahli berikut ini;
Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis menyebutkan,
Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya
akan kita penuhi melalui pendidikan.
Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno berpendapat, bahwa perbaikan
masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meperbaiki
sistem pendidikan.

Van de venter, tokoh politik ETIS atau balas budi, yang menjadi tonggak
awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga
mengatakan, Pendidikan yang diberikan kapada rakyat pribumi, akan dapat
merubah nasib pribumi,
Tokoh Pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantara, juga
menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa
hanyalah Pendidikan.
Selanjutnya menurut UNESCO, badan PBB yang menangani bidang
pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia bahwa, jika ingin
membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari
pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.oleh
karena itu UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu adalah:
1. Learning how to think (Belajar bagaimana berpikir)
2. Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)
3. Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)
4. Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)
5. Learning how to live together (Belajar bagaimana hidup bersama)
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting
dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan
pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian
yang positif antara lain:
Memiliki dan bangga berkompetensi, yakni memiliki Ilmu pengetahuan
Bangga berdisiplin
Tahan mental menghadapi kesulitan hidup
Jujur dan dapat dipercaya (memiliki karakter yang baik dan integritas yang
baik atau suka bekerjasama dalam tim)
Memiliki pola pikir yang rasional dan ilmiah Bangga bertanggung jawab

Terbiasa bekerja keras


Mengutamakan kepedulian terhadap sesamanya
Mengutamakan berdiskusi dari pada berdebat (not conflict but consensus)
Hormat pada aturan
Menghormati hak-hak orang lain
Memiliki moral dan etika yang baik
Mencintai pekerjaan
Suka menabung

Menghasilkan manusia Indonesia seperti keadaan di atas merupakan keinginan


insan pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus
memahami hal itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktivitas belajar-mengajar,
tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada warga didik (warga
belajar), tetapi kita harus membimbing mereka melalui melalui motivasi dan contoh
keteladanan yang bermuara pada pembinaan sikap (behaviour) maupun etika/moral
peserta didik ataupun warga belajar.
Kemudian apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik
tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang
lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang
agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak
kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi
sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak
kalangan yang mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis
perbedaannya. Apabila "watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga
karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah
disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini
tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi

serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-batas negara
hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan manusia.

B.Makna Pendidikan
Banyak kalangan memberikan makna tentang pendidikan sangat beragam,
bahkan sesuai dengan pandangannya masing-masing. Azyumardi Azra dalam buku
"Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan
pengertian tentang "pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa
pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa pendidikan adalah suatu proses
dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri
diantara individu-individu.
Di samping itu, pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain
menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi
manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai
manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam sebagai makhluk yang sempurna
dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga
negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu Negara

C.Perkembangan Pendidikan
Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar
Dewantara untuk menentang penjajah pada massa lalu, sungguh sangat berarti apabila

kita cermati dengan saksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang
jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk
penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan
Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan
kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban
demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis,
memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat
mengkhawatirkan, janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal,
jangankan menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya
melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar
ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap
kualitas sumber daya manusia.
Krisis moneter yang berlanjut dalam krisis ekonomi yang terjadi hingga
puncaknya ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto dari kekuasaannya pada Mei
1998 yang lalu, telah mendorong reformasi bukan hanya dalam bidang politik dan
ekonomi saja, melainkan juga terimbas dalam dunia pendidikan juga. Reformasi
dalam bidang pendidikan, pada dasarnya merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi
pendidikan secara keseluruhan atau secara komprehensif integral. Reformasi, reposisi
dan rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis
pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih
jauh dan harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan
perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan
pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam

membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan
terjadi adanya degradasi moral.

D.Reformasi Pendidikan
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini
sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar
lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis
yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada
solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini
diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah
mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun
2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya
menjadi "pemimpi" dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
Banyak kalangan masyarakat yang mempunyai pandangan terhadap istilah
"kelatahan sosial" yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan
berbagai peristiwa, seperti tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa
aturan, tuntutan otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang
mempersatukan seluruh komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang
mendahulukan hak daripada kewajiban. Pada akhirnya berkembang ke arah
berlakunya hukum rimba yang memicu kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini
menyebabkan orang frustasi dan cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam
bentuk "amuk massa atau amuk sosial".
Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada
saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran
pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer

ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih


berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan
saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal
terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and
character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau
dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju
dan beradab.
Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk
membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan
mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk
membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan
berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu
padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang
dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan
mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility)
kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri
dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai
yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di IPDN
yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang
mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan masih
bertahannya "kekerasan struktural" (structural violence) pada tingkat tertentu.
Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil diwujudkan.

E.Pendidikan Karakter
Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang
harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan

lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali
hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan
pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan
tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.
Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan
dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana
disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk
kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih
sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan
karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi
lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang
luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi,
dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang
baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai
yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase
education) dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata
pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral
Pancasila dan sebagainya.
Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan
masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang.
Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman
nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996 ;
321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi
sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan
pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas
pada hal yang sama.

Apabila kita cermati bersama, bahwa desain pendidikan yang mengacu pada
pembebasan, penyadaran dan kreativitas sesungguhnya sejak masa kemerdekaan
sudah digagas oleh para pendidik kita, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad
Dahlan, Prof. HA. Mukti Ali, Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan praktek
pendidikan yang mengusung kompetensi/kodrat alam anak didik, bukan dengan
perintah paksaan, tetapi dengan "tuntunan" bukan "tontonan". Sangat jelas cara
mendidik seperti ini dikenal dengan pendekatan "among"' yang lebih menyentuh
langsung pada tataran etika, perilaku yang tidak terlepas dengan karakter atau watak
seseorang. KH. Ahmad Dahlan berusaha "mengadaptasi" pendidikan modern Barat
sejauh untuk kemajuan umat Islam, sedangkan Mukti Ali mendesain integrasi
kurikulum dengan penambahan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Namun
mengapa dunia pendidikan kita yang masih berkutat dengan problem internalnya,
seperti penyakit dikotomi, profesionalitas pendidiknya, sistem pendidikan yang masih
lemah, perilaku pendidiknya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan
mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingklingan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk
dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok dan
selamanya. Seiring dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei Tahun 2007
yang lalu dan mereka yang lahir pada tanggal yang sama, semoga panjang umur dan
berjiwa pendidik yang patut disuri tau-ladani generasi yang akan datang, bahkan
lestari selamanya.

F. Pentingnya Pendidikan Karakter


Pembangunan karakter adalah fondasi yang paling penting untuk menyiapkan
anak dalam bertindak sebagai individu ataupun mahluk sosial. Pembangunan karakter

harus dilakukan sedini mungkin, di mulai dari keluarga dan dilanjutkan pada lembaga
pendidikan yang paling rendah sampai paling tinggi. Pembangunan karakter yang
paling penting adalah pa-da lima tahun pertama kehidupan manusia atau masa golden
age . Masa ini akan menentukan karakter anak pada masa selanjutnya saat anak
berkembang.
Pada masa golden age, anak akan mengingat semua hal yang terjadi padanya.
Bila ia dikenalkan yang baik, maka ia akan mengingat seumur hidupnya. Sebaliknya,
bila ia kerap dikenalkan dengan perilaku buruk, ia pun akan merekamnya dan akan ia
ingat selamanya.
Yang paling penting bagaimana kita merumuskan pendidikan yang tidak hanya
mementingkan kecerdasan otak, melainkan kecerdasan otak dengan karakter yang
baik. Pembangunan karakter bisa dimulai dengan mengenalkan anak kepada hal-hal
kecil yang berhubungan dengan sikap dan perilaku yang baik. Contohnya,
mengucapkan terima kasih dan menolong teman yang sedang kesusahan. Dengan
begi-tu, kita sudah menanamkan kasih sayang, menghargai, dan menghormati orang
lain. Sudah saatnya kita berusaha memperbaiki pendidikan kita sebelum karakter
bangsa kita benar-benar hancur dan tidak bisa kita perbaiki lagi, sehingga mengancam
masa depan anak-anak kita.
Guru sebagai pendidik harus senantiasa bekerja sama dengan orang tua
bagaimana membangun karakter anak-anak kita seoptimal mungkin. Orang tua dan
guru adalah komponen yang sangat berkaitan untuk keberhasilan suatu pendidikan.
Dalam hal ini, sepertinya kekerasan dan penyimpangan moral sudah menjadi santapan
kita setiap harinya dan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak kita. Itulah
mengapa dasar-dasar karakter perlu dikembangkan pada masa-masa penting anak
yang sedang berkembang menjadi seorang manusia.

10

Pentingnya

pendidikan

berbasis

ka-rakter

menjadi

suatu

pemikiran.

Pembelajaran yang dilaksanakan untuk membangun karakter anak harus lebih


diutamakan dan harus kita mulai sedini mungkin dengan kerja sama pihak-pihak
terkait, terutama guru dan orang tua dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan juga
teladan yang baik. Bila perlu, sekolah merumuskan program atau kurikulum yang
menunjang untuk mengoptimalkan pembangunan karakter anak didik kita.
Sudah sepantasnya pemerintah memberikan perhatian khusus pada hal ini karena
akan menentukan masa depan bangsa kita kelak. Jangan terlalu berkutat pada hasil
pendidikan dengan diadakan ujian, tetapi lebih diutamakan pada proses pendidikan itu
sendiri karena pendidikan dinilai atas proses, bukan pada hasil.

G. Sasaran Pendidikan Indonesia


Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, akan mewujudkan
pendidikan Indonesia sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang
seutuhnya. Pernyataan itu akan termanifestasikan dalam 3 hal yaitu:
1. Penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
2. Estetika (Seni)
3. Moral dan Etika
Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan itu tidaklah sekedar transfer of
knowledge. Pendidikan itu juga harus belajar tentang behaviour, etika-moral dan
mental anak didik.

11

Presiden R.I. Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Hari Anak Nasional,
mengatakan Bahwa Bangsa yang pendidikannya jelek tidak maju, Bangsa yang maju
adalah bangsa yang produktif, inovatif, dan cerdas, di samping memiliki akhlak dan
kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohani dan rukun satu sama lain. Wakil
Presiden Yusuf Kalla, dalam menyikapi pro dan kontra tentang standarisasi Ujian
Nasional (UN) menegaskan, Anak-anak yang yang telah belajar keras dan sungguhsungguh tidak boleh disamakan dengan anak-anak yang malas,hal itu tidak benar,
karena negara Indonesaia tidak dibangun dengan kemalasan, namun harus dengan
kerjakeras.
Tentunya,tujuan dan sasaran pendidikan di atas akan dapat tercapai melalui
peran aktif semua pihak yang terlibat yakni orangtua, tenaga pendidik, siswa-siswi,
pemerintah, dan masyarakat, serta keberadaan dana pendidikan yang cukup pula. Di
Indonesia, proses pendidikan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan
masyarakat, sehingga apa yang menjadi sasaran pendidikan tersebut belum dapat
diwujudkan. Keadaan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, jumlah penduduk yang
sangat besar, kondisi geografis Indonesia yang luas serta belum maksimalnya peran
serta seluruh komponen bangsa menjadi kenyataan yang dapat memperlambat proses
pembangunan pendidikan nasional. Namun berbagai upaya signifikan telah dilakukan
pemerintah untuk mempercepat pembangunan pendidikan nasional, penetapan
anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN maupun APBD (Sesuai pasal 31 ayat 3
UUD 1945) menjadi indikator utama dimulainya percepatan peningkatan mutu
pendidikan Indonesia, pembenahan kurikulum nasional, penataan mutu tenaga
pendidik yang simultan dilakukan diharapkan akan membawa perubahan ke arah
terciptanya manusia Indonesia yang berpendidikan baik, bermoral, dan berdaya saing
tinggi.

12

Penutup
Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan nasional. Melalui
pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing di era
globalisasi bercirikan high competition. Tanda-tanda ke arah itu sudah mulai tampak
dengan adanya prestasi anak-anak bangsa pada tingkat internasional. Perolehan medali
pada berbagai event sains tingkat dunia, peningkatan rating Human Development
Index (HDI) manusia Indonesia, pemberantasan buta aksara yang gencar dilakukan
baik melaui jalur pendidikan fomal terutama oleh jalur pendidikan nonformal,
penanggulangan angka putus sekolah melalui program pendidikan kesetaraan untuk
mensukseskan Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun dan juga upaya pemberian
kecakapan dan keterampilan hidup kepada masyarakat, upaya meningkatan minat baca
masyarakat sampai ke pelosok desa, menjadi usaha dan prestasi nyata yang telah dan
akan tetap kita lakukan kita torehkan saat ini. Prestasi terbaru pendidikan Indonesia
adalah masuknya 4 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nasional ke dalam kelompok 500
perguruan tinggi terbaik dunia. Melihat kesungguhan yang begitu besar dari

13

pemerintah, maka sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa, terutama yang bergerak
pada sektor pendidikan, baik formal, nonformal, maupun in-formal, menyatukan
langkah dan pikiran untuk bersama-sama membantu pemerintah meningkatan
pendidikan nasional untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil
dan berbudi pekerti yang baik demi terwujudnya tujuan negara Indonesia yakni
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

DAFTAR PUSTAKA
www.Artikel Cakrawala TNI AL.com , posted @ Wednesday, September 05, 2007
5:51 PM by cakrawala

Falmersius L.Gaol, S.Sos.(Pamong Belajar BP-PLSP Regional I Medan) ,


Thursday, 12 April 2007
Mardi Santosa Sukasari, Sumedang. forumguru@pikiran-rakyat.com, 01 Juni 2010

Ngeblogs, 2009. Pentingnya Pendidikan bagi Manusia


http://h3r1.ngeblogs.com/2009/11/22/pentingnya-pendidikan-bagi-manusia / diakses
pada tanggal 25 Maret 2010.

14

15

Anda mungkin juga menyukai