Definisi
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin,
usia dan tinggi badan. Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada
distribusi normal tekanan darah pada anak sehat. Data National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES), tekanan darah anak laki-laki dan anak
perempuan berdasarkan persentil usia dan tinggi badan yang sudah direvisi tersaji
pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.
Hipertensi dinyatakan sebagai rerata TDS dan/atau TDD > persentil 95
menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada > 3 kali pengukuran seperti
tampak pada gambar 1. Prahipertensi yaitu rerata TDS atau TDD > persentil 90
tetapi < persentil 95 merupakan, keadaan yang berisiko tinggi berkembang
menjadi hipertensi. Terdapat istilah white-coat hypertension yang merupakan
keadaan penderita yang tekanan darahnya > persentil 95 pada pemeriksaan di
klinik atau praktek dokter, padahal di luar tempat tersebut tekanan darahnya yang
normal. Seperti halnya pada dewasa, hipertensi hibedakan atas beberapa tingkat.
4. Lihat usia anak pada sisi kiri tabel. Ikuti perpotongan baris usia secara
horizontal dengan persentil tinggi anak pada tabel (kolom vertikal)
5. Kemudian cari persentil 50, 90, 95, dan 99 TDS di kolom kiri dan TDD
di kolom kanan.
6. Interpretasikan tekanan darah (TD) anak:
7. Bila TD >persentil 90, pengukuran TD harus diulang sebanyak dua kali
pada kunjungan berikutnya di tempat yang sama, dan rerata TDS dan
TDD harus dipergunakan.
8. Bila TD >persentil 95, TD harus diklasifikasikan dan dievaluasi lebih
lanjut
Kriteria hipertensi juga dibagi atas derajat ringan, sedang, berat, dan krisis
berdasarkan kenaikan tekanan darah sistolik normal sesuai dengan usia yang
diajukan Wila Wirya seperti terlihat pada tabel 4 di bawah ini:
berupa bunyi detak yang perlahan. Bunyi Korotkoff II seperti bunyi Korotkoff I
tetapi disertai bunyi desis (swishing sign). Bunyi Korotkoff III seperti bunyi
Korotkoff II tetapi lebih keras. Bunyi Korotkoff IV bunyi tiba-tiba melemah.
Bunyi Korotkoff V bunyi menghilang. Tekanan sistolik adalah saat mulai
terdengarnya bunyi Korotkoff I, sedangkan tekanan diastolik adalah saat mulai
terdengarnya bunyi Korotkoff IV yang biasanya pada bayi dan anak bersamaan
atau hampir bersamaan dengan menghilangnya bunyi (Korotkoff V). Dalam
keadaan normal, tekanan darah sistolik di lengan 10-15 mmhg lebih rendah
dibanding dengan tekanan darah tungkai.
Pada bayi baru lahir penggunaan sfignomanometri konvensional tidak
dianjurkan karena suara Korotkoff tidak dapat terdengar jelas. Untuk pasien ini
digunakan alat ultrasonik Doppler, oxymetry pulse, atau osilometri. Teknik puls
oksimetri menggunakan muncul dan hilangnya gelombang phletysmographic saat
tekanan pada manset menaik dan menurun di sekitar tekanan sistolik. Manometer
osilometrik digunakan secara luas dalam praktek klinis tetapi lebih kurang akurat
dibandingkan dengan alat ultrasonik Doppler dan puls oksimetri saat
dibandingkan dengan baku emas yaitu tekanan darah intraarterial.
Peningkatan tekanan darah harus dipastikan pada kunjungan ulang sebelum
menetapkan anak menderita hipertensi. Konfirmasi peningkatan tekanan darah ini
sangat penting karena tekanan darah yang tinggi dapat turun padapengukuran
berikutnya karena terpengaruh oleh faktor-faktor: (1) berkurangnya kecemasan
penderita dari kunjungan pertama ke kunjungan berikutnya. (2) regresi rerata
tekanan darah karena sifat tekanan darah yang bersifat tidak statis tetapi bervariasi
bahkan dalam kondisi tenang.
Etiologi
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensiyang tidak dapat
dijelaskan
penyebabnya.
Meskipun
demikian,
beberapafaktor
dapat
suatu
penyakit
kardiovaskular.
Obesitas,
kolesterol
tidur, penyakit
ginjal,
hiperlipidemia,
stroke,
dan
kelainan
parenkim
ginjal.
Kebanyakan
hipertensi
akut
pada
anak
penyebab endokrin lainnya (1-5%). Pada anak yang lebih kecil (< 6 tahun)
hipertensi lebih sering sebagai akibat penyakit parenkim ginjal, obstruksi
arteri renalis, atau koartasio aorta. Anak yang lebih besar bisa mengalami
Hipertensi dari penyakit bawaan yang baru menunjukkan gejala dan penyakit
dapatan seperti refluks nefropati atau glomerulonefritis kronis.
Patogenesis hipertensi pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan
beberapa mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui
memicu
produksi
renin
melalui
apparatus
jukstaglomerular
yang
Gejala yang tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan
segera menghilang bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah
diturunkan.
Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran
neurologis yang berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah
berlangsung lama.
Pendekatan Diagnosis Anak dengan Peningkatan Tekanan Darah
Anak yang benar-benar mengalami peningkatan tekanan darah harus
diklasifikasikan menjadi salah satu dari dua kemungkinan kategori berdasarkan
manifestasi klinisnya. Kategori I adalah anak-anak dengan peningkatan tekanan
darah yang bermakna dengan kemungkinan komplikasi akut. Yang termasuk
kategori ini biasanya anak yang lebih muda dengan hipertensi sekunder yang
memerlukan terapi emergensi, terapi terhadap komplikasi, dan terapi spesifik
terhadap penyebab hipertensi. Kategori II adalah anak-anak dengan peningkatan
tekanan darah yang ringan dengan kemungkinan komplikasi jangka panjang.
Mereka biasanya adalah anak remaja dengan hipertensi esensial.
Klasifikasi ini penting baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi.
Algoritma mengenai manajemen anak dengan peningkatan tekanan darah
ditampilkan dalam gambar di bawah ini.
tekanan darah, tetapi juga menurunkan sensitivitas tekanan darah terhadap garam,
menurunkan risiko kardiovaskular lain seperti dislipidemia dan tahanan insulin.
Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa penurunan indeks massa tubuh 10%
menurunkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek sebesar 8 sampai 10
mmhg.
Aktivitas fisik yang teratur membantu menurunkan berat badan dan
sekaligus menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Aktivitas fisik tersebut
minimal dilakukan selama 30-60 menit per hari. Intervensi diet pada anak dapat
berupa ditingkatkannya diet berupa sayuran segar, buah segar, serat, dan makanan
rendah lemak, serta konsumsi garam yang adekuat hanya 1,2 g/hari (anak 4-8
tahun) dan 1,5 g/ hari untuk anak yang lebih besar membantu dalam manajemen
hipertensi. Pengurangan garam pada anak dan remaja disebutkan dapat
mengurangi tekanan darah sebesar 1 sampai 3 mmhg. Peningkatan masukan
kalium, magnesium, asam folat juga dikaitkan dengan tekanan darah yang rendah.
Terapi Farmakologis
Indikasi penggunaan anti hipertensi pada anak dan remaja adalah jika
ditemukan keadaan hipertensi yang bergejala, kerusakan organ target (seperti:
hipertrofi ventrikel kiri, retinopati, proteinuria), hipertensi sekunder, hipertensi
tingkat 1 yang tidak berespon dengan perubahan gaya hidup, dan hipertensi
tingkat 2. Tujuan terapi adalah mengurangi tekanan darah kurang dari persentil
95. Jika terdapat kerusakan organ target atau ada penyakit yang mendasari, tujuan
terapi adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Dalam memilih terapi
farmakologi harus dipertimbangkan efikasi ketersediaan obat, frekuensi
pemberian, efek samping dan biaya.
Farmakoterapi dimulai dengan satu macam obat dengan dosis terendah yang
dapat ditingkatkan sampai efek terlihat terapetik. Bila muncul efek samping, atau
telah dipakai dosis maksimal dan belum tampak efek terapi maka dapat
ditambahkan obat kedua yang mekanisme kerjanya berbeda.
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) (kaptopril, enalapril,
lisinopril, ramipril) dan Calcium Channel Blocking Agents (nifedipin, amlodipin,
felodipin, isradipin) adalah antihipertensi yang sering digunakan karena frekuensi
efek sampingnya yang rendah. Diuretika seperti (diuretik tiazid, loop diuretic,
diuretik hemat kalium biasanya digunakan sebagai terapi tambahan. Obat baru
seperti penghambat reseptor angiotensin (irbesartan) juga digunakan pada
hipertensi yang terjadi pada anak dan remaja. Obat ini mungkin bisa menjadi
pilihan pada anak yang menderita batuk kronik akibat penggunaan penghambat
ACE. Penghambat reseptor adrenergik (propanolol, atenolol, metoprolol,
labetolol), penghambat reseptor adrenergik , agonis reseptor , vasodilator
langsung, agonis reseptor adrenergik perifer jarang digunakan pada pasien anak
karena efek samping yang mungkin ditimbulkannya, akan tetapi obat-obatan ini
dapat menjadi pilihan bila terjadi kegagalan terapi dengan obat lini pertama.
Obat-obatan yang digunakan pada anak tercantum dalam tabel di bawah ini.
hipertensi yaitu rerata TDS atau TDD >5 mmhg di atas persentil 99 disertai gejala
dan tanda klinis. Pendapat lain menyebutkan bahwa hipertensi krisis dapat bersifat
emergensi yaitu peningkatan TDS atau TDD yang telah atau dalam proses
menimbulkan kerusakan organ dalam beberapa menit jam atau urgensi yang perlu
diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-waktu dapat progresif menjadi
hipertensi emergensi (TDS >180 mmhg dan TDD >120 mmhg).
Obat-obatan
yang digunakan pada penanganan hipertensi berat dan krisis hipertensi tercantum
dalam tabel 6 di bawah ini.
seperti sakit kepala berat atau muntah dapat diobati dengan antihipertensi oral atau
intravena. Pengawasan secara berhati-hati dilakukan terhadap reaksi pupil,
penglihatan, kesadaran, dan temuan neurologis.
Sodium nitroprusid, nikardipin, dan labetalol dianjurkan sebagai obat
intravena yang aman dan efektif karena mudah dititrasi dan dengan toksisitas yang
rendah. Obat lain yang dianjurkan adalah hidralazin, klonidin, esmolol,
enalaprilat. Nipedipin yang diberikan sublingual juga dianjurkan. Keamanan dan
efikasi nipedipin kerja cepat telah terbukti aman dan hanya menimbulkan sedikit
efek samping saat digunakan pada anak dengan hipertensi yang dirawat inap. Obat
oral perlu mendapat perhatian khusus karena efek penurunan tekanan darah tabg
tidak terkendali sehingga respons penurunan tekanan darah tidak dapat diprediksi.
Daftar Pustaka
1. Sorof JM, Lai D, Turner J, Portman RJ. Overweight, ethnicity, and the
prevalence
of
hypertension
in
school-aged
children.
Pediatrics.
2004;113:3:475-82
2. Adrogue HE, Sinaiko AR. Prevalence of hypertension in junior high
school-aged children: effect of new recommendations in the 1996 updated
Task Force Report. Am J Hypertens. 2001;14:4124
3. Varda NM, Gregoric A. A diagnostic approach for the child with
hypertension. Pediatr Nephrol. 2005;20:499-506.
4. Sorof JM, Alexandrov AV, Cardwell G, Portman RJ. Carotid artery
intimal-mediated thickness and left ventricle hypertrophy in children with
elevated blood pressure. Pediatrics. 2003;111:616
5. Hanevold C, Waller J, Daniels S, Portman R, Sorof J, International
Pediatric Hypertension Association. The effect of obesity, gender, and
ethnic group on left ventricle hypertrophy and geometry in hypertensive
children: a collaborative study of the International Pediatric Hypertension
Association. Pediatrics. 2004;113:328-33
6. Schieken RM. Systemic hypertension. Dalam: Allen HD, Clark EB,
Gutgessel HP, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adams Heart Disease in
Infants, Children, and Adolescents Volume Two. Edisi ke-6. Philadelpia:
Lippincott Williams & Willkins; 2001.h.1400-11
21. Robinson RF, Nahata MC, Batisky DL, Mahan JD. Pharmacologic
Treatment of Chronic Pediatric Hypertension. Pediatric Drug. 2005;
7(1):27-40
22. Yiu V, Orrbine E, Rosychuk RJ, Maclaine P, Goodyer P, Girardin C, et al.