Judul Artikel
:MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MASALAH-MASALAH SOSIAL DI KELAS IV
Nama Mahasiswa : Tita Ratnasari
Nim
: 0903031
merupakansuatudisiplinilmu
yang
membahastentangkehidupanmanusia,
baikitudengansesamanyamaupundenganlingkunganfisiknya.Hal
tersebutmerupakansuatuhal
yang
terjadidalamkehidupansosial.Siswadituntutuntukmemilikikemampuansosial yang
baik
agar
di
masamendatangdirinyasudahmemilikibekaluntukhidupbermasyarakat.Dalamkehid
upanmasyarakatseringdijumpaimasalah-masalah yang harussegeradiselesaikan,
untukitusiswadituntut
pula
untukbelajarmenjadipemecahmasalahdalamlingkungansekitarnya.
Masalahsosialmerupakansuatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan
oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat
sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu
diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.Masalah-masalah yang
seringdijumpaidalamkehidupanmasyarakathendaknyasegeradipecahkanmelaluikeg
iatanbersama
agar
masalahtersebuttidakmemberikandampak
yang
begitubesarbagikehidupansosial.Maslaahsosialinidalamkurikulumsekolahtertuang
dalammatapelajaran IPS.Sejalan dengan pendapat Barr, Bartha, Shermis (Istiani et
al, 2004: 43) bahwa IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan yang bersisikan aspek-aspek ilmu sejarah , ekonomi, politik, sosiologi,
antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran
sekolah dan perguruan tinggi.
Untukmendidikanaksupayamenjadipemecahmasalah,
makakemampuanberpikirkritissiswaharusditingkatkan.Ennis (Sapriya, 2009: 144)
merumuskan istilah berpikir kritis (critical thinking) merupakan istilah yang
digunakanuntuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat
keyakinan dan perilaku yang rasional. Pengertian tersebut lebih menekankan
kepada bagaimana cara-cara untuk membuat suatu keputusan atau berbagai
pertimbangan. Beripikir kritis dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru akan
suatu hal yang dipikirkannya. berdasarkan pendapat dari Edward Glasser (Fisher,
2008:3) yang mendefinisikan tentang berpikir kritis, yaitu
dan
kesimpulan-kesimpulan
lanjutan
yang
IPS,
uraiandiatas,
makapenulisbermaksudmelakukanpenelitiandenganmenggunakanjudul
model
problem
based
memahami apa yang belum ia pahami dan memperbaiki apa yang belum benar
yang ada pada dirinya serta belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, baik itu dengan sesama manusia maupun dengan alam
sekelilingnya. Hal-hal tersebut salah satunya tertuang dalam Ilmu sosial.
Pada hakekatnya IPS merupakan bidang studi yang termuat dalam
kurikulum sekolah baik itu di pendidikan dasar maupun pendidikan menengah
yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat serta hubungan interaksi
antara manusia dengan lingkungannya baik sosial maupun phisik. Pada jenjang
Pendidikan Dasar, IPS merupakan payung dari berbagai disiplin ilmu yang
menaungi mata pelajaran Sejarah, Geografi dan ekonomi.
Berbeda dengan
pendidikan pada jenjang SMA, IPS dikemas secara terpisah dengan menyebut
kelompok mata pelajaran pada program pengajaran umum, yaitu mata pelajaran
ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi. Sejalan dengan pendapat Barr, Bartha,
Shermis (Istiani et al, 2004: 43) bahwa IPS merupakan ilmu yang disederhanakan
untuk tujuan pendidikan yang bersisikan aspek-aspek ilmu sejarah , ekonomi,
politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk
tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi.Jika bercermin dari berbagai
pengertian IPS di persekolahan, ilmu pengetahuan sosial berakibat kepada
penekanan dalam mengembangkan sikap berfikir kritis siswa terhadap masalahmasalah sosial yang ada untuk dicari cara penyelesaian masalahnya tersebut.
Tujuan pendidikan IPS menurut Jarolimek, Schuncke dan Hasan (Istiani et
al, 2004: 46) meliputi aspekKeterampilan (Skill), khususnya yang berkenaan
Sanjaya,
2006:214).Terdapat
lima
tahapan
pembelajaran
dengan
b.
c.
d.
e.
2.
Masalah masalahSosial
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh
BerpikirKritis
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin meluas, siswa SD
terjadi terlihat dari berbagai hal, baik itu yang bersifat positif maupun negatif.
Dengan melihat kondisi seperti itu, maka tugas dari seorang guru yaitu tidak
hanya mengajar melainkan terus membimbing siswa agar siswa memiliki
kemampuan atau keterampilan berpikir kritis. Hal tersebut tidak lain bertujuan
untuk melatih siswa agar dapat memfilterisasi segala bentuk perubahan atau
perkembangan
zaman
yang
terjadi.
Siswa
dituntut
untuk
mengadopsi
perkembangan yang memang benar dan tidak menerima perkembanganperkembangan yang dapat merugikan dirinya, bangsa dan Negara. Edward Glasser
(Fisher, 2008:3) yang mendefinisikan tentang berpikir kritis, yaitu suatu sikap
mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada
dalam jangkauan pengalaman seseorang.
C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di sekolah SD Negeri Gudang
II KecamatanTanjungsariKabupatenSumedang dengan jumlah 30 siswa. Penulis
tertarik
melakukan
penelitian
di
sekolah
ini
dikarenakan
kemampuan
berpikirkritissiswaterlihatsangatrendah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan
kelas (classroom-based action research). Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah
pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara
berulang atau bersiklus (Abidin, 2011:217).
Penelitianinidilaksanakandenganmenggunakan
dikembangkanoleh
model
PTK
Elliot.Desainpenelitianiniterdiriatas
yang
3
dalam
kegiatan
proses
secara
maksimal
maka
hasil
dari
pembelajarannya pun akan optimal karena segi dari proses pembelajaran akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Masalah sosial merupakan beberapa masalah atau kesenjangan yang dialami
oleh masyarakat lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan harapan.
3. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kearah untuk mendorong
suatupemikiran-pemikiran atau ide-ide baru yang lebih kreatif dan inovatif
sehingga bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat luas.
Untuk memperolehdata penelitian dan mampudipertanggungjawabkan,
makadalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, seperti penilaian proses,
datainteraktif.
Teknikiniterdiriatas
tahap,
di
dapat
meningkatkan
kemampuan
terdiriatastigaindikator,
mengemukakanpendapatdanbertanya.
berpikirkritis
siswa
yang
yaitumengajukanpertanyaan,
Selama
bagimaterimengenaimasalahsosial.Padasiklus
sikluspenelitimembagiI
membahastentangkonsepmasalahsosial,
kemiskinandankenakalanremaja.Padasiklus
II
membahastentangpenumpukansampah,
kebakarandanpemborosanenergi.Sedangkanpadasiklus
III
10
membahastentangkerusakanfasilitasumum,
pencemaran
air
dengan
desain
penelitian
Eliiot.Kemampuanberpikirkritissiswamaupunhasilbelajarsiswamengalamipeningk
atandarisetiapsiklusnya.Hal tersebutdapatdilihatpadagrafikdibawahini.
84.38
67.72
56.76
Nilai Rata-rata
Keterampilan Berpikir
Kritis Setiap Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
75
84.07
69.33
Nilai Rata-rata Evaluasi
Akhir Setiap Siklus
40
20
0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
11
Berdasarkangrafikdiatas,
dapatdideskripsikanpeningkatankemampuanberpikirkritismaupunhasilbelajarsiswa
yang
diperolehdarihasilevaluasi.Peningkatankemampuanberpikirkritismengalamipening
katanpadasiklus I: 56,76meningkatpadasiklus II menjadi 67,72 danpadasiklus III
meningkatkembalimenjadi 84.38. sedangkanpeningkatanhasilbelajarpadasiklus I
diperoleh rata-rata sebesar 69,33 , kemudianpadasiklus II: 75,00 danpadasiklus III
84,07.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, bahwa Model Problem
based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
belajar siswa. Pada setiap siklusnya peneliti menggunakan masalah sebagai fokus
materi yang akan dipelajari oleh siswa. Peneliti tidak sekedar menuntut siswa
hanya untuk mendengarkan ataupun mencatat, akan tetapi menghendaki siswa
dalam berpikir lebih tinggi untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya melalui
kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan
memecahkan
masalah.
Untuk
menunjang
hal
tersebut,
maka
peneliti
12
padarata-rata
kemampuan
siswa
dalam
menunjukan
13
56,76, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 67,72 dan meningkat lagi
pada siklus III menjadi 84,38.
2.
Hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menggunakan model
Problem based learning mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya.
Hasil belajar ini ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa secara
individu pada setiap siklus. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh
dalam setiap siklus, diantaranya pada siklus I yaitu 69,33, kemudian pada
siklus II menigkat menjadi 75,00 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi
84,07.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai model
Problem
based
learning
untuk
meningkatkan
kemampuan
2.
3.
Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dan motivator bagi siswa selama
proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat terfasilitasi oleh guru.
14
4.
5.
Soal evaluasi yang diberikan sebaiknya bervariasi, artinya tidak hanya soal
yang bersifat ingatan atau hapalan tetapi diberikan pula soal yang bersifat
aplikatif sehingga siswa terbiasa menerapkan hal-hal yang telah dipelajari di
kelas dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut akan berdampak pada
hasil belajar siswa yang aka meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
(2006).
Kurikulum
2006.
Jakarta
15
(2011).
Undang-Undang
16
RIWAYAT PENULIS
Agustus
1992.Penulismerupakananakpertamadaritigabersaudara.Pen
ulisdilahirkandaripasanganBapak Ate SetiawandanIbuYeni.
Penulis bertempat tinggal di Dusun MancoRT 01 RW 01
Desa
Pasigaran
KecamatanTanjungsari
Kabupaten
Sumedang.
Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebbagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.