PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat
memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul
antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi
menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler)
meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebih
meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak
(Martono. 1999)
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan
yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal
perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa
timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi
kematian sel (Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami
perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah
sistem pernafasan.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul
pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit
yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang
diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita
sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu
(misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4)
penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru
yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau
kejadian tersebut (Martono. 1999)
Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOM orang
usia lanjut. Insidens PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi tahun
1990 1991 adalah sebesar 5,6% (Martono. 1999)
Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi
pada usia lanjut, meliputi aspek anatomik-fisiologik, aspek epidemiologik, serta
aspek klinik, dan terapi modalitas yang akan diberikan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan terapi modalitas ini adalah :
1. Mengetahui konsep dasar proses penuaan
2. Mengetahui perubahan fisiologis pada proses penuaan
3. Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem respiratori pada
lansia.
4. Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem respiratori pada
lansia.
5. Mengetahui dan dapat memberikan gambaran PPOM pada lansia
6. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik .
C. Ruang Lingkup Penulisan
Penyusunan ini hanya membahas tentang perubahan fisiologis sistem
respiratori dan terapi modalitas sistem respiratori pada lansia.
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
menggambarkan perubahan fisiologis sistem respiratori dan terapi modalitas
sistem respiratori pada lansia dengan studi literature yang diperoleh dari bukubuku perpustakaan, internet dan hasil dari diskusi kelompok yang disajikan
dalam bentuk makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perubahan Anatomi Fis iologi Sistem Pernafasan Pada Usia
Lanjut
Pada orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik tersebut merupakan
bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi
merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan.
Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut
(Martono. 1999)
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah
disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang
menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi :
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal,
artinya umum terjadi pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam
sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan
tidak dapat berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).
a. Perubahan anatomi sistem pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai
hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau
organ yang bersangkutan. Yang mengalami perubahan adalah
a. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang - tulang
rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin
tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
d. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus
membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen
dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga
3
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia lanjut
yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan penyakit
paru tertentu pada usia lanjut, misalnya :
Kebiasaan merokok masa lalu dan sekarang
Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahanperubahan struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi
sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas,
sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran nafas.
Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada saluran
nafas, dapat pula memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM,
D. Aspek Klinik
Ada beberapa penyakit paru yang menyertai orang usia lanjut, yang paruing ada
4 macam: pneumoni, tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM),dan karsinoma paru.
a. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru
berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam
masa observasi beberapa waktu. PPOM adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan
asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paruparu. Termasuk dalam kelompok PPOM adalah bronkitis kronis, emfisema
paru dan penyakit saluran nafas perifer.
b. Etiologi.
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Timbulnya penyakit ini dikaitkan
dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita, antara lain merokok
sigaret yang berlangsung lama, polusi udara, infeksi paru berulang, umur, jenis
kelamin, ras, defisiensi alfa-1 antitripsin, defisiensi antioksidan dan
sebagainya. Pengaruh dari masing-masing faktor resiko terhadap terjadinya
PPOM adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling
dominan dalam menimbulkan penyakit ini.
c. Patofisiologi.
Faktor-faktor resiko yang telah disebutkan di atas akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulknn kerusakan pada dinding
bronkiolis terminal. Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi
bronkus keel (bronkiolus terminal), yang mengalami penutupan atau obstruksi
awal fase ekspirasi. Udara yang pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam
alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak. dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (airtrapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak nafas dengan segara akibat-akibatnya. Adanya obstruksi dini saat
awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi
gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan.
d. Gambaran klinik.
Gambaran klinik yang ditemukan adalah gambaran penyakit paru yang
mendasari ditambah tanda-tanda klinik akihat terjadinya obstruksi bronkus.
Gambaran klinik bila diamati secara cermat akan mengarah pada dua hal atau
dua tipe pokok: (1) mempunyai gambaran klinik dominan ke arah bronkitis
kronis (blue bloater type); dan (2) gambaran klinik predominant ke arah
emfisema (pink puffer type).
e. Diagnosis.
Diagnosis PPOM ditegakkan dengan metode yang lazim (terarah dan
sistimatik), meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan kelemahan badan, batuk,
sesak nafas, sesak nafas waktu aktivitas clan nafas berbunyi, mengi atau wheeze.
NILAI / DERAJAT
Resiko
I
II
III
Ringan
Sedang
Berat
PERSENTASI VEP I
Spirometry Normal
Gejala menaun (batuk,
produksi sputum)
80 %
< 80 %
< 30 %
f. Penatalaksanaan.
Dalam penatalaksanaan penderita PPOM perlu diperhatikan faktor-faktor
yang dapat memperjelek perjalanan penyakit, yang hams dicegah terjadinya
pada penderita. Apabila faktor-faktor tadi sudah ada pada penderita, hendaknya
diusahakan .meniadakannya atau menguranginya. Faktor-faktor yang dapat
memperjelek keadaan penyakit penderita, misalnya :
pengobatan empirik.
Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Pent gunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spasme) masih
kontroversial.
Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul)
o Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
o Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
o Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. Pengobatan
lambat: 1 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi.
10
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
(PENYAKIT PARU OBSRUKSI MENAHUN) PPOM
Dalam hal ini kelompok mengangkat askep PPOM pada lansia dikarenakan
penyakit ini sangat menonjol (berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan
Pasien Geriatri hal 39 tahun 2000)
A. Pengkajian
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada
kegiatan sehari hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan
juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor
pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala
yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi
lainnya antara lain perjalanan penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada,
Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu
pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum. Palpasi dan
perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan
gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika
mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup
waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa
pusing (dizzy) (Loukenotte, M.A, 2000).
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman
untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan ?
2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas apa?
3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
4. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
6. Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?
Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan
yang patut dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk :
1. Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
2. Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?
3. Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
13
14
Tujuan Dan KH
Tujuan :
Intervensi
1. Auskultasi
Rasional
1. Beberapa derajat
n jalan nafas
Mengefektifkan
bunyi nafas,
bronkus terjadi
berhubungan
jalan nafas
catat adanya
dengan obstruksi
Hasil yang
bunyi nafas,
tertahannya
diharapkan :
misal : mengi,
tidak
sekresi.
Mempertahanka
krekels, ronki.
dimanifestasikan
dengan
n jalan nafas
2. Kaji / pantau
paten dengan
frekuensi
bunyi nafas
15
bersih / jelas
Menunjukkan
pernafasan,
beberapa derajat
catat rasio
dan dapat
perilaku untuk
inspirasi mengi
ditemukan pada
memperbaiki
(emfisema)
penerimaan /
bersihan jalan
nafas Misal :
Batuk efektif
dan
mengeluarkan
sekret.
3. Kaji pasien
untuk posisi
yang nyaman
misal:
peninggian
kepala tempat
tidur, duduk dan
sandaran tempat
tidur.
selama stress /
adanya proses
infeksi akut
3. Peninggian kepala
tempat tidur
mempermudah
fungsi pernafasan
dengan
menggunakan
gravitasi, namun
pasien dengan
4. Pertahankan
polusi
lingkungan
minimum debu,
asap dll
5. Bantu latihan
nafas abdomen /
bibir
6. Ajarkan teknik
nafas dalam
batu efektif
pasien beberapa
cara untuk
mengatasi dan
mengontrol
dispnea dan
7. Berikan obat
sesuai indikasi
menurunkan
jebakan udara.
6. Batuk dapat
menetap tetapi
16
efektif khususnya
bila pada
lansia,sakit akut,
atau kelemahan
7. Membantu dalam
proses
2.
penyembuhan.
1. Berguna dalam
Gangguan
pertukaran gas
kedalaman
evaluasi distress
berhubungan
tubuh.
pernafasan,
pernafasan dan
dengan suplai
catat
kronisnya proses
oksigen
diharapkan :
penggunaan
penyakit.
Menunjukkan
otot aksesori,
perbaikan
nafas bibir,
ventilasi dan
ketidakmampua
oksigenasi
n bicara /
berbincang.
jaringan adekuat
2. Tinggikan
yang bila dalam
kepala tempat
rentang
tidur, bantu
normal + bebas
pasien untuk
gejala distres
pernafasan.
Berpartisipasi
memilih posisi
dalam program
untuk bernafas.
pengobatan
dalam tingkat
kemampuan /
situasi.
yang mudah
3. Dorong
2. Pengiriman
oksigen dapat
diperbaiki dengan
posisi duduk
tinggi, dan latihan
nafas untuk
menurunkan kolaps
jalan nafas, dispnea
dan kerja nafas.
3. Kental, tebal,
banyaknya sekresi
mengeluarkan
adalah sumber
sputum:
utama gangguan
Penghisapan
bila
diindikasikan.
4. Kaji / awasi
pertukaran gas
4. Sianosis mungkin
perifer (terlihat
pada kuku) atau
secara rutin
sentral (terlihat
17
telinga) keabumembran
mukosa
5. Awasi tanda
vital dan irama
jantung
disritimia, dan
perubahan TD
dapat menunjukkan
efek hipoksemia
6. Awasi /
gambaran seri
GDA dan nadi,
oksimetri
sistemik pada
fungsi jantung.
6. PaCO2 biasanya
meningkat
(bronkhitis,
emfisema) dan
PaCO2 secara
umum menurun,
7. Berikan oksigen
tambahan yang
sesuai dengan
indikasi hasil
GDA dan
toleransi pasien.
sehingga hipoksia
terjadi dengan
derajat lebih / lebih
besar
7. Dapat
memperbaiki /
mencegah
buruknya hipoksia.
3.
Resiko tinggi
terhadap
terjadinya infeksi.
infeksi
berhubungan
diharapkan :
dengan
inadekuat
1. Demam dapat
2. Kaji pentingnya
latihan nafas,
Menyatakan
batuk efektif,
pemahaman
perubahan
terjadi karena
infeksi / dehidrasi
2. Aktifitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
18
pertahanan
penyebab /
posisi sering,
pengeluaran sekret
primer dan
faktor resiko
dan masukan
untuk menurunkan
sekunder,
individu
Mengidentifikas
cairan adekuat.
resiko terjadi
penyakit
i intervensi
kronis.
untuk mencegah
/ menurunkan
resiko infeksi
Menunjukkan
teknik,
perubahan pola
hidup untuk
meningkatkan
3. Tunjukkan dan
bantu pasien
tentang
infeksi paru.
3. Cegah penyebaran
ppatogen melalui
cairan
pembuangan
tisu dan sputum
4. Dorong
keseimbangan
antara aktifitas
dan istirahat
4. Menurunkan
konsumsi /
kebutuhan
keseimbangan
lingkungan yang
oksigen dan
aman.
memperbaiki
5. Dapatkan
spesimen
dengan batuk /
penghisapan
untuk
pewarnaan
kuman gram
kultur /
pertahanan pasien
terhadap infeksi,
meningkatkan
penyembuhan.
5. Dilakukan untuk
mengidentifikasika
n organisme
penyebab dan
kerentanan
sensitivitas.
6. Berikan anti
mikrobia sesuai
indikasi
6. Dapat diberikan
untuk organisme
khusus yang
teridentifikasi
dengan kulturdan
sensitivitas, atau
diberikan secara
19
profilaktik karena
4.
resiko tinggi.
1. Pasien distress
Perubahan
nutrisi kurang
kebutuhan nutrisi
diet, masukan
pernafasan akut
dari kebutuhan
klien secara
makanan saat
sering anoreksia
tubuh
adekuat
karena dispnea,
berhubungan
kesulitan
produksi sputum
dengan
diharapkan :
makan, evalusi
dan obat
dispnea,
Menunjukkan
kelemahan
peningkatan
efek samping
berat badan
obat, produksi
menuju tujuan
sputum,
yang tepat.
Menunjukkan
anoreksia,
mual / muntah.
perilaku
BB dan ukuran
tubuh.
2. Tunjukkan dan
bantu pasien
tentang
pembuangan
tisu dan sputum
perubahan pola
hidup untuk
3. Dorong
2. Aktifitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
pengeluaran sekret
untuk menurunkan
resiko terjadi
infeksi paru
3. Menurunkan
meningkatkan
keseimbangan
konsumsi /
dan /
antara aktifitas
kebutuhan
mempertahanka
dan istirahat
keseimbangan
n berat yang
oksigen dan
tepat.
memperbaiki
pertahanan pasien
terhadap infeksi,
4. Dapatkan
spesimen
dengan batuk /
meningkatkan
penyembuhan.
4. Dilakukan untuk
penghisapan
mengidentifikasika
untuk
n organisme
pewarnaan
penyebab dan
kuman gram
kerentanan
kultur /
terhadap berbagai
sensitivitas.
anti mikrobia.
20
5. Berikan anti
mikrobia sesuai
indikasi
5. Dapat diberikan
untuk organisme
khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sensitivitas, atau
diberikan secara
profilaktik karena
5.
Tujuan :
aktifitas
Mengembalikan
respons pasien
kemampuan /
berhubungan
aktifitas klien
terhadap
kebutuhan pasien
dengan
seperti semula.
aktifitas.
dan memudahkan
keseimbangan
antara suplay
diharapkan :
dan kebutuhan
Melaporkan /
oksigen,
menunjukkan
kelemahan,
peningkatan
dispnea.
toleransi terhadap
aktifitas yang dapat
diukur dengan tak
adanya dispnea,
kelemahan
1. Evaluasi
resiko tinggi.
1. Menetapkan
Intoleransi
2. Catat laporan
dispnea,
peningkatan
kelemahan /
kelelahan dan
perubahan tanda
pilihan intervensi
2. Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen.
berlebihan, dan
perawatan dini
yang
rentang normal.
diperlukan.
3. Mengurangi
kelelahan
Berikan
kemajuan
peningkatan
aktivitas selama
fase
penyembuhan.
21
4. Ajarkan klien
untuk
mengurangi
aktivitas yang
dapat
menimbulkan
6.
kelelahan
1. Jelaskan /
Defisit
Tujuan : Klien
pengetahuan
mampu untuk
kuatkan
tentang PPOM
mengetahui tentang
penjelasan
menimbulkan
berhubungan
pengertian /
proses penyakit
perbaikan
dengan kurang
informasi PPOM.
individu
partisipasi pada
informasi,
salah mengerti
diharapkan :
tentang
2. Instruksikan /
kuatkan rasional
Menyatakan
untuk latihan
informasi,
pemahaman
nafas, batuk
kurang
kondisi / proses
efektif dan
mengingat /
penyakit dan
latihan kondisi
keterbatasan
tindakan
Mengidentifikas
umum.
kognitif.
1. Menurunkan
rencana
pengobatan.
2. Nafas bibir + nafas
abdominal /
diafragmatik
menguatkan otot
pernafasan,
membantu
i hubungan
meminimalkan
tanda / gejala
kecil dan
proses penyakit
dan
menghubungkan
dengan faktor
penyebab
3. Diskusikan obat
pernafasan, efek
samping +
reaksi yang tak
diinginkan
memberikan
individu arti untuk
mengontrol
dispnea.
3. Pasien ini sering
mendapat obat
pernafasan banyak
4. Tekankan
pentingnya
perawatan oral /
sekaligus yang
mempunyai efek
samping hampir
22
sama + potensial
interaksi obat
4. Menurunkan
pertumbuhan
kebersihan gigi
5. Diskusikan
faktor individu
yang
meningkatkan
kondisi mis:
udara terlalu
kering, angin,
lingkungan
dengan suhu
ekstrem, serbuk,
infeksi saluran
nafas atas.
5. Faktor lingkungan
ini dapat
menimbulkan
iritasi bronkial
menimbulkan
peningkatan
produksi sekret dan
hambatan jalan
nafas.
asap tembakau,
sprei aerosol,
polusi udara.
6. Diskusikan
pentingnya
mengikuti
perawatan
medik, foto
dada periodik
dan kultur
6. Pengawasan proses
penyakit untuk
membuat program
terapi untuk
memenuhi
perubahan
kebutuhan dan
dapat membantu
mencegah
komplikasi
23
E. Evaluasi
Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk
mengembalikan kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya
hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan perawatan
tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan
beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi
sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru. Klien
Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi
yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus
mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya
hidup mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan saluran
nafas, antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus
ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek pernafasan terhadap
rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut berpengaruh pada
mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi
saluran nafas akut bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk
pencegahan terhadap timbulnya infeksi pernafasan akut bagian bawah, PPOM.
Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi
dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan
taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Untuk Lansia menghindari faktor resiko :
1. Anjurkan klien untuk tidak merokok
2. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
3. Anjurkan klien untuk menghindari alergen
4. Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
5. Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
Untuk keluarga memberikan dukungan :
1. Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
2. Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
3. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
25
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta : EGC.
Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan
Ikatan
26